Suara cicitan burung yang riuh di pagi hari. Berkas cahaya mentari masuk melalui cela jendela kaca. Sepasang mata magenta terbuka dengan perlahan. Ia perlahan-lahan mengeram sembari meregangkan tubuhnya. Wanita itu bingung mendapati dirinya di dalam sebuah kamar apartemen mewah. Ia bisa lihat gedung-gedung pencakar langit dari apartemen ini."Aku di mana?" tanya Wanita muda itu bingung."Xieya, selamat pagi," ucap Han Xue Tian muncul dari balik pintu sembari membawakan nampan berisi secangkir teh hangat."Xieya? kita di mana? mengapa pakaian kita dan tempat ini aneh?" tanya Yue keheranan.Han Xue Tian dengan sabar meletakkan secangkir teh itu di atas nakas meja. Ia duduk didekat Yue dengan perlahan. "Inilah dunia asalmu, Xieya, kamu ... sebenarnya Ran Xieya, kamu juga Senna Cassia Anguistfolia, kamu istri dan ibu dari Tian-Tian anak kita, selama ini Guan Yuu memperdayamu dengan mantera pengikat kenangan," ucap Han Xue Tian.Yue menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin!" jerit Yue."Die
"Kau ... Iblis tapi punya jiwa penduduk surgawi?" celetuk Yue heran."Dasar Gadis Bodoh, kau masih sempat mengomentariku sementara kau sendiri sedang ditipu!" bentak Bayangan Cermin itu."Apa maksudmu?" tanya Yue heran."Ck, kau bahkan lupa pemilik asli tubuhmu itu, kau Ran Xieya! seseorang yang seharusnya mengakhiri hidupku dan menjadi pahlawan untuk kaummu tapi kau malah terperangkap oleh Dewa Gadungan itu, kini hidupmu dan keluarga kecilmu ada dalam bahaya, Xieya," ucap Wanita itu. Yue masih saja tidak mengerti dengan ucapan dari Wanita dalam cermin itu. "Aku tidak mengerti apa yang kau coba katakan," ucap Yue menanggapinya."Kalau begitu, mengapa kau tidak ada satu manusia yang tahu kisahmu? atau kuil tempatmu berasal?" tanya Wanita itu penuh selidik.Gemuruh hujan deras terdengar bersamaan dengan kedua mata Yue yang membelalak. Kenyataannya dia bahkan tidak tahu siapa dirinya sebenarnya. Ia ratapi Wanita yang punya wajah seiras dengannya dengan senyum puasnya itu."Nah, bukannya
"Tidak, Tian-Tian!" jerit Yue berusaha bangkit, sebuah cairan merah keluar dari perutnya Yue. Kini Yue sadar jika di dunia fana ini ia juga tidak memiliki keabadian."Kemari ... Lanse Tian," ucap suara yang berat dan dingin itu. Sekelebat pedang bergagang biru terbang cepat mengarah ke kamar dan menghunus Iblis itu. Menghabisinya dalam seketika.Yue menatap kedua tangannya yang baru memengangi perutnya mengeluarkan darah merah. Kedua tangannya bergemetar hebat. "Aku ... aku terluka?" "Xieya!" Han Xue Tian panik saat memasuki apartemen, ia mendapati Yue tengah berdiri sembari melihat kedua tangannya yang dipenuhi oleh cairan merah berasal dari luka di perutnya. Han Xue Tian melesat menghampiri Yue dengan cepat kala Wanita itu ambruk tak sadarkan diri.Han Xue Tian meraih tubuh Yue yang terkulai lemas dan tak berdaya itu. Ia menggendong Yue keluar dari apartemen namun sempat berdiri diambang pintu, ia menyadari jika mantera pelindung sudah hancur oleh Iblis. "Tian-Tian! Nak, kemari!" t
