"Tidak mengapa karena aku sudah lelah hidup abadi sebagai terror kematian raga-raga kalian." Awal musim salju pun turun. Ran Xieya mengingat ucapan An Tian tempo waktu lalu. Ia tak dapat merelakan hidup An Tian namun dirinya sendiri semakin rapuh. Pagi mendung yang sejuk ini, Ran Xieya menikmati secangkir teh hangat buatan Baise sembari mengendong bayinya. Ia usai menyusui bayinya itu. Dari dalam ruangannya yang dibiarkan terbuka, menampaki langsung pepohonan wisteria yang diselimuti salju. Ran Xieya hanya duduk bersipu sembari menggendong bayinya yang tertidur pulas dalam gulungan selimut berbahan domba halus itu. "Tian, Tian, kecil Ibu, kesayangan Ibu," gumam Ran Xieya sembari menimang bayinya itu. Ia beri kecupan disetiap wajah mungilnya dan tersenyum haru. Ruangan yang dijaga oleh prajurit pun dimasuki oleh Han Xue Tian yang baru melepas zirah besinya. Ia menatap punggung kecil Ran Xieya yang sedang menimang anak mereka sembari menatap buliran salju yang turun dari langit. "T
"Tian-Tian, Bibi sudah bilang jangan bermain di dekat gua!" teriak Seorang Wanita. Ia mendatangi bocah berusia lima tahun itu kemudian menjewer telinganya. "Dasar anak keturunan Iblis, sulit diberitahu nanti jika Tuan Muda Kedua Han sampai tahu malah jadi aku yang dimarah," omel Wanita itu.Bocah kecil itu menangis sambil memengangi telinganya, padahal dia bermain kemari karena mengikuti kelinci-kelinci yang berlarian ke hutan. Dia hanya anak kecil yang kesepian dan mencari teman, dia bahkan tak mengerti jika semua orang di Klan Han membencinya."Ampun," ucap Anak kecil itu. Kedua mata birunya berkaca-kaca dan sembab."Ayo kita kembali ke kediaman Teratai, dasar anak merepotkan," omel Wanita itu sembari menyeret Bocah kecil yang rupawan itu.Ini sudah berlalu sejak lima tahun lalu insiden penyerangan di Kerajaan Shizu Ran. Kabar mengenai Ran Xieya, Sang Ratu pun sirna bagai di telan bumi. Tiada yang menemukan jasadnya namun saksi mata yang melihatnya tewas di gantung dan pedang yang b
"Perhatikan bicaramu, Ran Hua Zhen," peringat Ra Byusha. Ran Hua Zhen mengangguk. "Baiklah Guru," ucap Ran Hua Zhen. Gadis itu kini bergantian menggendong Tian-Tian kecil kemudian meletakkannya di atas kursi bambu. Ran Hua Zhen mengelap permukaan wajah Tian-Tian dengan sapu tangannya karena wajah menggemaskan anak itu tampak kotor. "Guru, jika Kakak Ipar datang untuk menjemput Tian-Tian, jangan berikan dia pada ayahnya itu," celetuk Ran Hua Zhen.Ra Byusha menghela napas. Ia paham mengapa Ran Hua Zhen jadi begitu agresif pada kakak iparnya itu karena Han Xue Tian memang menjadi berubah ketika Ran Xieya menghilang usai insiden itu. Ra Byusha mendatangi muridnya itu kemudian membelai wajah Tian-Tian yang mirip dengan Ran Xieya namun versi laki-laki."Han Xue Tian tetap ayah kandungnya karena tidak ada orang tua yang membenci anaknya sendiri," ucap Ra Byusha. Ran Hua Zhen menghela napas. "Semua orang berduka karena kakakku tapi sikapnya tetaplah salah," sahut Ran Hua Zhen."Hua Jie J
