Agar menjadi pertemuan yang impas, usai berkunjung ke kediaman Ran. Kini Ran Xieya bersama keluarga kecilnya gantian mengunjungi kediaman keluarga Xuanze untuk mengenalkan keluarga kecil ini sekaligus mencari tahu masalah yang sedang mereka alami. Ran Xieya tidak menipu jika saat ini ia merasa gugup untuk bertemu seluruh keluarga Xuanze yang akan menolak kehadirannya, mengingat dulu saat bertemu di Rumah Sakit usai Ran Xieya kembali ke dunia ini, pertemuannya dengan Nyonya Besar Xuanze dan sepupu dari Han Xue Tian alias Xuanze Rhein Qita tidaklah baik. "Xieya, kamu yakin dengan semua ini?" tanya Han Xue Tian yang sedang menyetir masuk ke dalam jalanan kawasan hutan dari kediaman Xuanze.Ran Xieya menatap Putranya, ia terlanjur sudah mengandung dan melahirkan benih cintanya bersama Han Xue Tian meski pernikahan itu terjadi di dunia lain yang berbeda. "Kita bukannya harus tetap menghadapinya? apalagi hanya keluarga Xuanze yang tahu rahasia dari portal dan array dari dunia itu," jawab
"Mama?" tanya Tian-Tian menatap Ran Xieya dengan cemas.Wanita tua itu murka usai mendengar Bocah Kecil yang mirip dengan Han Xue Tian. "Jangan katakan jika dia anakmu?"cecar Wanita Tua itu sembari menunjuk jemarinya.Tian-Tian kini giliran menatap takut sembari bersembunyi dibalik tubuh Ran Xieya, anak kecil seperti Tian-Tian yang tidak mengerti apapun itu tak lepas dari tatapan tajamnya. Tian-Tian menggeleng kala Ran Xieya mengusap-usap kepalanya. "Benar, anak itu anakku dan Ran Xieya adalah istriku,""APA!" bentak Wanita Tua itu dengan mata melotot menatap Ran Xieya. Saat ini kemurkaannya tak membendung untuk menatap Ran Xieya yang kala itu masih bersikap tenang, ia hanya tak sudi jika cucu kesayangannya berakhir bersama wanita yang menurutnya tidak pantas. Rasa sayang yang melimpah pada cucunya membuat Sang Nenek gelap mata untuk mendatangi istri dari Sang Cucu dan nyaris melayangkan tamparan.Ran Xieya menatap Nenek Tua itu. "Ah, aku sungguh bernostalgia dengan konflik seperti i
"Orang yang punya ingatan dari Arai adalah kakek buyutku, ia mewariskan semua ini ke keturunan dan hingga terlahir seseorang yang jadi reinkarnasi dari leluhur kami, membuat pertemuanku denganmu bermula sebenarnya ... aku sendiri anak yang lahir sebagai rencana cadangan jika kembaran asliku tiada untuk melanjutkan rencana Keluarga ini." Han Xue Tian beranjak keluar dari mobil kemudian membukakan pintu untuk Ran Xieya."Aku tidak mengerti," sahut Ran Xieya masih duduk di dalam mobil. Ia bingung dan enggan memasuki kediaman yang asing baginya itu. "Apa lagi tempat itu?" celetuk Ran Xieya."Dilihat dari luar memang seperti kediaman tapi tempat usang namun inilah He Hua yang ada di masa ini," jawab Han Xue Tian. "Di dalam kediaman itu, jawaban ada di sana," ucap Han Xue Tian sembari menoleh kediaman itu.Ran Xieya memandangai suaminya. "Kau lebih tahu daripada aku jika, Tian-Tian berhak mendapatkan keinginannya lebih dulu," ucap Ran Xieya. "Aku tahu." Han Xue Tian menggengam tangan Ran X