"Aku menolak kembali," ucap Han Xue Tian tanpa sudi menoleh. "Kau bertingkah seperti anak kecil, mengabaikan misi, menjalin hubungan dengan orang yang paling berbahaya dan keluar masuk ke Shizu Ran." Wanita itu berucap sembari melirik anak kecil yang sedang tidur dalam pangkuan Han Xue Tian. Setelah itu ia melihat Yue yang terbaring lelap tak berdaya. "Dia bau busuk, lukanya berasal dari Iblis yang membawa penyakit dan mustahil medis bisa menghilangkan energi buruk yang tertinggal di luka itu," ucap Wanita itu mendekati Yue. "Aku tahu," ucap Han Xue Tian. "Inilah alasanku memanggilmu, Jie," gumam Han Xue Tian. Wanita itu mendengkus kesal. Dia sepupu dari Han Xue Tian, satu-satunya orang yang tidak memihak keluarga Xuanze dan tidak juga memihak sepupunya, Wanita ini tidak memihak siapapun namun masih sudi menolong Han Xue Tian. "Zaman seperti ini tidak ada Tabib selain aku yang bisa mengetahui luka seperti ini," ucapnya bergumam kemudian memerhatikan Yue. "Lantas mengapa Wanita polo
"Apakah namaku Ran Xieya?" tanya Yue. Han Xue Tian mengangguk. "Kau Ran Xieya, Senna Cassia, dan istriku," jawab Han Xue Tian. Yue menitikkan air mata pada kedua mata magentanya. Ia mulai terisak sendiri karena ingatannya dan kepercayaannya mulai bercampur namun perasaan Yue terhadap Han Xue Tian dan Tian-Tian anaknya tidak bisa dibohongi. "Maafkan aku, Xue Tian." gumam Yue perlahan....Pagi menyingsing dengan mentari yang hangat membelai permukaan kehidupan bumi. Seorang Wanita sudah beranjak duduk dipinggiran ranjang kasur pada sebuah ruang perawatan. Yue menatap Han Xue Tian yang tidur dengan posisi duduk di sofa, Pria itu bersandar sambil mendekap Anak Kecil dalam pelukannya, Bocah itu juga masih terlelap dalam tidurnya. Sekilas Yue yang sudah bangun lebih dulu sedang memerhatikan raut Tian-Tian yang mirip seperti Han Xue Tian, keduanya seiras hanya beda ukuran jadi Yue terkekeh sendiri. “Lucu dan menggemaskan sekali,” gumam Yue.Yue pun memiliki ide gila sendiri. Ia tering
"Semua itu dusta, tentu saja."...“Sahabatku hilang bertahun-tahun kemudian kembali tanpa memori, bahkan sudah memiliki anak denganmu, pikirkanlah ... apakah Senna tipikal orang yang tidak mengundang pernikahannya dengan sahabatnya?” celetuk Elya geram.“Aku tidak mengerti maksudmu, Nona Elya,” sahut Han Xue Tian.“Hai Senna, aku tak memintamu menyambutku dengan hangat, hanya ingatlah namaku,” ucap Elya dengan tatapan yang sulit diartikan.Yue memandangi Gadis itu dengan seksama kemudian gantian melirik Han Xue Tian yang membungkam itu. Yue memamerkan senyuman manisnya. “Elya kenapa cara bicaramu kaku?” tanya Yue sembari tersenyum.Han Xue Tian tahu jika Ran Xieya tidak memiliki ingatan dan terjebak dengan sosok "Yue" yang ia yakini sebagai diriya saat ini. Han Xue Tian pun memilih diam sejenak untuk mengamati dengan seksama sikap yang tengah Yue jalani saat ini.Sandiwara apa yang kau coba lakukan untuk menyembunyikan semua ini, Yue? batin Han Xue Tian sembari menelisik dengan tat
Pagi ini ketika mentari menaik, sinar mentari dan hangat suhu itu mengintip masuk dari horden jendela yang terbuka seiring dengan terbukanya sepasang jendela kaca itu. Horden putih, meliuk-liuk mengikuti semilir angin yang menerpa. Semua itu mengenai sosok tubuh yang berbaring diatas ranjang kasur disebuah kamar luas dengan ornamen-ornamen berwarna merah temaram.Sosok mungil itu, mulai bergerak gelisah dalam tidurnya. Hingga kedua kelopak matanya terbuka menampaki sepasang iris violet dengan netra yang membesar. “Huh?” ia masih berbaring dengan menolehkan kepalanya menatap jendela yang terbuka itu, taman dengan bunga-bunga wisteria yang menyambut pemandangan pertama setelah bangun tidur ini."Xieya, kita ada di rumah Kakek, maaf kemarin memindahkanmu dari Rumah Sakit dalam keadaan tidur karena situasi mendadak," ucap Han Xue Tian yang kala itu berdiri diambang pintu. Yue atau kini sudah kembali menjadi Ran Xieya mulai beranjak menduduki dirinya. Ia tatap Pria berambut hitam panjang
