Home / Fantasi / Mengubah Takdir Putri yang Malang / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Mengubah Takdir Putri yang Malang: Chapter 81 - Chapter 90

118 Chapters

Episode 81

Ratusan orang berkumpul di halaman istana, memenuhi udara dengan nyanyian sukacita dan harapan. Ran Xieya menggendong putranya bersama Han Xue Tian, yang memandang dengan bangga ke arah bayi kecil yang terbaring di pangkuan Ran Xieya.Pangeran Mahkota, pewaris takhta yang baru, adalah cahaya harapan bagi seluruh kerajaan Shizu Ran. Wajahnya yang masih lembut dipenuhi dengan senyum yang menggambarkan kedamaian dan kebaikan yang melekat pada hati murninya. Di tengah gemerlap pesta dan sorak-sorai di luar istanam ada kedamaian yang melingkupi istana. Setiap orang merasakan kehadiran yang agung, menandakan permulaan dari masa yang baru.Di dalam istana beralih pada perjamuan oleh petinggi Klan yang penting. Shin Chen Jun yang sudah menaiki posisi jadi kepala Klan Shin, Han Suiren Hua yang merupakan Kepala Klan Han dan Ran Hua Zhen yang masih belia menempati kepala Klan Jhan. Mereka menempati ruangan perjamuan khusus yang juga terdapat Ran Xieya sembari menggendong bayinya didampingi oleh
Read more

Episode 82

"Ran Xieya, aku tidak pernah setuju dengan ide gilamu!" bentak Han Xue Tian pada Ran Xieya. Malamnya usai semua tamu pulang dari perjamuan, kedua kekasih ini terlibat perkelahian kecil. Tak lain karena keduanya punya keinginan sendiri untuk keutuhan keluarganya, sayangnya Ran Xieya memilih pengorbanan dirinya dan Han Xue Tian memilih untuk menjaga keutuhan keluarga kecilnya ini. Ran Xieya terdiam menatap Han Xue Tian yang senantiasa datar itu mampu meluapkan emosional amarah padanya. Ran Xieya menoleh ke bawah sebentar sembari tersenyum kecil, padahal tak sanggup berhadapan dengan kedua mata biru yang menyalang padanya itu."Ini hidupku, aku bebas untuk mengorbankannya demi Xie Tian kecil kita," ucap Ran Xieya. Han Xue Tian menyambar kedua bahu kecil istrinya itu. "Xieya, aku suamimu, demi langit dan surgawi, kerajaan ini bukan apapun tanpamu apalagi A-Xie kecil kita," sahut Han Xue Tian dengan kedua mata biru yang bergetar. Pria itu semula murka kemudian memelas karena dia tak san
Read more

Episode 83

"Tidak mengapa karena aku sudah lelah hidup abadi sebagai terror kematian raga-raga kalian." Awal musim salju pun turun. Ran Xieya mengingat ucapan An Tian tempo waktu lalu. Ia tak dapat merelakan hidup An Tian namun dirinya sendiri semakin rapuh. Pagi mendung yang sejuk ini, Ran Xieya menikmati secangkir teh hangat buatan Baise sembari mengendong bayinya. Ia usai menyusui bayinya itu. Dari dalam ruangannya yang dibiarkan terbuka, menampaki langsung pepohonan wisteria yang diselimuti salju. Ran Xieya hanya duduk bersipu sembari menggendong bayinya yang tertidur pulas dalam gulungan selimut berbahan domba halus itu. "Tian, Tian, kecil Ibu, kesayangan Ibu," gumam Ran Xieya sembari menimang bayinya itu. Ia beri kecupan disetiap wajah mungilnya dan tersenyum haru. Ruangan yang dijaga oleh prajurit pun dimasuki oleh Han Xue Tian yang baru melepas zirah besinya. Ia menatap punggung kecil Ran Xieya yang sedang menimang anak mereka sembari menatap buliran salju yang turun dari langit. "T
Read more