Ran Xieya duduk dengan gusar, ia menanti kedatangan orang-orang terdekatnya untuk bertemu dengan Ran Xieya setelah sekian lama. Masalahnya Ran Xieya sudah lama tak bersua dengan keluarganya itu terutama Ran Hua Zhen, adik bungsunya dan satu-satunya keluarga kerajaan yang tersisa kemudian keponakan kecilnya. Feng Zhi. Ran Xieya berada di kamarnya di kediaman He Hua. Kediaman dari Klan Han, ia memang 'disembunyikan' dengan baik oleh Klan Ksatria dan Kultivator ini. Ran Xieya tengah menyisir rambut hitam panjang bergelombangnya, kedua mata magentanya yang cantik menerjab kala Han Fang Yi, adik bungsu Han yang sejak lama membencinya memunculkan dirinya di ambang pintu."Adik Fang Yi, apakah kau mau berbicara sesuatu?" tanya Ran Xieya sembari menoleh meski belum beranjak berdiri dari kursi kayu akasia berukir teratai itu.Wanita Muda itu hanya memandangi Ran Xieya kemudian menunduk. "Maafkan aku, Jie," ucap Fang Yi.Ran Xieya menoleh tak mengerti, ia heran akan sikap Fang Yi yang mendadak
"Salam, apa kabar adikku?" sapa Ran Xieya sambil merentangkan kedua tangannya.Ran Hua Zhen menghampiri Ran Xieya dengan cepat kemudian meleburkan pelukan hangatnya. Keluarga Ran hanya tersisa kedua Wanita Ran ini. Mereka yang tersisa untuk kembali memperebutkan kerajaan mereka. "Jie ... kita harus kembali merebut rumah kita, rakyat kita dan tanah kita," ucap Ran Hua Zhen.Ran Xieya mengangguk. "Kita akan merebutnya lagi," ucap Ran Xieya. Mereka saling berpelukan dalam kebahagiaan yang tak terucapkan. Meskipun banyak waktu telah terlewati dan banyak hal yang telah berubah, ikatan darah antara mereka tetap kuat. Meskipun mereka telah bertemu kembali, tantangan baru menunggu mereka. Kerajaan mereka hancur, dan rakyat mereka tersebar di berbagai tempat. Ran Xieya dan Ran Hua Zhen bersumpah untuk memulihkan kejayaan kerajaan mereka, demi menghormati warisan keluarga mereka dan untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi semua yang mereka cintai."Kita harus menyingkirkan Baosheng, a
"Xia Tian! Kau kah itu?" Ran Xieya tiba-tiba saja muncul. Wanita Muda itu berlari-lari kecil, gaun biru tua dengan jubah senadanya menyapu permukaan lantai kayu yang basah sehabis hujan. Ia tak perduli namun terus berlari mendekati Pria itu."Xieya, oh astaga, cantikku!" Lian Xia Tian dengan konyolnya hendak memeluk Ran Xieya. Tentu saja tidak bisa karena kini ia hanyalah hantu."Kau benar-benar bodoh!" bentak Ran Xieya dengan kedua mata yang berkaca-kaca. "Kau mengorbankan dirimu lagi, untuk kami!" isak Ran Xieya."Xieya ... bukankah sejak dulu aku sudah katakan, meski pemenangnya adikku tapi aku tetap mencintaimu." Perkataan dari Lian Xia Tian menyadarkan Ran Hua Zhen, ia melihat gelagat dari Penguasa Iblis itu seolah menaruh hati pada kakaknya. "Kini kau bertemu dengan kakakku jadi apa yang mau kau katakan?" celetuknya menginterupsi keduanya. Ran Xieya mengangguk. "Xia Tian, apa yang sedang kau coba katakan?" tanyanya.Lian Xia Tian menyadari sikap ketus dari Ran Hua Zhen, ia jad
Ran Xieya berlari terhuyung-huyung dengan isak tangis yang semakin menggelegar. Ia sempat tak sengaja bertabrakan dengan para murid klan Han yang mulai berlarian ke aula utama. Ran Xieya mematung kala menyadari ucapan dari Lian Xia Tian memang benar. "Tidak, tidak, apa yang kalian lakukan?" Kedua mata magenta Ran Xieya membelalak. Para murid terdiri atas para pemuda yang mengemban ilmu bela diri, kultivator dan dididik jadi calon ksatria. Ran Xieya menatap anak-anak muda yang berlarian membara menuju aula karena lonceng utama sudah berbunyi, menandakan bahaya mengancam dan sebuah perang akan terjadi.Kini Ran Xieya menggeleng, ingatan masa lalunya muncul saat peperangan diperbatasan wilayah dunia bawah terjadi. Ran Xieya merasakan deru napasnya cepat, debaran dan sesak. Ran Xieya menepi ke salah satu dinding untuk berpengangan di sana sementara itu air matanya masih keluar dengan perlahan. "Mama, Mama!" teriak Tian-Tian yang berlari ke arah ibunya kemudian menggengam tangannya. Tia
