"Kami mencarimu ke seluruh wilayah namun siapa sangka, justru Anda tiba lebih dulu." Jing Xiu berucap sembari mendekati Ran Xieya yang sedari tadi berdiri di depan sebuah hutan kawasan Iblis.Ran Xieya tersenyum sekenanya. "Kabut tadi memisahkan kita, jadi aku berusaha mencapai perbatasan seorang diri," ucap Ran Xieya. Dalam kedalaman hutan yang sunyi, terdapat sebuah kediaman yang dipenuhi oleh kegelapan. Di dalamnya, sebuah kekuatan jahat merajalela, menyerap kehidupan dari segala yang mencoba mendekat. "Ingat kita hanya menyelidiki bukan berbuat hal selain itu," ucap Jing Xiu memperingati Ran Xieya.Ran Xieya terkekeh pelan. "Kalau yang tadi maaf, aku kelepasan," sahutnya."Omong-omong siapa Tuan tadi yang melempar bom kabut? tampaknya Pria itu menarik Yang Mulia melarikan diri juga," selidik Bai, pengawal Ran Xieya."Dia ksatria yang menjaga perdamaian, tampaknya," ucap Ran Xieya sembari memasuki lorong gelap menuju pusat kegelapan. "Tunggu, apa kau yakin ini cara memasuki kota
"Selamat datang, apakah kau sudah merindukanku jadi menemuiku lebih cepat dari yang aku duga, Ran Xieya?" tanya Suara berat dan lembut secara bersamaan itu.Yue terperanjat, seharusnya ia menghindari ancaman sebesar ini karena mengingat misinya hanya untuk mengawasi dan menyelidiki Kerajaan Iblis yang selalu membuat onar dengan manusia. Yue justru mendapati penguasanya yang datang mendekatinya, mereka jelas-jelas sudah ketahuan.Yue setidaknya bernapas lega saat menyadari jika Bai Si Pengawalnya dan Jing Xiu sudah berhasil melarikan diri. "Jadi kau mau mengurungku?" sergah Yue sembari bersiap untuk menyerang.Seulas senyuman dari Lian Xia Tian menatap Yue. Seharusnya Sang penguasa ini murka atau menyerangnya karena sebagai penduduk surgawi sudah lancang memasuki wilayahnya tapi Lian Xia Tian melesat cepat mendekati Yue sembari memeluknya. "Tidak sama sekali," ucap Lian Xia Tian sembari menggeleng. "Justru aku senang kau datang kemari, Yue," ucapnya. "Ini sungguh tidak pantas," elak
Suara cicitan burung yang riuh di pagi hari. Berkas cahaya mentari masuk melalui cela jendela kaca. Sepasang mata magenta terbuka dengan perlahan. Ia perlahan-lahan mengeram sembari meregangkan tubuhnya. Wanita itu bingung mendapati dirinya di dalam sebuah kamar apartemen mewah. Ia bisa lihat gedung-gedung pencakar langit dari apartemen ini."Aku di mana?" tanya Wanita muda itu bingung."Xieya, selamat pagi," ucap Han Xue Tian muncul dari balik pintu sembari membawakan nampan berisi secangkir teh hangat."Xieya? kita di mana? mengapa pakaian kita dan tempat ini aneh?" tanya Yue keheranan.Han Xue Tian dengan sabar meletakkan secangkir teh itu di atas nakas meja. Ia duduk didekat Yue dengan perlahan. "Inilah dunia asalmu, Xieya, kamu ... sebenarnya Ran Xieya, kamu juga Senna Cassia Anguistfolia, kamu istri dan ibu dari Tian-Tian anak kita, selama ini Guan Yuu memperdayamu dengan mantera pengikat kenangan," ucap Han Xue Tian.Yue menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin!" jerit Yue."Die
"Kau ... Iblis tapi punya jiwa penduduk surgawi?" celetuk Yue heran."Dasar Gadis Bodoh, kau masih sempat mengomentariku sementara kau sendiri sedang ditipu!" bentak Bayangan Cermin itu."Apa maksudmu?" tanya Yue heran."Ck, kau bahkan lupa pemilik asli tubuhmu itu, kau Ran Xieya! seseorang yang seharusnya mengakhiri hidupku dan menjadi pahlawan untuk kaummu tapi kau malah terperangkap oleh Dewa Gadungan itu, kini hidupmu dan keluarga kecilmu ada dalam bahaya, Xieya," ucap Wanita itu. Yue masih saja tidak mengerti dengan ucapan dari Wanita dalam cermin itu. "Aku tidak mengerti apa yang kau coba katakan," ucap Yue menanggapinya."Kalau begitu, mengapa kau tidak ada satu manusia yang tahu kisahmu? atau kuil tempatmu berasal?" tanya Wanita itu penuh selidik.Gemuruh hujan deras terdengar bersamaan dengan kedua mata Yue yang membelalak. Kenyataannya dia bahkan tidak tahu siapa dirinya sebenarnya. Ia ratapi Wanita yang punya wajah seiras dengannya dengan senyum puasnya itu."Nah, bukannya