Episode 84

"Tian-Tian, Bibi sudah bilang jangan bermain di dekat gua!" teriak Seorang Wanita. Ia mendatangi bocah berusia lima tahun itu kemudian menjewer telinganya. "Dasar anak keturunan Iblis, sulit diberitahu nanti jika Tuan Muda Kedua Han sampai tahu malah jadi aku yang dimarah," omel Wanita itu.Bocah kecil itu menangis sambil memengangi telinganya, padahal dia bermain kemari karena mengikuti kelinci-kelinci yang berlarian ke hutan. Dia hanya anak kecil yang kesepian dan mencari teman, dia bahkan tak mengerti jika semua orang di Klan Han membencinya."Ampun," ucap Anak kecil itu. Kedua mata birunya berkaca-kaca dan sembab."Ayo kita kembali ke kediaman Teratai, dasar anak merepotkan," omel Wanita itu sembari menyeret Bocah kecil yang rupawan itu.Ini sudah berlalu sejak lima tahun lalu insiden penyerangan di Kerajaan Shizu Ran. Kabar mengenai Ran Xieya, Sang Ratu pun sirna bagai di telan bumi. Tiada yang menemukan jasadnya namun saksi mata yang melihatnya tewas di gantung dan pedang yang b
Read more

Episode 85

"Perhatikan bicaramu, Ran Hua Zhen," peringat Ra Byusha. Ran Hua Zhen mengangguk. "Baiklah Guru," ucap Ran Hua Zhen. Gadis itu kini bergantian menggendong Tian-Tian kecil kemudian meletakkannya di atas kursi bambu. Ran Hua Zhen mengelap permukaan wajah Tian-Tian dengan sapu tangannya karena wajah menggemaskan anak itu tampak kotor. "Guru, jika Kakak Ipar datang untuk menjemput Tian-Tian, jangan berikan dia pada ayahnya itu," celetuk Ran Hua Zhen.Ra Byusha menghela napas. Ia paham mengapa Ran Hua Zhen jadi begitu agresif pada kakak iparnya itu karena Han Xue Tian memang menjadi berubah ketika Ran Xieya menghilang usai insiden itu. Ra Byusha mendatangi muridnya itu kemudian membelai wajah Tian-Tian yang mirip dengan Ran Xieya namun versi laki-laki."Han Xue Tian tetap ayah kandungnya karena tidak ada orang tua yang membenci anaknya sendiri," ucap Ra Byusha. Ran Hua Zhen menghela napas. "Semua orang berduka karena kakakku tapi sikapnya tetaplah salah," sahut Ran Hua Zhen."Hua Jie J
Read more

Episode 86

"Tian-Tian mengikuti anak-anak itu ke sana, padahal aku sudah mencegahnya tapi dia tidak mau," sadu Ran Feng Zhi. "Oh tidak, tidak," ucap Ran Hua Zhen panik. "Tenanglah, kita pasti menemukannya," ucap Shin Chen Jun sembari memengang kedua bahu Ran Hua Zhen. Bunyi derapan langkah kuda pun terdengar dari arah belakang mereka. Itu Han Xue Tian tiba dengan menunggangi kudanya. Ia menatap Ran Hua Zhen dengan panik. "Kemana putraku?" tanyanya seolah tahu. "Aku juga sedang mencarinya!" bentak Ran Hua Zhen. "Aku tidak bisa merasakan jimat itu dari anakku, kau bilang akan menjaganya," ucap Han Xue Tian dingin pada Ran Hua Zhen. Ran Hua Zhen bergidik takut karena Han Xue Tian benar-benar murka padanya namun Shin Chen Jun segera menghadang dan menegahi. "Tenanglah, Tuan Muda Kedua Han, ini bukan kesalahan siapapun, selagi masih dekat lebih baik kita cari Tian-Tian," usul Shin Chen Jun. Han Xue Tian langsung beranjak menyusuri pasar seorang diri. "Dia tetap anakku," tegas Han Xue Tian pa
Read more

Episode 87

"Xieya, Xieya, kau masih hidup," ucap Han Xue Tian memeluknya. Dalam bingung Ran Xieya merasakan kehangatan yang janggal. Ia tersadar kemudian mendorong Pria itu. "Maaf, Tuan, Anda salah mengenal orang," tolak Wanita itu. "Die di, itu Die di-ku," gumam Tian-Tian lirih namun menatap takut ayahnya sendiri. Wanita itu menurunkan Tian-Tian dari gendongannya. "Namaku Yue, aku bukan Xieya, maaf tampaknya Anda salah mengenal dan satu nasihatku untukmu Tuan, berkah memiliki seorang Anak tak bisa dimiliki semua orang maka dari itu jagalah kebahagian anakmu," ucap Yue. Wanita bermata magenta itu.Bagai disambar petir di tengah hari, Han Xue Tian tak mungkin melupakan wajah dari istrinya. Wanita itu sangat seiras dengan Ran Xieya bahkan sudah jadi sosok Ran Xieya. Han Xue Tian menatap dengan tatapan yang sulit di artikan. "Die di ... Die di," gumam Tian-Tian sembari menarik ujung jubah ayahnya itu.Han Xue Tian menoleh ke hadapan putranya. Bocah lelaki kecil itu sudah berkaca-kaca dan nyaris
Read more