"Tian-Tian mengikuti anak-anak itu ke sana, padahal aku sudah mencegahnya tapi dia tidak mau," sadu Ran Feng Zhi. "Oh tidak, tidak," ucap Ran Hua Zhen panik. "Tenanglah, kita pasti menemukannya," ucap Shin Chen Jun sembari memengang kedua bahu Ran Hua Zhen. Bunyi derapan langkah kuda pun terdengar dari arah belakang mereka. Itu Han Xue Tian tiba dengan menunggangi kudanya. Ia menatap Ran Hua Zhen dengan panik. "Kemana putraku?" tanyanya seolah tahu. "Aku juga sedang mencarinya!" bentak Ran Hua Zhen. "Aku tidak bisa merasakan jimat itu dari anakku, kau bilang akan menjaganya," ucap Han Xue Tian dingin pada Ran Hua Zhen. Ran Hua Zhen bergidik takut karena Han Xue Tian benar-benar murka padanya namun Shin Chen Jun segera menghadang dan menegahi. "Tenanglah, Tuan Muda Kedua Han, ini bukan kesalahan siapapun, selagi masih dekat lebih baik kita cari Tian-Tian," usul Shin Chen Jun. Han Xue Tian langsung beranjak menyusuri pasar seorang diri. "Dia tetap anakku," tegas Han Xue Tian pa
"Xieya, Xieya, kau masih hidup," ucap Han Xue Tian memeluknya. Dalam bingung Ran Xieya merasakan kehangatan yang janggal. Ia tersadar kemudian mendorong Pria itu. "Maaf, Tuan, Anda salah mengenal orang," tolak Wanita itu. "Die di, itu Die di-ku," gumam Tian-Tian lirih namun menatap takut ayahnya sendiri. Wanita itu menurunkan Tian-Tian dari gendongannya. "Namaku Yue, aku bukan Xieya, maaf tampaknya Anda salah mengenal dan satu nasihatku untukmu Tuan, berkah memiliki seorang Anak tak bisa dimiliki semua orang maka dari itu jagalah kebahagian anakmu," ucap Yue. Wanita bermata magenta itu.Bagai disambar petir di tengah hari, Han Xue Tian tak mungkin melupakan wajah dari istrinya. Wanita itu sangat seiras dengan Ran Xieya bahkan sudah jadi sosok Ran Xieya. Han Xue Tian menatap dengan tatapan yang sulit di artikan. "Die di ... Die di," gumam Tian-Tian sembari menarik ujung jubah ayahnya itu.Han Xue Tian menoleh ke hadapan putranya. Bocah lelaki kecil itu sudah berkaca-kaca dan nyaris
"Aku harap kau mengerti Yue, karena Iblis seperti Lian Xia Tian sedang gencar memburumu, aku hanya mau memastikan keselamatanmu," ucap Guan Yu. Pria itu tak menuruni singasana emasnya, ia hanya duduk sembari menompang dagunya menatap Yue yang sedang bersipu padanya itu.Pria ini jadi alasan Yue menaiki takhta sebagai dewi yang baru. Yue jadi kesayangannya, meski Yue kerapkali keras kepala karena sangat mencintai manusia daripada dewa dan dewi yang lainnya. Yue tidak diketahui asal usul sebelum menaiki takhta atau Pria ini sengaja merahasiakannya, lagipula Yue tak pernah bertanya mengenai asal usulnya. Membuat Pria ini menyukai Yue. Dewi baru yang memiliki peringkat paling rendah. Yue mengangguk sembari membungkuk hormat pada Pria itu. Ia tak bisa membantah petinggi surgawi seperti Pria ini. "Baik, Yang Mulia," sahut Yue."Kalau begitu, aku harap kau tidak sering mendatangi dunia manusia," peringat Guan Yu. Yue memberi hormat. Pertemuannya usai dengan Yue yang membalikkan tubuhnya. K
"Dasar gila!" cibir Yue."Aku memang tergila-gila padamu sejak dulu namun aku dipihakmu," ucap Pria itu."Apa yang kau mau?""Kau, aku mau kau,"Yue nyaris lelah menghadapi Pria itu. "Pergilah, aku tak memiliki urusan denganmu!""Kau tentu punya, kau bukan Yue, kau hanya dijebak oleh Guan Yu ... ingatanmu sirna, Ran Xieya," ucap Pria itu keras kepala. Yue terpaksa mengambil langkah keras, ia mendorong Pria itu kemudian mengayunkan pedangnya meski tak mengenai Pria itu. Yue tak mau terlibat masalah dengan Iblis. Ia juga tak mengerti ocehan Pria itu padanya. "Pergilah, aku masih bermurah hati untuk tidak menyeretmu pada yang mulia," ancam Yue dengan tatapan tajamnya. "Tentu, aku akan pergi namun renungkanlah kembali, kau pasti merasa tak seharusnya di sini, Xieya," ucap Pria itu sembari beranjak pergi. Ia menghilang dalam bayangan malam. Yue kini seorang diri kemudian duduk di pinggir ranjangnya. Ia menghela napas cukup panjang kemudian mengusak wajah jelitanya itu dengan kasar. Yue
