Home / Thriller / TEROR BERDARAH MELLANI / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of TEROR BERDARAH MELLANI: Chapter 1 - Chapter 10

18 Chapters

BAB-1 MELLANI

Teng … teng … teng ….Suara bunyi jam menunjukkan angka sebelas."Woy Mella, mabok lo ya? Udah jam sebelas malam tuh, lo nggak pulang?" Seorang perempuan dengan gaun seksi dan potongan leher V dan rendah yang membuat belahan dadanya yang di atas rata-rata terpampang jelas siap memanjakan mata lelaki hidung belang.Tangan kanannya perempuan itu memegang segelas red wine yang warna merahnya serasi dengan polesan lipstik pada bibir perempuan seksi tersebut. "Nanti lah gampang, Sha. Lagian nanggung amat masih juga jam sebelas malam, nanti lah jam dua belas malam sekalian, lagian partynya juga belum selesai, kalian ngusir gue? Gitu?" Gadis cantik dengan dress hitam selutut tanpa dengan dan aksen renda minimalis tapi terkesan elegan dan misterius menatap gadis yang tengah mengajaknya berbicara itu.Bibirnya yang terpoles lipstik warna pink soft yang di ombre dengan warna mera dara memberikan kesan lembut tapi menantang sekaligus menantang tapi lembut."Yaelah, sensitif amat kamu jadi anak.
Read more

BAB-2 BAGAS

"Mell! Mellani! Bangun sayang, di bawah ada polisi nyariin kamu!" Terlihat seorang perempuan dengan tergesa membangunkan Mellani yang sedang terpejam di kamarnya."Polisi?!" Mellani yang mendengar kata polisi langsung membuka paksa matanya yang terpejam yang akhirnya menimbulkan rasa perih dan pusing di kepala. Akan tetapi, gadis itu tidak peduli dengan apa yang dirinya rasakan karena kata ‘polisi’ telah terlebih dahulu membuatnya panik."Iya sayang, ada polisi nyariin kamu, Mamah bingung kamu bikin ulah apa lagi sekarang? Semalam kamu party lagi? Mabuk? Duh, anak Mamah yang satu ini!" "Ssst, diam, Mah! Sebentar, Mella pusing!" Mellani yang meihat sang ibu panik jadi semakin panik.Mellani membuka paksa matanya, Kepalanya terasa berat, sementara ibunya sibuk mengambil handuk dan baju untuk anak gadisnya yang masih tergeletak di atas ranjang."Oh God, pusing banget kepala gue!" Mellani memukul pelan kepalanya dengan genggaman tangannya."Sudah, cepet cuci muka terus ganti baju yang ra
Read more

BAB-3 IT'S SHOW TIME

"Sebenarnya sebelum menghilang Bagas pamit ingin pergi ke Bogor dengan Mellani, Pak. Itu sebabnya ibu saya marah dan menuduh Mellani yang mencelakai Bagas. Ibu saya marah bukan tanpa sebab." Mas Agung berusaha menjelaskan dengan tenang.Mellani begitu kaget, bagai disambar petir di siang bolong. Mellani tak menyangka Bagas menggunakan namanya sebagai alasan untuk bisa pergi ke Bogor. Padahal dirinya sama sekali tidak tahu menahu soal Bogor, apalagi sampai acara menginap di villa. Yang ada Mellani sendiri juga sibuk mencari keberadaan kekasihnya yang seolah hilang di telan Bumi.Empat hari yang lalu tiba-tiba Bagas menghilang. Ponsel tidak aktif, Facebook, IG dan segala sosmednya juga tidak aktif. Dirinya sudah berusaha mencari keberadaannya tapi hasilnya zonk. Teman Bagas sama sekali tidak ada yang tahu. Tapi ternyata dirinya melupakan hal yang sangat penting, dia lupa menanyakan keberadaannya kepada keluarganya.Bukan tanpa alasan kenapa Mellani lupa, lebih tepatnya malas untuk berku
Read more

BAB-4 AYO BERMAIN, JANGAN MATI DULU, MELLANI...!!