"Tidak, Tian-Tian!" jerit Yue berusaha bangkit, sebuah cairan merah keluar dari perutnya Yue. Kini Yue sadar jika di dunia fana ini ia juga tidak memiliki keabadian."Kemari ... Lanse Tian," ucap suara yang berat dan dingin itu. Sekelebat pedang bergagang biru terbang cepat mengarah ke kamar dan menghunus Iblis itu. Menghabisinya dalam seketika.Yue menatap kedua tangannya yang baru memengangi perutnya mengeluarkan darah merah. Kedua tangannya bergemetar hebat. "Aku ... aku terluka?" "Xieya!" Han Xue Tian panik saat memasuki apartemen, ia mendapati Yue tengah berdiri sembari melihat kedua tangannya yang dipenuhi oleh cairan merah berasal dari luka di perutnya. Han Xue Tian melesat menghampiri Yue dengan cepat kala Wanita itu ambruk tak sadarkan diri.Han Xue Tian meraih tubuh Yue yang terkulai lemas dan tak berdaya itu. Ia menggendong Yue keluar dari apartemen namun sempat berdiri diambang pintu, ia menyadari jika mantera pelindung sudah hancur oleh Iblis. "Tian-Tian! Nak, kemari!" t
"Aku menolak kembali," ucap Han Xue Tian tanpa sudi menoleh. "Kau bertingkah seperti anak kecil, mengabaikan misi, menjalin hubungan dengan orang yang paling berbahaya dan keluar masuk ke Shizu Ran." Wanita itu berucap sembari melirik anak kecil yang sedang tidur dalam pangkuan Han Xue Tian. Setelah itu ia melihat Yue yang terbaring lelap tak berdaya. "Dia bau busuk, lukanya berasal dari Iblis yang membawa penyakit dan mustahil medis bisa menghilangkan energi buruk yang tertinggal di luka itu," ucap Wanita itu mendekati Yue. "Aku tahu," ucap Han Xue Tian. "Inilah alasanku memanggilmu, Jie," gumam Han Xue Tian. Wanita itu mendengkus kesal. Dia sepupu dari Han Xue Tian, satu-satunya orang yang tidak memihak keluarga Xuanze dan tidak juga memihak sepupunya, Wanita ini tidak memihak siapapun namun masih sudi menolong Han Xue Tian. "Zaman seperti ini tidak ada Tabib selain aku yang bisa mengetahui luka seperti ini," ucapnya bergumam kemudian memerhatikan Yue. "Lantas mengapa Wanita polo
"Apakah namaku Ran Xieya?" tanya Yue. Han Xue Tian mengangguk. "Kau Ran Xieya, Senna Cassia, dan istriku," jawab Han Xue Tian. Yue menitikkan air mata pada kedua mata magentanya. Ia mulai terisak sendiri karena ingatannya dan kepercayaannya mulai bercampur namun perasaan Yue terhadap Han Xue Tian dan Tian-Tian anaknya tidak bisa dibohongi. "Maafkan aku, Xue Tian." gumam Yue perlahan....Pagi menyingsing dengan mentari yang hangat membelai permukaan kehidupan bumi. Seorang Wanita sudah beranjak duduk dipinggiran ranjang kasur pada sebuah ruang perawatan. Yue menatap Han Xue Tian yang tidur dengan posisi duduk di sofa, Pria itu bersandar sambil mendekap Anak Kecil dalam pelukannya, Bocah itu juga masih terlelap dalam tidurnya. Sekilas Yue yang sudah bangun lebih dulu sedang memerhatikan raut Tian-Tian yang mirip seperti Han Xue Tian, keduanya seiras hanya beda ukuran jadi Yue terkekeh sendiri. “Lucu dan menggemaskan sekali,” gumam Yue.Yue pun memiliki ide gila sendiri. Ia tering
"Semua itu dusta, tentu saja."...“Sahabatku hilang bertahun-tahun kemudian kembali tanpa memori, bahkan sudah memiliki anak denganmu, pikirkanlah ... apakah Senna tipikal orang yang tidak mengundang pernikahannya dengan sahabatnya?” celetuk Elya geram.“Aku tidak mengerti maksudmu, Nona Elya,” sahut Han Xue Tian.“Hai Senna, aku tak memintamu menyambutku dengan hangat, hanya ingatlah namaku,” ucap Elya dengan tatapan yang sulit diartikan.Yue memandangi Gadis itu dengan seksama kemudian gantian melirik Han Xue Tian yang membungkam itu. Yue memamerkan senyuman manisnya. “Elya kenapa cara bicaramu kaku?” tanya Yue sembari tersenyum.Han Xue Tian tahu jika Ran Xieya tidak memiliki ingatan dan terjebak dengan sosok "Yue" yang ia yakini sebagai diriya saat ini. Han Xue Tian pun memilih diam sejenak untuk mengamati dengan seksama sikap yang tengah Yue jalani saat ini.Sandiwara apa yang kau coba lakukan untuk menyembunyikan semua ini, Yue? batin Han Xue Tian sembari menelisik dengan tat