"Aku cukup gerah dengan kerajaan kejam ini, siapa penguasanya?" celetuk Yue."Aku ... akulah penguasanya," sahut seorang Wanita yang muncul dengan gerombolan pasukan berjubah hitamnya.Yue membalikkan tubuhnya dengan tatapan tajamnya. "Oh, kebetulan sekali, begini rupanya tampang pemaksa sepertimu," tantang Yue. "Tajam juga lidahmu, Wanita asing!" bentak Wanita itu.Yue tak gentar mundur, ia justru bersiap memasang tubuh untuk memulai pertarungan namun Bai dan Dewa Jing Xiu langsung mencegah Yue. "Ingatlah kita tak boleh bertikai dengan manusia, itu sumpah kita," ucap Dewa Jing Xiu panik sendiri. "Yang Mulia, itu benar ... tenanglah, kita tak bisa melawan mahluk fana," cegah Bai juga berusaha menghadang Yue.Yue mengabaikan Bai dan Jing Xiu. Ia menghadapi Wanita itu sehingga pertarungan tak bisa dihindari. Yue menangkis serangan Wanita itu dengan tangan kosongnya, Yue berusaha kerasa agar tak mengeluarkan senjata atau melukai wanita itu. Pertarungan semakin sengit hingga tudung yang
Srrrryashhhhhhh Kedua mata magenta Ran Xieya menatap Lian Xia Tian yang terkena sebuah sebilah pedang yang menghunus punggungnya hingga bagian perutnya mengeluarkan cn. "Tidak, tidak, tidak," ucap Ran Xieya berulang kali. "Xieya ... Xie ... lari," ucap Lian Xia Tian yang mengeluarkan cairan merah dari ujung bibirnya. Tubuh Lian Xia Tian ambruk seketika."Mengapa kau melakukannya?" tanya Ran Xieya dengan tatapan nanarnya. "Tuanku sangatlah bodoh," celetuknya sembari berjalan mendekati Guan Yu. "Ia merawatku sejak bayi namun yang ia lakukan setiap hari hanyalah mengangumimu, padahl Dunia Bawah membutuhkannya." Pemuda itu merubah wujudnya jadi seorang Pria Muda yang berjubah hitam. "Lu Fei, aku ... anak dari Guan Yu dengan salah seorang manusia, Ayah ... aku sudah menghabisi Iblis Bodoh itu apakah aku juga harus menghabisi Dewi Yue?" tanyanya sembari menatap Ran Xieya.Guan Yu tertawa puas menikmati Ran Xieya yang mematung menatap Lian Xia Tian yang sekarat itu. "Dia tak akan bisa di
"Jadi kau melepaskan hubungan dengan semua orang untuk misi bunuh dirimu ini, tapi semua itu tak berlaku padaku karena aku memang membenci Guan Yu sejak dulu ... kau pikir saja sendiri, kekasih mana yang terima jika selama ini wanitanya di segel oleh Dewa Keparat itu selama ribuan tahun?" omel Lian Xia Tian sembari menatap Ran Xieya dengan tajam. Ran Xieya tak mengubrisnya kemudian berjalan mendekati Gunung Rai. "Jika begitu terserah padamu dan lakukan sesukamu tapi jangan menghadang keinginanku untuk melenyapkan Guan Yu," ucap Ran Xieya pada Lian Xia Tian. Gerhana tak dirasa justru datang lebih cepat. Hal itu membuat Ran Xieya tertegun. "Aneh sekali, kenapa terjadi lebih cepat?" gumam Ran Xieya sendiri."Itu karena Guan Yu juga menipu alam semesta," sahut Jing Xiu sembari waspada. "Yue ... aku rasa rencanamu berjalan lebih cepat dari dugaan kita," ucap Jing Xiu sembari bercahaya terang yang hangat. Ran Xieya mengangguk. "Tolong ya, aku serahkan perlindungan padamu." Ran Xieya beru