"Aku pun membuat dosa, selama kau menghilang, Tian-Tian kurang perhatian dariku membuat adikmu selalu membenciku," ucap Han Xue Tian.Ran Xieya tersenyum lembut. Seseorang yang semula datar tanpa ekspresi seperti Han Xue Tian dapat berubah demi anaknya. Ran Xieya memaklumi kesulitan yang dialami oleh Han Xue Tian, jadi ia beranjak berdiri kemudian membelai permukaan wajah Pria Rupawan itu meski harus berjinjit. "Pasti sulit bersama Tian-Tian sejak bayi hingga besar," ucap Ran Xieya tersenyum kecil."Maafkan aku Xue Tian," "Tidak perlu, Xieya, aku juga bersalah,""Kalau begitu kita harus memperbaiki lagi semuanya," ucap Ran Xieya tapi kini tersenyum kecil. "Kurasa mumpung ada di dunia ini ... bagaimana jika kita menyapa keluarga-keluargaku yang menyebalkan itu?" ...Perjalanan yang tidak terlalu jauh ditempuh oleh mobil metalik hitam yang melaju membelah keheningan jalan raya. Ran Xieya duduk dibangku penumpang belakang sembari mengusap puncak kepala anak laki-lakinya yang berbarin
Srrrryashhhhhhh Kedua mata magenta Ran Xieya menatap Lian Xia Tian yang terkena sebuah sebilah pedang yang menghunus punggungnya hingga bagian perutnya mengeluarkan cn. "Tidak, tidak, tidak," ucap Ran Xieya berulang kali. "Xieya ... Xie ... lari," ucap Lian Xia Tian yang mengeluarkan cairan merah dari ujung bibirnya. Tubuh Lian Xia Tian ambruk seketika."Mengapa kau melakukannya?" tanya Ran Xieya dengan tatapan nanarnya. "Tuanku sangatlah bodoh," celetuknya sembari berjalan mendekati Guan Yu. "Ia merawatku sejak bayi namun yang ia lakukan setiap hari hanyalah mengangumimu, padahl Dunia Bawah membutuhkannya." Pemuda itu merubah wujudnya jadi seorang Pria Muda yang berjubah hitam. "Lu Fei, aku ... anak dari Guan Yu dengan salah seorang manusia, Ayah ... aku sudah menghabisi Iblis Bodoh itu apakah aku juga harus menghabisi Dewi Yue?" tanyanya sembari menatap Ran Xieya.Guan Yu tertawa puas menikmati Ran Xieya yang mematung menatap Lian Xia Tian yang sekarat itu. "Dia tak akan bisa di
"Jadi kau melepaskan hubungan dengan semua orang untuk misi bunuh dirimu ini, tapi semua itu tak berlaku padaku karena aku memang membenci Guan Yu sejak dulu ... kau pikir saja sendiri, kekasih mana yang terima jika selama ini wanitanya di segel oleh Dewa Keparat itu selama ribuan tahun?" omel Lian Xia Tian sembari menatap Ran Xieya dengan tajam. Ran Xieya tak mengubrisnya kemudian berjalan mendekati Gunung Rai. "Jika begitu terserah padamu dan lakukan sesukamu tapi jangan menghadang keinginanku untuk melenyapkan Guan Yu," ucap Ran Xieya pada Lian Xia Tian. Gerhana tak dirasa justru datang lebih cepat. Hal itu membuat Ran Xieya tertegun. "Aneh sekali, kenapa terjadi lebih cepat?" gumam Ran Xieya sendiri."Itu karena Guan Yu juga menipu alam semesta," sahut Jing Xiu sembari waspada. "Yue ... aku rasa rencanamu berjalan lebih cepat dari dugaan kita," ucap Jing Xiu sembari bercahaya terang yang hangat. Ran Xieya mengangguk. "Tolong ya, aku serahkan perlindungan padamu." Ran Xieya beru
