Teng … teng … teng ….
Suara bunyi jam menunjukkan angka sebelas.
"Woy Mella, mabok lo ya? Udah jam sebelas malam tuh, lo nggak pulang?" Seorang perempuan dengan gaun seksi dan potongan leher V dan rendah yang membuat belahan dadanya yang di atas rata-rata terpampang jelas siap memanjakan mata lelaki hidung belang.
Tangan kanannya perempuan itu memegang segelas red wine yang warna merahnya serasi dengan polesan lipstik pada bibir perempuan seksi tersebut.
"Nanti lah gampang, Sha. Lagian nanggung amat masih juga jam sebelas malam, nanti lah jam dua belas malam sekalian, lagian partynya juga belum selesai, kalian ngusir gue? Gitu?" Gadis cantik dengan dress hitam selutut tanpa dengan dan aksen renda minimalis tapi terkesan elegan dan misterius menatap gadis yang tengah mengajaknya berbicara itu.
Bibirnya yang terpoles lipstik warna pink soft yang di ombre dengan warna mera dara memberikan kesan lembut tapi menantang sekaligus menantang tapi lembut.
"Yaelah, sensitif amat kamu jadi anak. Gue juga cuma bercanda kali, Mel. Ya sudah, Mell. Gue pulang dulu lah, udah males gue, bosen." Perempuan bernama Sasha itu menghabiskan minuman yang ada di tangannya dan meletakkan gelas kosong tersebut di sembarang meja yang ada di sampingnya.
"Alasan aja lo, Sha. Lo mau cek in kan lo, alasan gak mutu banget." Mellani berdecih sambil melipat tangannya di dada seolah menghina alasan Saha yang tidak mutu itu.
"Ye, iri bilang bos, lagian kemana sih si Bagas cowok lo, tumben lo party sendirian?" Sasha mencari keberadaan pasangan dari perempuan yang sejak tadi dirinya ajak bicara.
Mellani hanya menggerakkan bahu pertanda dia tak tahu di mana keberadaan Bagas, pacarnya itu.
Biasanya Bagas tidak pernah cuekin dia seharian, sebesar apapun amarah Bagas ke dia, pasti tidak lama.
Apalagi kalau sudah drama Mella menangis, sudah pasti Bagas langsung luluh.Tapi entah kenapa sudah tiga hari Bagas menghilang, tidak kelihatan batang hidungnya.
“Ya udah, mell. Dompet berjalan ue sudah datang. Bye ….” Sasha berbisik di telinga Mellani. Aroma alkohol menyeruak dari bibir seksi wanita tersebut.
“Terserah!” Mellani pn hanya menanggapi acuh.
"Ha-ha-ha. Bye, Mell! Gue pulang dulu." Sasha temannya melambaikan tangan kanannya, sementara tangan kirinya sibuk menggandeng mesra David, pacarnya atau lebih tepatnya gudang uangnya.
David sebenarnya sudah punya istri, Mellani tau alasan kenapa David mau jalan sama Sasha.
Tak lain dan tak bukan karena body Sasha yang memang aduhai.Mellani tidak menampik kalau Sasha begitu menggoda, dirinya saja sebagai wanita iri sekaligus terpesona. Tubuh ideal, bibir seksi, otak cerdas yang sayangnya kecerdasannya justru digunakan untuk merayu para lelaki hidung yang menjadi sumber uangnya.
Hanya saja Sasha dengan sifat hedonisme, sehingga dia begitu mendewakan uang.
Asal kaya dia tak peduli, mau tua, muda, istri orang ataupun perjaka asal kaya pasti Sasha jadikan target uangnya.
Belum lama ini, sebelum Sasha jalan dengan David, dia sempat bersama kakek tua pemilik tambang batubara.
Tapi si kakek mati overdosis di hotel waktu check in dengan Sasha, dan hal itu jadi trending topik di dunia maya, untungnya si Sasha waktu itu berhasil kabur setelah melobi polisi. Entah bagaimana caranya Mellani pun tak paham.Sasha terlalu berbahaya baginya.
Maka dari itu Mellani menjaga jarak dengan Sasha, tak terlalu dekat dan tak terlalu jauh.
"Dasar jalang." Mellani Mengumpat.
Ponselnya bergetar, ada nomor asing masuk.
Mellani malas menanggapi, dia biarkan panggilan itu berakhir dengan sendirinya.
"Gue pulang ajalah, males di sini sendirian." Mellani bermonolog dengan dirinya sendiri. Lalu membawa dirinya ke arah pintu keluar.
"Mell, tunggu! Lo mau pulang? Gue anter ya."
Mellani menghempaskan bahunya dengan kasar saat tahu siapa yang menyentuhnya, Jonathan.
Pria playboy yang sok tajir dan sok ganteng hanya karena bapaknya seorang anggota dewan.
"Sorry, Jo. Gue udah pesan taksi."
Mellani melenggang pergi, malas menanggapi rayuan Jonathan yang baginya murahan.Tidak semua wanita mau dirayu dengan uang, jangan samakan dirinya dengan wanita-wanita lain yang pernah dia cicipi di ranjang hotel, termasuk jangan samakan dia dengan Sasha.
Bagi Mellani, walau dirinya diberikan kebebasan oleh orang tuanya, keperawanan adalah hal yang harus dijaga.
"Sombong banget lo, Mell. Tunggu aja sampai gue bisa dapetin lo!"