"Aaa!" Mellani berteriak sangat kencang, sampai terdengar ke telinga orang tuanya yang berada di lantai bawah rumah mereka.Bu Rosa berlari tergopoh-gopoh menuju kamar anak gadis mereka."Kenapa, Mell? Kamu kenapa, Sayang?" Bu Rosa langsung memeluk erat tubuh anaknya yang terduduk sambil menunjuk-nunjuk sesuatu, tubuh Mellani bergetar hebat."Ya Tuhan, apa itu! Pa! Papa! Pa!" Bu Rosa berteriak keras memanggil suaminya.Tak lama terdengar suara langkah kaki menaiki anak tangga dengan tergesa. Pak Rudi datang terburu-buru. Begitu masuk ke kamar anak gadisnya, matanya sibuk memindai ke seluruh sudut kamar tersebut. Tak lama beliau mengambil secarik kertas yang ditunjuk oleh tangan anaknya dan mencium aromanya."Darah?"Pak Rudi kemudian menatap istrinya, sang istri hanya mengedikkan bahu pertanda jika dirinya tidak tahu apa-apa.Pak Rudi terlihat keluar dari kamar sambil berkacak pinggang, sementara tangan kanannya memegang ponsel yang dia tempelkan di telinganya. Dari suaranya terdengar
Read more

BAB-5 20 APRIL 2016

"Di—a Ayu, Mah. Ayu yang membunuh Bagas dan meneror Mella." Mellani berkata pelan dan terbata-bata, suaranya terdengar bergetar menahan takut."Ayu? Ayu temanmu SMA? yang meninggal waktu hiking dulu?" Bu Rosa berusaha memperjelas apa yang dimaksud oleh Mellani.Mellani mengangguk mengiyakan perkataan ibunya, dia tak menyangka kalau ibunya masih ingat dengan Ayu sahabatnya, lebih tepatnya sahabat yang dia khianati."Jangan mengada-ada kamu, Mell! Ayu temanmu itu sudah lama meninggal, jangan bercanda kamu, Mamah tidak suka!" Bu Rosa melotot sambil meninggikan nada suaranya. Sebab, menurutnya pengakuan anak gadisnya itu benar-benar tidak masuk akal. Mana mungkin orang sudah meninggal bisa meneror orang lain, bahkan menulis pesan ancaman segala."Mella nggak bercanda, Mah! Suara yang Mella dengar memang Ayu, dia ngajak Mella ke neraka. Hanya saja entah mengapa riwayat panggilan di ponsel Mella hilang semua. Tapi Mella yakin kalau itu Ayu, Mah!" Mellani masih terus bersikukuh dengan pendap
Read more

BAB-6 DIA TAK PERLU LIDAH

 "Rokok?" Sasha menyodorkan sebungkus rokok kepada Mellani yang terlihat melamun."Sorry, gue udah berhenti ngerokok, Sha!" Mellani melambaikan tangannya sebagai bentuk penolakan."Okay. Tapi jangan terlalu dipikirin begitu, Mell. nanti gampang miskin kita." sasha dengan santainya menghembuskan asap rokok yang dirinya hirup itu ke udara.Di sini, Mellani dan Sasha sedang berada di sebuah cafe, setelah sebelumnya mereka pergi ke rumah duka untuk mengucapkan salam perpisahan kepada Jonathan untuk yang terakhir kalinya."Gue pikir lo benci sama Jo, Mell? Sekarang lo malah ngajak gue buat melayat ke rumahnya. Nggak habis pikir gue sama jalan pikiran lo, Mell."  Sasha berucap sambil membakar ujung rokok di bibir seksi miliknya karena rokoknya mati.
Read more

BAB-7 RENCANA ILHAM

⁠⁠⁠⁠⁠⁠⁠"Mellani kenapa, Mah?" Mellani yang telah sadar memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri, sakit sekali. Untuk bersandar di ranjangnya saja dia tak mampu."Jangan bangun dulu, Sayang. Kata dokter Anwar kamu anemia, akhir-akhir ini kamu kurang tidur? Terlalu capek kepikiran Bagas pasti. Kamu istirahat saja, tapi minum obat dulu, tadi kamu sudah makan belum Mell waktu pergi?" Ternyata sedari tadi Bu Rosa menemani sang anak yang sedang terbaring sakit di ranjangnya"Sudah, Mah. Mana obatnya biar Mella minum terus istirahat. Lah, papah kemana, Mah?" Mellani celingukan mencari keberadaan sang ayah"Ini obatnya, Mell. Papah kamu sedang pergi, ada urusan penting katanya. Tapi papah nitip salam ke kamu. Katanya kalau mau makan sesuatu suruh WA papa, nanti dibelikan." Bu Rosa berkata sambil memberikan beberapa pil obat dan air minum."Tante Sabrina...." Mella mendesis begitu tahu jika sang ayah pergi, suaranya tak terdengar jelas membuat Bu Rosa penasaran."Kamu bilang apa, Sayang? Mama
Read more

