Semua Bab Baby Triplets Milik Om Tampan: Bab 41 - Bab 50

389 Bab

Hasil Test DNA yang Sesungguhnya

"Hari ini ke toko? Aku antarkan ya? Sekalian pulang ambil mainan anak-anak di rumah lama." Sebastian masuk ke dalam kamar Shela, laki-laki itu mendekati Tiana yang baru saja mandi. Dikecupi pipi gembil anak perempuan yang tengah asik memakan kue kering kesukaannya. "Iya boleh, nanti aku mau tinggal anak-anak di toko, Om," ujar Shela, masih bercermin dan mengikat rambut panjangnya. "Ditinggal ke mana? Kalau ada apa-apa dengan mereka bagaimana, hah? Jangan aneh-aneh," omel laki-laki itu. Shela menatapnya dari cermin. "Ada pesanan kue yang harus aku buat, di toko Morsil harus membuat croissant lebih banyak lagi untuk pesanan besok." "Di antar ke mana, hem?" Kali ini Sebastian bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Shela. Kegiatan Shela memakai lipstik mendadak terhenti, ia menatap Sebastian yang berdiri di sampingnya. Laki-laki itu berkacak pinggang di hadapan Shela dengan alis terangkat."Mau di antarkan ke mana, Shela? Ke tempat apa? Banyak laki-lakinya, tidak?" Sebastian
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-07
Baca selengkapnya

Kau Tidak Bisa Mengelak, Shela!

"Ini Nenek beri uang jajan pada kalian, makan yang enak-enak ya Sayang..." Monica memberikan uang di dalam angpao merah pada si kembar, wanita itu tidak mau menunjukkan nominalnya, yang jelas yang itu cukup untuk mereka membeli makanan satu hingga dua bulan. "Wahhh... Bisa beli pizza sekalian sama penjualnya," kekeh Tiano kesenangan, Monica hanya tersenyum. "Iya, Tiana mau beli banyak sekali marshmellow! Mau beli permen kapas, mau beli cokelat dan-""Jangan makan cokelat, kalau kau kambuh ngerepotin orang saja," sahut Tino menatap kembarannya dan cemberut. Monica berganti menatap Tiana yang sedang cemberut memukuli pundak Tino dan beralih memeluk Tiana. Ditatap wajah cantik bocah itu. "Anak manis, Tiana sakit apa, Sayang?" Monica mengusap lembut pipi Tiana. "Itu Nek, kata Om Dokter Adam, Tiana sakit leu... Leu apa, Tiano?" "Leukimia." Tino menoleh dan menatap Monica. Wanita itu terkejut dan terdiam seketika, ingatannya kembali pada mending putri bungsunya yang sudah meningga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-08
Baca selengkapnya

Menemanimu Setiap Waktu

Shela menangis duduk di sofa memeluk kedua lututnya, Sebastian masih setia memeluknya dengan hangat dan erat setelah laki-laki itu marah pada Shela, benar-benar marah karena semua yang Shela sembunyikan padanya akhirnya terbongkar. Tatapan mata Shela tertuju pada sebuah kertas hasil test DNA yang kapan hari dia sembunyikan, kini berada di tangan Sebastian. Semua fakta yang dia sembunyikan, telah terbongkar. "Kau menyesal aku menemukan ini?" tanya Sebastian meraih kertas itu dan menunjukkan pada Shela. Shela meraihnya dan menggeleng pelan. "Cepat jemput anak-anak," ujar Shela mendorong pelan pundak Sebastian. "Tunggu sebentar," sela Sebastian, ia semakin mendekatkan wajahnya dan mengusap air mata Shela. "Aku menunggumu selesai menangis, setelah selesai kau tidak menjelaskan apapun? Baik sekali..." "A-apa yang perlu aku jelaskan!" Shela menatap takut pada Sebastian. "Alasan kenapa kau tidak meminta tanggung jawab padaku!" seru Sebastian lagi, kali ini lebih tajam. "Karena aku ada
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-08
Baca selengkapnya