"Kau sudah jauh lebih baik," sahutnya mengomentari kondisi mental Sang Istri yang lebih menerima keadaan dan tak lagi bergerak mengorbankan diri. "Jika hanya kau mengatasi para pemberontak, aku tak akan khawatir." Han Xue Tian mengarahkan tangan kanannya untuk membelai kepala Ran Xieya. Ini Istrinya, Dewi dan wadah penahan sosok iblis paling legendaris. Ran Xieya sebenarnya kuat hanya kalah oleh rasa ibanya yang membuatnya mengalah tapi kali ini berbeda karena kedua mata magenta Ran Xieya tak lagi pasrah. "Percayakan padaku garis depan, dan aku percayakan punggungku padamu," ucap Ran Xieya sembari meninggalkan He Hua.Ketika Ran Xieya baru keluar dari gerbang He Hua. Ia mendapati Ra Byusha berdiri di depan gerbang, Gurunya itu mendekati Ran Xieya kemudian memeluknya. Gurunya itu tersenyum haru sembari membelai wajah dari Ran Xieya. Ini pertama kalinya mereka bertemu setelah sekian lama. "Xieya, Murid Bodoh, kali ini yang kau hadapi bukan lagi seperti masa lalumu melainkan Guan Yuu y
Srrrryashhhhhhh Kedua mata magenta Ran Xieya menatap Lian Xia Tian yang terkena sebuah sebilah pedang yang menghunus punggungnya hingga bagian perutnya mengeluarkan cn. "Tidak, tidak, tidak," ucap Ran Xieya berulang kali. "Xieya ... Xie ... lari," ucap Lian Xia Tian yang mengeluarkan cairan merah dari ujung bibirnya. Tubuh Lian Xia Tian ambruk seketika."Mengapa kau melakukannya?" tanya Ran Xieya dengan tatapan nanarnya. "Tuanku sangatlah bodoh," celetuknya sembari berjalan mendekati Guan Yu. "Ia merawatku sejak bayi namun yang ia lakukan setiap hari hanyalah mengangumimu, padahl Dunia Bawah membutuhkannya." Pemuda itu merubah wujudnya jadi seorang Pria Muda yang berjubah hitam. "Lu Fei, aku ... anak dari Guan Yu dengan salah seorang manusia, Ayah ... aku sudah menghabisi Iblis Bodoh itu apakah aku juga harus menghabisi Dewi Yue?" tanyanya sembari menatap Ran Xieya.Guan Yu tertawa puas menikmati Ran Xieya yang mematung menatap Lian Xia Tian yang sekarat itu. "Dia tak akan bisa di
"Jadi kau melepaskan hubungan dengan semua orang untuk misi bunuh dirimu ini, tapi semua itu tak berlaku padaku karena aku memang membenci Guan Yu sejak dulu ... kau pikir saja sendiri, kekasih mana yang terima jika selama ini wanitanya di segel oleh Dewa Keparat itu selama ribuan tahun?" omel Lian Xia Tian sembari menatap Ran Xieya dengan tajam. Ran Xieya tak mengubrisnya kemudian berjalan mendekati Gunung Rai. "Jika begitu terserah padamu dan lakukan sesukamu tapi jangan menghadang keinginanku untuk melenyapkan Guan Yu," ucap Ran Xieya pada Lian Xia Tian. Gerhana tak dirasa justru datang lebih cepat. Hal itu membuat Ran Xieya tertegun. "Aneh sekali, kenapa terjadi lebih cepat?" gumam Ran Xieya sendiri."Itu karena Guan Yu juga menipu alam semesta," sahut Jing Xiu sembari waspada. "Yue ... aku rasa rencanamu berjalan lebih cepat dari dugaan kita," ucap Jing Xiu sembari bercahaya terang yang hangat. Ran Xieya mengangguk. "Tolong ya, aku serahkan perlindungan padamu." Ran Xieya beru