Episode 88

"Aku harap kau mengerti Yue, karena Iblis seperti Lian Xia Tian sedang gencar memburumu, aku hanya mau memastikan keselamatanmu," ucap Guan Yu. Pria itu tak menuruni singasana emasnya, ia hanya duduk sembari menompang dagunya menatap Yue yang sedang bersipu padanya itu.Pria ini jadi alasan Yue menaiki takhta sebagai dewi yang baru. Yue jadi kesayangannya, meski Yue kerapkali keras kepala karena sangat mencintai manusia daripada dewa dan dewi yang lainnya. Yue tidak diketahui asal usul sebelum menaiki takhta atau Pria ini sengaja merahasiakannya, lagipula Yue tak pernah bertanya mengenai asal usulnya. Membuat Pria ini menyukai Yue. Dewi baru yang memiliki peringkat paling rendah. Yue mengangguk sembari membungkuk hormat pada Pria itu. Ia tak bisa membantah petinggi surgawi seperti Pria ini. "Baik, Yang Mulia," sahut Yue."Kalau begitu, aku harap kau tidak sering mendatangi dunia manusia," peringat Guan Yu. Yue memberi hormat. Pertemuannya usai dengan Yue yang membalikkan tubuhnya. K
Read more

Episode 89

"Dasar gila!" cibir Yue."Aku memang tergila-gila padamu sejak dulu namun aku dipihakmu," ucap Pria itu."Apa yang kau mau?""Kau, aku mau kau,"Yue nyaris lelah menghadapi Pria itu. "Pergilah, aku tak memiliki urusan denganmu!""Kau tentu punya, kau bukan Yue, kau hanya dijebak oleh Guan Yu ... ingatanmu sirna, Ran Xieya," ucap Pria itu keras kepala. Yue terpaksa mengambil langkah keras, ia mendorong Pria itu kemudian mengayunkan pedangnya meski tak mengenai Pria itu. Yue tak mau terlibat masalah dengan Iblis. Ia juga tak mengerti ocehan Pria itu padanya. "Pergilah, aku masih bermurah hati untuk tidak menyeretmu pada yang mulia," ancam Yue dengan tatapan tajamnya. "Tentu, aku akan pergi namun renungkanlah kembali, kau pasti merasa tak seharusnya di sini, Xieya," ucap Pria itu sembari beranjak pergi. Ia menghilang dalam bayangan malam. Yue kini seorang diri kemudian duduk di pinggir ranjangnya. Ia menghela napas cukup panjang kemudian mengusak wajah jelitanya itu dengan kasar. Yue
Read more

Episode 90

"Aku cukup gerah dengan kerajaan kejam ini, siapa penguasanya?" celetuk Yue."Aku ... akulah penguasanya," sahut seorang Wanita yang muncul dengan gerombolan pasukan berjubah hitamnya.Yue membalikkan tubuhnya dengan tatapan tajamnya. "Oh, kebetulan sekali, begini rupanya tampang pemaksa sepertimu," tantang Yue. "Tajam juga lidahmu, Wanita asing!" bentak Wanita itu.Yue tak gentar mundur, ia justru bersiap memasang tubuh untuk memulai pertarungan namun Bai dan Dewa Jing Xiu langsung mencegah Yue. "Ingatlah kita tak boleh bertikai dengan manusia, itu sumpah kita," ucap Dewa Jing Xiu panik sendiri. "Yang Mulia, itu benar ... tenanglah, kita tak bisa melawan mahluk fana," cegah Bai juga berusaha menghadang Yue.Yue mengabaikan Bai dan Jing Xiu. Ia menghadapi Wanita itu sehingga pertarungan tak bisa dihindari. Yue menangkis serangan Wanita itu dengan tangan kosongnya, Yue berusaha kerasa agar tak mengeluarkan senjata atau melukai wanita itu. Pertarungan semakin sengit hingga tudung yang
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status