BAB-8 SASHA

"Hallo, ada apa Mell? Tumben telpon?""Ke rumah kamu? Tumben banget, ada masalah penting apa, Mell?""Okey, gue lagi di jalan mau pulang sih, gue puter balik aja sekarang, sepuluh menitan gue sampai rumah lo ya.""Eh, betewe, ada om lo gak nih di rumah, Mell? Gue kangen lihat mukanya yang polos tau!""Ah, nggak asik. Tapi ya sudahlah. Okey, bye."Sasha bergegas memutar laju mobil setelah berbincang dengab Mellani via ponsel.Namun malang, perempuan yang selalu terlihat seksi dan menggoda itu tak tahu jika ada mobil lain yang melaju kencang. Kecelakaan pun tak terhindarkan."Aaa!"Di rumah, Mellani terlihat gusar menunggu temannya yang tak kunjung datang"Gimana keadaan anak Mamah, sudah mendingan belum, Mell?""Sudah, Mah." Mellani mendekati ibunya yang sedang sibuk membaca majalah."Mah...."" Iya, Sayang. Ada apa?""Temen Mella ada yang dateng nggak ke rumah?""Nggak ada siapa-siapa yang datang, Mell. Memang siapa yang mau datang?""Sasha, Mah. Dia sudah janji tiga puluh menit yang
Read more

BAB-9 HUKUMAN BAGI PENGHIANAT

"Sudah mendingan belum, Sha?""Ya, lumayanlah, tinggal kakinya aja nih, masih harus pakai tongkat buat bantu jalan."Pagi ini Mellani menjenguk Sasha di rumahnya, sudah sebulan Sasha sakit, walaupun mereka bukan sahabat tapi Sasha cukup dekat dengannya dan sering dia ajak bertukar pikiran. Terlebih rasa bersalah masih Mellani rasakan karena dirinyalah penyebab Sasha kecelakaan."Sorry ya, Sha. Gara-gara gue, lo jadi begini""Gue gak butuh permohonan maaf ,Mell. Tapi gue butuh yang lain." Sasha merubah roman wajahnya. Dari yang tadinya santai menjadi serius."yang lain? Maksudnya apa, Sha?"Sasha menyeringai dengan lebar."Kasih gue no hp Om Ilham, baru gue maafin lo, bagaimana? Adil kan?"Sasha menjulurkan tangan kanannya, tapi langsung ditepis pelan oleh Mellani."Jangan mimpi gue kasih, om gue cowok baik-baik nggak seperti dompet-dompet yang kamu simpan selama ini, Sha. Lebih baik kamu mencari korban lain aja deh." Mellani membuang muka, tak sudi Om Ilham yang baik hati itu dipermai
Read more

BAB-10 WAJAH ITU

"Aaa!"Mellani berteriak frustasi. Sepulang dari rumah Sasha dirinya langsung merebahkan badan di ranjang kamar. Matanya menatap langit-langit kamarnya, masih nampak jelas tatapan mengerikan dari bola mata Sasha."Kalau penghianatan persahabatan, gue bakal bunuh dia!"Perkataan Sasha tersus terngiang di kepalanya. Bahkan badannya menggigil ketakutan.Di mata Mellani, seorang Sasha adalah perempuan yang hebat, ah bukan hebat tapi mengerikan, ya mengerikan.Bagaimana tidak mengerikan, saat mata itu terpancar dendam, tiba-tiba auranya berubah menjadi semangat saat dirinya bertanya perihal membuat lelaki menjadi miskin.Sasha sangat bersemangat menceritakan bagaimana dirinya merayu lelaki agar menggelontorkan dana yang tidak sedikit untuknya, ya walaupun ada harga yang harus dia bayar, Sasha harus menumbalkan tubuhnya agar dijamah mereka hingga mereka puas.Tanpa sadar dirinya menceritakan kebusukan ayahnya yang berselingkuh dengan wanita, sebut saja tante Sabrina.Mellani tanpa diminta
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status