"Aku bersamamu, dalam suka dan duka, Yang Mulia Hua Zhen ...," ucap Pria bermata ungu cerah itu. Ran Hua Zhen tersenyum namun tiba-tiba saja ia tak sadarkan diri. Ran Hua Zhen langsung berada dalam gendongan Shin Chen Jun. Ia mendengar derapan langkah namun tak lama sosok Han Suiren Hua muncul dengan telunjuk bercahayanya. Shin Chen Jun menghela napas."Hua Ge, melumpuhkan energinya bukanlah hal yang baik," celetuk Shin Chen Jun."Benar, selagi ini kekuatan baru Yang Mulia, dan guncangan jiwa dapat membangkitkan kekuatannya ... An Tian bukan sesuatu yang bisa Yang Mulia tangani, sebaliknya ... itu akan mempersulitnya," ucap Han Suiren Hua. "Kedatanganku kemari juga karena hendak berbincang denganmu Ketua Shin." Pria itu berucap sembari melipat kedua tangannya di belakang punggungnya dengan tenang. Shin Chen Jun beranjak berdiri sembari menggendong tubuhnya Ran Hua Zhen yang sudah tak sadarkan diri berkat Han Suiren Hua yang menghentikan aliran energinya untuk sementara, ini bukan p
"Tapi Yang Mulia, harap Anda memikirkan lagi mengenai tindakanmu ini," ucap Shin Chen Jun pada Ran Xieya yang tengah duduk dihadapannya menikmati secangkir teh.Ketibaan Ran Xieya membawa harapan bagi Shin selain berkat Ran Xieya yang memusnahkan Dewi Naga Kabut. Ia juga mengembalikan warga Shin yang terperangkap dalam kabutnya, insiden ini terjadi sejak Baosheng berhasil dikalahkan dan para pemberontak berhasil padam dan mengalah.Shin Chen Jun, masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Ran Xieya, dia hidup akrab dengan Ran Xieya sejak masih muda tapi baru kali ini Shin Chen Jun merasakan ketenangan yang berbahaya dari Ran Xieya yang biasanya bersikap ceria, banyak bicara dan ceroboh itu. "Rencanaku sudah bulat A-Jun, aku memutuskan untuk mengakhiri peperangan ini ... maka dari itu, jika sesuatu terjadi padaku, aku mau kau jadi Penasehat Shizu Ran serta dampingi Ran Hua Zhen," ucap Ran Xieya menatap Shin Chen Jun dengan datar.Shin Chen Jun menggeleng. "Itu tidak bisa, anakmu yang
"Xieya ... kau memaksakan diri lagi ya?" tanya Lian Xia Tian sembari mendekati Ran Xieya. "Tidak, tidak sama sekali, ini pilihanku," jawab Ran Xieya tak ragu. Lian Xia Tian melirik Ran Xieya yang tampak terdiam tenang, ini bukan Ran Xieya yang ia kenal. Lian Xia Tian mencoba memahami perilaku Ran Xieya. Banyak hal yang dilalui oleh Ran Xieya bahkan ia telah mengorbankan banyak hal termaksud dirinya sendiri. "Aku tak butuh kau mengasihiku," terka Ran Xieya sembari beranjak pergi lebih dulu. Lian Xia Tian tertegun, ia tak menyangka jika Ran Xieya menjadi 'datar' saat ini. Tatapan dan sikap dingin seperti ini mirip seperti An Tian, tapi Lian Xia Tian sendiri sudah sangat yakin jika An Tian sendiri telah lenyap karena kehadirannya sirna digantikan oleh sebatas energi kekuatan pada Ran Hua Zhen yang sejak tadi membungkam. "Xieya, perjalanan kita lumayan panjang untuk tiba di Shizu Ran ... jika, kau ingin istirahat, Kediaman Shin terletak diperbatasan," ucap Lian Xia Tian menunggangi k
Ran Xieya berjalan dengan tenang, kala itu hari hendak menampaki fajar. Kedua mata magenta Ran Xieya bersinar terang. Wajahnya memasang raut serius. Ia berjalan belok memasuki sebuah ruangan usai menggeser pintu yang terbuat dari bambu itu. Ran Xieya menatap adiknya, Ran Hua Zhen yang tidak sadarkan diri. "Kau memutuskan jaringan kehidupanmu dari dunia fana, An Tian, tapi anak seperti ini yang kau pilih untuk melanjutkan harapanmu ... sebegitunya kau mau aku hidup bebas tanpa belenggumu lagi, ya?" Ran Xieya duduk dipinggiran ranjang kasurnya. Ia bisa merasakan energi gelap dan hitam pada Ran Hua Zhen namun energi itu tidak waspada padanya. Ran Xieya menatap kehampaan saat ini. Ia teringat saat-saat dirinya 'menyandera' jiwa An Tian pada tubuhnya. Kehancuran dan kehidupan bercampur aduk, Ran Xieya pernah menghancurkan perbatasan wilayah Iblis dan manusia bahkan pernah menyatukan kedamaian Iblis dan Manusia berkat An Tian yang ada pada dirinya. Kini semuanya sudah usai, Ran Xieya hidu