"Aku bersamamu, dalam suka dan duka, Yang Mulia Hua Zhen ...," ucap Pria bermata ungu cerah itu. Ran Hua Zhen tersenyum namun tiba-tiba saja ia tak sadarkan diri. Ran Hua Zhen langsung berada dalam gendongan Shin Chen Jun. Ia mendengar derapan langkah namun tak lama sosok Han Suiren Hua muncul dengan telunjuk bercahayanya. Shin Chen Jun menghela napas."Hua Ge, melumpuhkan energinya bukanlah hal yang baik," celetuk Shin Chen Jun."Benar, selagi ini kekuatan baru Yang Mulia, dan guncangan jiwa dapat membangkitkan kekuatannya ... An Tian bukan sesuatu yang bisa Yang Mulia tangani, sebaliknya ... itu akan mempersulitnya," ucap Han Suiren Hua. "Kedatanganku kemari juga karena hendak berbincang denganmu Ketua Shin." Pria itu berucap sembari melipat kedua tangannya di belakang punggungnya dengan tenang. Shin Chen Jun beranjak berdiri sembari menggendong tubuhnya Ran Hua Zhen yang sudah tak sadarkan diri berkat Han Suiren Hua yang menghentikan aliran energinya untuk sementara, ini bukan p
"Tapi Yang Mulia, harap Anda memikirkan lagi mengenai tindakanmu ini," ucap Shin Chen Jun pada Ran Xieya yang tengah duduk dihadapannya menikmati secangkir teh.Ketibaan Ran Xieya membawa harapan bagi Shin selain berkat Ran Xieya yang memusnahkan Dewi Naga Kabut. Ia juga mengembalikan warga Shin yang terperangkap dalam kabutnya, insiden ini terjadi sejak Baosheng berhasil dikalahkan dan para pemberontak berhasil padam dan mengalah.Shin Chen Jun, masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Ran Xieya, dia hidup akrab dengan Ran Xieya sejak masih muda tapi baru kali ini Shin Chen Jun merasakan ketenangan yang berbahaya dari Ran Xieya yang biasanya bersikap ceria, banyak bicara dan ceroboh itu. "Rencanaku sudah bulat A-Jun, aku memutuskan untuk mengakhiri peperangan ini ... maka dari itu, jika sesuatu terjadi padaku, aku mau kau jadi Penasehat Shizu Ran serta dampingi Ran Hua Zhen," ucap Ran Xieya menatap Shin Chen Jun dengan datar.Shin Chen Jun menggeleng. "Itu tidak bisa, anakmu yang
"Xieya ... kau memaksakan diri lagi ya?" tanya Lian Xia Tian sembari mendekati Ran Xieya. "Tidak, tidak sama sekali, ini pilihanku," jawab Ran Xieya tak ragu. Lian Xia Tian melirik Ran Xieya yang tampak terdiam tenang, ini bukan Ran Xieya yang ia kenal. Lian Xia Tian mencoba memahami perilaku Ran Xieya. Banyak hal yang dilalui oleh Ran Xieya bahkan ia telah mengorbankan banyak hal termaksud dirinya sendiri. "Aku tak butuh kau mengasihiku," terka Ran Xieya sembari beranjak pergi lebih dulu. Lian Xia Tian tertegun, ia tak menyangka jika Ran Xieya menjadi 'datar' saat ini. Tatapan dan sikap dingin seperti ini mirip seperti An Tian, tapi Lian Xia Tian sendiri sudah sangat yakin jika An Tian sendiri telah lenyap karena kehadirannya sirna digantikan oleh sebatas energi kekuatan pada Ran Hua Zhen yang sejak tadi membungkam. "Xieya, perjalanan kita lumayan panjang untuk tiba di Shizu Ran ... jika, kau ingin istirahat, Kediaman Shin terletak diperbatasan," ucap Lian Xia Tian menunggangi k
Ran Xieya berjalan dengan tenang, kala itu hari hendak menampaki fajar. Kedua mata magenta Ran Xieya bersinar terang. Wajahnya memasang raut serius. Ia berjalan belok memasuki sebuah ruangan usai menggeser pintu yang terbuat dari bambu itu. Ran Xieya menatap adiknya, Ran Hua Zhen yang tidak sadarkan diri. "Kau memutuskan jaringan kehidupanmu dari dunia fana, An Tian, tapi anak seperti ini yang kau pilih untuk melanjutkan harapanmu ... sebegitunya kau mau aku hidup bebas tanpa belenggumu lagi, ya?" Ran Xieya duduk dipinggiran ranjang kasurnya. Ia bisa merasakan energi gelap dan hitam pada Ran Hua Zhen namun energi itu tidak waspada padanya. Ran Xieya menatap kehampaan saat ini. Ia teringat saat-saat dirinya 'menyandera' jiwa An Tian pada tubuhnya. Kehancuran dan kehidupan bercampur aduk, Ran Xieya pernah menghancurkan perbatasan wilayah Iblis dan manusia bahkan pernah menyatukan kedamaian Iblis dan Manusia berkat An Tian yang ada pada dirinya. Kini semuanya sudah usai, Ran Xieya hidu