Belajarlah Nyaman di Sampingku

"Shela hanya kelelahan saja, tidak papa kok. Sekarang juga memasuki pergantian musim, biasanya memang banyak orang yang demam." Penjelasan dokter perempuan itu membuat Shela mengangguk, ia memegangi kepalanya yang sudah tidak terlalu pusing seperti selama. Di sampingnya ada Sebastian dan dua anak kembarnya. "Terima kasih dok, tapi apa sakit kepalanya bisa segera reda, dok?" tanya Sebastian cemas. Wanita dengan balutan jas putih itu mengangguk. "Iya Tuan, jangan khawatir. Kalau Shela istirahat dengan cukup, demam dan pusingnya akan segera sembuh." Barulah Sebastian bernapas lega, laki-laki itu mengangguk paham. "Baiklah, terima kasih dok..." "Sama-sama Tuan, kalau begitu saya permisi." Dokter Yasha keluar dari dalam kamar dan diikuti oleh Josh yang tadinya membawa dokter itu datang pagi ini untuk memeriksa Shela. Baru kali ini Shela sakit sampai tidak berdaya, mungkin ia lelah, syok, dan banyak pikiran. "Papi apain Mamiku kok sampai sakit begini?!" pekik Tino berdiri di hadap
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-09
Baca selengkapnya

Semakin Mesra Semakin Terlena

"Aku berangkat dulu ya, kalau ada apa-apa hubungi aku saja. Kau mau titip sesuatu kalau aku pulang kerja nanti?" Sebastian menatap Shela yang baru saja turun dari dalam mobil. Mereka berada di depan toko roti, laki-laki tampan itu dengan stelan formalnya, ia mengusap pipi Shela dengan mesra. Dan Shela menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak Om, aku tidak titip apapun. Nanti aku bisa beli sendiri." "Jangan pergi ke mana-mana, diam saja di sini jaga anak-anak, jangan terlalu lelah," tutur Sebastian masih mencekal lembut pergelangan tangan Shela. Gadis itu mengangguk saja mendengarkan tuturan laki-laki posesif ini, Sebastian tersenyum manis dan mendekati Shela meninggalkan satu kecupan di sudut bibir Shela. Tubuh Shela mematung di tempat atas apa yang Sebastian lakukan. Laki-laki itu menepuk pipinya gemas. "Aku pergi dulu," pamitnya. Shela tersentak dan mengangguk cepat menyembunyikan wajahnya yang memerah. "Iya, hati-hati." Sebastian hendak keluar, ia menoleh ke arah Morsil yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-09
Baca selengkapnya

Papi Harus Janji!

Sebastian kembali ke toko, ia menemui Shela dan anak-anak seraya membawa beberapa makanan dan puding leci seperti yang Tiana mau. Benar saja, setibanya di sana Tiana masih belum berhenti menangis. Sebastian tahu kalau putri kecilnya itu masih dalam masa tantrum, apapun keinginannya kalau tidak dituruti, dia akan mengamuk. Dan kini Tiana sangat menikmati makanan itu. "Enak, Sayang? Mau lagi?" tawar Shela menambahkan puding leci itu ke dalam mangkuk. "Iya, mau lagi Mami," jawab Tiana tersenyum manis. "Anak pintar..." Sebastian berbaring di belakang Tiana yang sedang duduk dan memeluk punggung mungil putri kesayangannya. Sementara dua anak kembar laki-lakinya tengah belajar menggambar di sampingnya, namun juga dengan menonton TV tayangan kartun kesukaannya.Shela berada di antara mereka berempat, ia menatap Sebastian yang nampak memejamkan kedua matanya seraya memeluk Tiana, mereka asik berbaringan di lantai beralaskan karpet tebal bulu-bulu di dalam sebuah ruangan. "Om tidak kemba
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-10
Baca selengkapnya

Kehangatan yang Lebih

"Papi ngapain kok bobo sama Mamiku! Ihhh Papi! Kesel deh, minggir Papi... Minggiran sini!" Amukan Tino dan Tiano membuat Sebastian, Shela, juga kembaran kedua anak itu tertawa. Pasalnya, saat pagi mereka bangun, kedua anak itu melihat ada Sebastian yang tengah tidur bersama Shela dan Tiana. Selain kesal karena tidak diajak gabung, keduanya juga kesal ternyata Papinya tidak tidur bersama mereka. "Papi mau tidur sama Mami kok," sahut Sebastian, laki-laki itu menarik lengan Shela dan memeluk Shela. Sedangkan Shela hanya terkekeh, seolah larut dalam candaan yang mereka ciptakan, Shela balik memeluk Sebastian. Ketiga bocah itu terdiam dengan wajah kikuk mereka. Tapi ekspresi mereka mendadak menjadi sangat berseri-seri. "Gini dong! Kalau gini Tiano suka," kekeh Tiano. "Iya! Kayak gitu terus ya Pi!" Tino langsung menarik lengan Tiana dan diajaknya turun juga dari atas ranjang. "Ayo... Ayo Tiana, ayo tinggalin Papi sama Mami pergi!" Ketiga anak itu berlari keluar dari dalam kamar. Mer
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-11
Baca selengkapnya

Dengan Atau Tidak Restu Darimu!