"Aku bersamamu, dalam suka dan duka, Yang Mulia Hua Zhen ...," ucap Pria bermata ungu cerah itu. Ran Hua Zhen tersenyum namun tiba-tiba saja ia tak sadarkan diri. Ran Hua Zhen langsung berada dalam gendongan Shin Chen Jun. Ia mendengar derapan langkah namun tak lama sosok Han Suiren Hua muncul dengan telunjuk bercahayanya. Shin Chen Jun menghela napas."Hua Ge, melumpuhkan energinya bukanlah hal yang baik," celetuk Shin Chen Jun."Benar, selagi ini kekuatan baru Yang Mulia, dan guncangan jiwa dapat membangkitkan kekuatannya ... An Tian bukan sesuatu yang bisa Yang Mulia tangani, sebaliknya ... itu akan mempersulitnya," ucap Han Suiren Hua. "Kedatanganku kemari juga karena hendak berbincang denganmu Ketua Shin." Pria itu berucap sembari melipat kedua tangannya di belakang punggungnya dengan tenang. Shin Chen Jun beranjak berdiri sembari menggendong tubuhnya Ran Hua Zhen yang sudah tak sadarkan diri berkat Han Suiren Hua yang menghentikan aliran energinya untuk sementara, ini bukan p
"Tapi Yang Mulia, harap Anda memikirkan lagi mengenai tindakanmu ini," ucap Shin Chen Jun pada Ran Xieya yang tengah duduk dihadapannya menikmati secangkir teh.Ketibaan Ran Xieya membawa harapan bagi Shin selain berkat Ran Xieya yang memusnahkan Dewi Naga Kabut. Ia juga mengembalikan warga Shin yang terperangkap dalam kabutnya, insiden ini terjadi sejak Baosheng berhasil dikalahkan dan para pemberontak berhasil padam dan mengalah.Shin Chen Jun, masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Ran Xieya, dia hidup akrab dengan Ran Xieya sejak masih muda tapi baru kali ini Shin Chen Jun merasakan ketenangan yang berbahaya dari Ran Xieya yang biasanya bersikap ceria, banyak bicara dan ceroboh itu. "Rencanaku sudah bulat A-Jun, aku memutuskan untuk mengakhiri peperangan ini ... maka dari itu, jika sesuatu terjadi padaku, aku mau kau jadi Penasehat Shizu Ran serta dampingi Ran Hua Zhen," ucap Ran Xieya menatap Shin Chen Jun dengan datar.Shin Chen Jun menggeleng. "Itu tidak bisa, anakmu yang
"Xieya ... kau memaksakan diri lagi ya?" tanya Lian Xia Tian sembari mendekati Ran Xieya. "Tidak, tidak sama sekali, ini pilihanku," jawab Ran Xieya tak ragu. Lian Xia Tian melirik Ran Xieya yang tampak terdiam tenang, ini bukan Ran Xieya yang ia kenal. Lian Xia Tian mencoba memahami perilaku Ran Xieya. Banyak hal yang dilalui oleh Ran Xieya bahkan ia telah mengorbankan banyak hal termaksud dirinya sendiri. "Aku tak butuh kau mengasihiku," terka Ran Xieya sembari beranjak pergi lebih dulu. Lian Xia Tian tertegun, ia tak menyangka jika Ran Xieya menjadi 'datar' saat ini. Tatapan dan sikap dingin seperti ini mirip seperti An Tian, tapi Lian Xia Tian sendiri sudah sangat yakin jika An Tian sendiri telah lenyap karena kehadirannya sirna digantikan oleh sebatas energi kekuatan pada Ran Hua Zhen yang sejak tadi membungkam. "Xieya, perjalanan kita lumayan panjang untuk tiba di Shizu Ran ... jika, kau ingin istirahat, Kediaman Shin terletak diperbatasan," ucap Lian Xia Tian menunggangi k
Ran Xieya berjalan dengan tenang, kala itu hari hendak menampaki fajar. Kedua mata magenta Ran Xieya bersinar terang. Wajahnya memasang raut serius. Ia berjalan belok memasuki sebuah ruangan usai menggeser pintu yang terbuat dari bambu itu. Ran Xieya menatap adiknya, Ran Hua Zhen yang tidak sadarkan diri. "Kau memutuskan jaringan kehidupanmu dari dunia fana, An Tian, tapi anak seperti ini yang kau pilih untuk melanjutkan harapanmu ... sebegitunya kau mau aku hidup bebas tanpa belenggumu lagi, ya?" Ran Xieya duduk dipinggiran ranjang kasurnya. Ia bisa merasakan energi gelap dan hitam pada Ran Hua Zhen namun energi itu tidak waspada padanya. Ran Xieya menatap kehampaan saat ini. Ia teringat saat-saat dirinya 'menyandera' jiwa An Tian pada tubuhnya. Kehancuran dan kehidupan bercampur aduk, Ran Xieya pernah menghancurkan perbatasan wilayah Iblis dan manusia bahkan pernah menyatukan kedamaian Iblis dan Manusia berkat An Tian yang ada pada dirinya. Kini semuanya sudah usai, Ran Xieya hidu