"Nak, keinginanmu kuat ... terimalah ...,""Tidak! tidak, jangan lagi lakukan hal seperti itu!" Lian Xia Tian langsung mendekap An Tian yang sudah perlahan-lahan berubah jadi abu. Ia tahu jika An Tian hendak memindahkan inti jiwanya pada Ran Hua Zhen meski tidak pasti keberhasialnnya."Percayalah Xia Tian, dia tetap hidup jadi dirinya bersama kekuatanku," sahut An Tian tak mengubris Lian Xia Tian. Melainkan membuat cahaya dari tangannya dan memberikannya pada Ran Hua Zhen. Ia tersenyum saat menatap Ran Hua Zhen yang mirip seperti Ran Xieya. "Hiduplah ... lindungi semuanya," ucap An Tian kemudian berubah jadi abu dan sirna.Ran Hua Zhen membeku kala cahaya itu memasuki tubuhnya sendiri kemudian kekuatan tinggi merasuki dirinya. "Ahhhh!" Ran Hua Zhen menjerit kemudian tak lama ia pun pingsan tak sadarkan diri. Lian Xia Tian mematung menatap abu dari An Tian dan Ran Hua Zhen yang sudah mengambil alih seluruh kemampuan An Tian. Jalan ini berbeda dari sebelumnya, Ran Hua Zhen tak perlu ke
"An Tian, tunggu, perlahan langkahmu," ucap Han Suiren Hua."Apa? kau mau aku menuruti kemauanmu dengan menipu Xieya? kau ... Kakak yang keji dengan membiarkan Lian Xia Tian menipunya jadi Han Xue Tian hanya untuk menenangkan Xieya," sahut An Tian. "Aku tidak sanggup melihatnya tidak tahu menahu jika Han Xue Tian juga dalam keadaan sekarat!" bentak An Tian."Ini bukan salahmu, An Tian." Han Suiren Hua menarik pergelangan tangan An Tian. An Tian menatap Kepala Klan Muda itu. An Tian menepis tangannya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Aku harus melenyapkan wadah ini, karena apa jadinya jika Xieya menatapku dengan wujud yang membuatnya menderita," ucap An Tian sembari beranjak pergi. An Tian berlari keluar dari kediaman Han. Ia sempat berpapasan dengan Ra Byusha yang langsung mengenalinya. "Carikan aku wadah, aku ... aku tak mau Xieya menatapku menderita," ucap An Tian setengah memelas."Murid bodoh itu pemaaf," sahut Ra Byusha."Bahkan jika tahu suaminya kritis dan saat ini orang
"Lakukan! Hahaha ...," tawa Baosheng tak lama terhenti. Ia mematung dengan bayangan hitam yang pedar keluar darinya. "Xieya, tusuk jantungnya ... satu-satunya cara membuatku bebas dengan membunuh wadah ini sama sepertimu dulu," ucap Baosheng dengan nada suara An Tian."Aku ... tidak yakin," ucap Ran Xieya mendadak gemetar karena jika itu ia lakukan maka Baosheng akan tewas."Guan Yuu akan melemah karena ia menggunakan sebagian kekuatanku," ucap An Tian.Brukkkk ... Ran Xieya menoleh kala menatap nanar sosok An Tian yang mengulurkan tangannya itu. Ran Xieya mencoba meraihnya namun dirasanya percuma karena sosok Baosheng sudah kembali sembari menyerang Ran Xieya dengan membabi buta. Ran Xieya akhirnya bisa menahan serangannya dengan membuat pedang dari Baosheng terlempar kemudian memengang kedua tangan Baosheng. "Aku tak mau semuanya berakhir sia-sia," ucap Ran Xieya berusaha membujuk Baosheng."Hentikan omong kosongmu Anak Kecil," sergah Baosheng.Brukkkk ...Ran Xieya menoleh saat t