"Nak, keinginanmu kuat ... terimalah ...,""Tidak! tidak, jangan lagi lakukan hal seperti itu!" Lian Xia Tian langsung mendekap An Tian yang sudah perlahan-lahan berubah jadi abu. Ia tahu jika An Tian hendak memindahkan inti jiwanya pada Ran Hua Zhen meski tidak pasti keberhasialnnya."Percayalah Xia Tian, dia tetap hidup jadi dirinya bersama kekuatanku," sahut An Tian tak mengubris Lian Xia Tian. Melainkan membuat cahaya dari tangannya dan memberikannya pada Ran Hua Zhen. Ia tersenyum saat menatap Ran Hua Zhen yang mirip seperti Ran Xieya. "Hiduplah ... lindungi semuanya," ucap An Tian kemudian berubah jadi abu dan sirna.Ran Hua Zhen membeku kala cahaya itu memasuki tubuhnya sendiri kemudian kekuatan tinggi merasuki dirinya. "Ahhhh!" Ran Hua Zhen menjerit kemudian tak lama ia pun pingsan tak sadarkan diri. Lian Xia Tian mematung menatap abu dari An Tian dan Ran Hua Zhen yang sudah mengambil alih seluruh kemampuan An Tian. Jalan ini berbeda dari sebelumnya, Ran Hua Zhen tak perlu ke
"An Tian, tunggu, perlahan langkahmu," ucap Han Suiren Hua."Apa? kau mau aku menuruti kemauanmu dengan menipu Xieya? kau ... Kakak yang keji dengan membiarkan Lian Xia Tian menipunya jadi Han Xue Tian hanya untuk menenangkan Xieya," sahut An Tian. "Aku tidak sanggup melihatnya tidak tahu menahu jika Han Xue Tian juga dalam keadaan sekarat!" bentak An Tian."Ini bukan salahmu, An Tian." Han Suiren Hua menarik pergelangan tangan An Tian. An Tian menatap Kepala Klan Muda itu. An Tian menepis tangannya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Aku harus melenyapkan wadah ini, karena apa jadinya jika Xieya menatapku dengan wujud yang membuatnya menderita," ucap An Tian sembari beranjak pergi. An Tian berlari keluar dari kediaman Han. Ia sempat berpapasan dengan Ra Byusha yang langsung mengenalinya. "Carikan aku wadah, aku ... aku tak mau Xieya menatapku menderita," ucap An Tian setengah memelas."Murid bodoh itu pemaaf," sahut Ra Byusha."Bahkan jika tahu suaminya kritis dan saat ini orang
"Lakukan! Hahaha ...," tawa Baosheng tak lama terhenti. Ia mematung dengan bayangan hitam yang pedar keluar darinya. "Xieya, tusuk jantungnya ... satu-satunya cara membuatku bebas dengan membunuh wadah ini sama sepertimu dulu," ucap Baosheng dengan nada suara An Tian."Aku ... tidak yakin," ucap Ran Xieya mendadak gemetar karena jika itu ia lakukan maka Baosheng akan tewas."Guan Yuu akan melemah karena ia menggunakan sebagian kekuatanku," ucap An Tian.Brukkkk ... Ran Xieya menoleh kala menatap nanar sosok An Tian yang mengulurkan tangannya itu. Ran Xieya mencoba meraihnya namun dirasanya percuma karena sosok Baosheng sudah kembali sembari menyerang Ran Xieya dengan membabi buta. Ran Xieya akhirnya bisa menahan serangannya dengan membuat pedang dari Baosheng terlempar kemudian memengang kedua tangan Baosheng. "Aku tak mau semuanya berakhir sia-sia," ucap Ran Xieya berusaha membujuk Baosheng."Hentikan omong kosongmu Anak Kecil," sergah Baosheng.Brukkkk ...Ran Xieya menoleh saat t