"Nak, keinginanmu kuat ... terimalah ...,""Tidak! tidak, jangan lagi lakukan hal seperti itu!" Lian Xia Tian langsung mendekap An Tian yang sudah perlahan-lahan berubah jadi abu. Ia tahu jika An Tian hendak memindahkan inti jiwanya pada Ran Hua Zhen meski tidak pasti keberhasialnnya."Percayalah Xia Tian, dia tetap hidup jadi dirinya bersama kekuatanku," sahut An Tian tak mengubris Lian Xia Tian. Melainkan membuat cahaya dari tangannya dan memberikannya pada Ran Hua Zhen. Ia tersenyum saat menatap Ran Hua Zhen yang mirip seperti Ran Xieya. "Hiduplah ... lindungi semuanya," ucap An Tian kemudian berubah jadi abu dan sirna.Ran Hua Zhen membeku kala cahaya itu memasuki tubuhnya sendiri kemudian kekuatan tinggi merasuki dirinya. "Ahhhh!" Ran Hua Zhen menjerit kemudian tak lama ia pun pingsan tak sadarkan diri. Lian Xia Tian mematung menatap abu dari An Tian dan Ran Hua Zhen yang sudah mengambil alih seluruh kemampuan An Tian. Jalan ini berbeda dari sebelumnya, Ran Hua Zhen tak perlu ke
"An Tian, tunggu, perlahan langkahmu," ucap Han Suiren Hua."Apa? kau mau aku menuruti kemauanmu dengan menipu Xieya? kau ... Kakak yang keji dengan membiarkan Lian Xia Tian menipunya jadi Han Xue Tian hanya untuk menenangkan Xieya," sahut An Tian. "Aku tidak sanggup melihatnya tidak tahu menahu jika Han Xue Tian juga dalam keadaan sekarat!" bentak An Tian."Ini bukan salahmu, An Tian." Han Suiren Hua menarik pergelangan tangan An Tian. An Tian menatap Kepala Klan Muda itu. An Tian menepis tangannya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Aku harus melenyapkan wadah ini, karena apa jadinya jika Xieya menatapku dengan wujud yang membuatnya menderita," ucap An Tian sembari beranjak pergi. An Tian berlari keluar dari kediaman Han. Ia sempat berpapasan dengan Ra Byusha yang langsung mengenalinya. "Carikan aku wadah, aku ... aku tak mau Xieya menatapku menderita," ucap An Tian setengah memelas."Murid bodoh itu pemaaf," sahut Ra Byusha."Bahkan jika tahu suaminya kritis dan saat ini orang
"Lakukan! Hahaha ...," tawa Baosheng tak lama terhenti. Ia mematung dengan bayangan hitam yang pedar keluar darinya. "Xieya, tusuk jantungnya ... satu-satunya cara membuatku bebas dengan membunuh wadah ini sama sepertimu dulu," ucap Baosheng dengan nada suara An Tian."Aku ... tidak yakin," ucap Ran Xieya mendadak gemetar karena jika itu ia lakukan maka Baosheng akan tewas."Guan Yuu akan melemah karena ia menggunakan sebagian kekuatanku," ucap An Tian.Brukkkk ... Ran Xieya menoleh kala menatap nanar sosok An Tian yang mengulurkan tangannya itu. Ran Xieya mencoba meraihnya namun dirasanya percuma karena sosok Baosheng sudah kembali sembari menyerang Ran Xieya dengan membabi buta. Ran Xieya akhirnya bisa menahan serangannya dengan membuat pedang dari Baosheng terlempar kemudian memengang kedua tangan Baosheng. "Aku tak mau semuanya berakhir sia-sia," ucap Ran Xieya berusaha membujuk Baosheng."Hentikan omong kosongmu Anak Kecil," sergah Baosheng.Brukkkk ...Ran Xieya menoleh saat t