"Besok kita mau sekolah, Tiana... Tiana tidak sekolah!""Iya, iya, nanti di sekolah kita punya banyak teman. Main sama teman-teman, Tiana di rumah sama Mami! Kasihan deh loh...!" Tino dan Tiano mengejek kembarannya seraya menata semua peralatan sekolah mereka. Kedua anak itu asik sendiri, dan menertawakan Tiana yang tidak akan sekolah bersama-sama. Ejekan mereka membuat Tiana kesal, anak itu hendak menangis. "Mami... Kakak nakal!" teriak Tiana dari sana, ia meraih mainan Lego miliknya dan melemparkan ke arah Tino dan Tiano. "Hayoo! Tino, Tiano! Buat adikmu nangis lagi!" sentak Morsil muncul dari arah dapur toko. Kedua anak kembar laki-laki itu kembali diam dan Tiana berhenti menangis, meskipun masih kesal. Setelah Morsil kembali masuk ke dalam, Tino dan Tiano kembali lagi pula membuat adiknya menangis. "Tiana... Besok kita pakai seragam baru, pakai sepatu baru, tas baru, emm..." "Tiana juga punya kok!" seru Tiana melawan dua kembarannya. "Iya punya, tapi kan tidak sekolah!" T
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-12
Baca selengkapnya

Rasa Sayang yang Besar

Hari sudah malam, Shela sudah ada di rumah. Ia berada di ruang makan bersama Tiana, setelah Tino dan Tiano selesai makan malam. Dua anaknya sibuk bersiap-siap, besok akan datang ke sekolah baru mereka. Untuk pertama kalinya mereka bersekolah, jelas saja kedua anak kembar laki-laki itu memiliki antusias yang tinggi. "Mom, besok Tino mau pakai kaus kaki yang merah ya," pinta Tino seraya memakan potongan buah semangka. "Oh iya, aku lupa, kaus kaki..!" Tiano sontak langsung lompat dari kursinya dan berlari ke lantai dua di kamarnya. Shela terkekeh, ia menatap Tino dan mengangguk. "Iya Sayang," jawabnya. Mendengar obrolan Mami dan Kakak kembarannya, Tiana yang duduk di atas tepi meja makan, anak itu menatap sang Mama seraya membawa potongan jagung manis rebus yang ya makan. "Tiana juga! Mami... Tiana pakai yang warna pink," seru anak itu tersenyum manis. "Iya dong, besok kita ikut ke sekolah Tino dan Tiano, okay?!" Shela mengecup pipi Tiana. "Huum, mau sekali!" Ekspresi wajah puc
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-13
Baca selengkapnya

Aku Menginginkanmu Bersamaku

"Akhirnya kita sekolah juga! Asik, asik..! Tiana tidak sekolah, kita berdua sekolah!" Ejekan itu membuat Tiana yang berjalan digandeng Shela langsung menoleh pada Tiano yang terkikik ke arahnya. Sejak di rumah tadi hingga kini mereka berada di area sekolah taman kanak-kanak, Tiana sudah muram dan marah. Melihat dua kembarannya memakai seragam sekolah, sedangkan dirinya tidak. Meskipun Sebastian dan Shela juga sama-sama membelikan sepatu, tas, dan berbagai alat tulis lainnya. "Jangan buat Tiana nangis, mau ribut di sini, hah?!" Tino langsung memukul lengan Tiano dengan tatapan kesal. "Sudah, sudah jangan ribut!" Shela menjewer telinga mereka berdua pelan. Kedua anaknya itu memang beberapa hari sungguh-sungguh menguji kesabaran Shela, selain tingkah mereka yang nakal, keduanya juga selalu membuat Tiana berteriak dan marah. Muncul Sebastian dari dalam area sekolah, laki-laki itu melambaikan tangannya pada kedua anaknya, dan Shela bersama Tiana mengikuti mereka. "Ini sekolah baru
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
39
DMCA.com Protection Status