Jonathan menatap nyalang kepergian Mellani. Baginya semakin susah didapat akan semakin membuat dirinya tertantang.
"Ditolak lagi bro? Udahlah bro, lo menyerah aja. Si Mellani itu beda sama yang lain." Lelaki yang seumuran Jonathan tertawa melihat ekspresi wajah lelaki yang baru saja ditolak oleh Mellani itu.
"Diem lo! Udah jangan ikut campur urusan gue, tuh si Desi udah nungguin loh. Udan teler dia, udah loh kasih apa minumannya. Cara lo dari dulu emang licik, gak pernah berubah."
"Yoi, gue cabut dulu bro. Mau eksekusi dulu." Galang tertawa renyah.
"Jangan lupa pakai kondom, Lang. Biar gak berabe? mau lo jadi papa muda!" Jonathan tak mau kalah.
Dia Galang, sebelas dua belas dengan Jonathan. Sama-sama brengsek dan suka mempermainkan perempuan.
Galang nampak tak peduli dengan ocehan Jonathan. Dia sibuk memapah Desi yang sudah tak berdaya agar masuk ke dalam mobilnya.
Sementara itu Mellani di dalam taksi hanya melamun memikirkan pacarnya, Bagas.
Ponselnya berbunyi kembali.
Merasa terganggu dia pun mengangkat panggilan teleponnya.
Dia akan memarahi si penelpon, hitung-hitung melampiaskan rasa marah dan kecewa yang kini dia rasakan.
"Hello....!"
Tak ada suara yang menyahut. Tetapi terdengar suara seperti radio rusak.
"Hello...eh brengsek, ngapain lo telepon gue, mau cari mati lo hah!"
Bunyi radio rusak lagi-lagi yang mendominasi.
Saat Mellani hendak membuka mulutnya, panggil di ponselnya sudah mati."Dasar gila!"
Entah kenapa emosinya tidak stabil, biasanya dia paling bisa mengontrol emosinya.
Tapi beberapa hari ini semenjak Bagas hilang kontak dengannya, dia menjadi cemas.
Perasaannya mengatakan jika telah terjadi sesuatu hal yang buruk dengan kekasihnya itu. Firasatnya jarang meleset.Sesampainya di rumah, Mella hanya mendesah pelan, kosong.
Rumahnya selalu hening.
Ibunya sibuk shopping, ayahnya sibuk kerja sambil bermain dengan selingkuhannya.
Tapi anehnya mereka masih tetap berumah tangga, jika tidak harmonis kenapa tidak bercerai saja.
Orang tuanya hidup di dunia mereka masing-masing.
Termasuk Mellani, hidup dan tumbuh dalam dunianya sendiri.
Mellani merebahkan tubuh yang amat letih di ranjangnya.
Saat mata lentiknya hendak tertutup, kembali hpnya berbunnyi.
Geram, Mellani langsung mengangkat panggilan ponselnya, dan suaranya tercekat saat tau siapa yang menelpon"Mellaa...."
“Mellaniii ...."
"Ka—mu." Suara Mellani terputus-putus karena panik.
"Me-lla-ni ...."
Aaarggt ....
Mella menjerit saat melihat foto yang dia terima sesaat setelah panggilan telepon asing mengirimkan banyak pesan ke ponselnya.
"Bagas, no!"
Mellani pingsan bersamaan dengan suara terakhir si penelepon misterius.
"Ikut aku ke neraka, Mellani ...."
"Mell! Mellani! Bangun sayang, di bawah ada polisi nyariin kamu!" Terlihat seorang perempuan dengan tergesa membangunkan Mellani yang sedang terpejam di kamarnya."Polisi?!" Mellani yang mendengar kata polisi langsung membuka paksa matanya yang terpejam yang akhirnya menimbulkan rasa perih dan pusing di kepala. Akan tetapi, gadis itu tidak peduli dengan apa yang dirinya rasakan karena kata ‘polisi’ telah terlebih dahulu membuatnya panik."Iya sayang, ada polisi nyariin kamu, Mamah bingung kamu bikin ulah apa lagi sekarang? Semalam kamu party lagi? Mabuk? Duh, anak Mamah yang satu ini!" "Ssst, diam, Mah! Sebentar, Mella pusing!" Mellani yang meihat sang ibu panik jadi semakin panik.Mellani membuka paksa matanya, Kepalanya terasa berat, sementara ibunya sibuk mengambil handuk dan baju untuk anak gadisnya yang masih tergeletak di atas ranjang."Oh God, pusing banget kepala gue!" Mellani memukul pelan kepalanya dengan genggaman tangannya."Sudah, cepet cuci muka terus ganti baju yang ra
"Sebenarnya sebelum menghilang Bagas pamit ingin pergi ke Bogor dengan Mellani, Pak. Itu sebabnya ibu saya marah dan menuduh Mellani yang mencelakai Bagas. Ibu saya marah bukan tanpa sebab." Mas Agung berusaha menjelaskan dengan tenang.Mellani begitu kaget, bagai disambar petir di siang bolong. Mellani tak menyangka Bagas menggunakan namanya sebagai alasan untuk bisa pergi ke Bogor. Padahal dirinya sama sekali tidak tahu menahu soal Bogor, apalagi sampai acara menginap di villa. Yang ada Mellani sendiri juga sibuk mencari keberadaan kekasihnya yang seolah hilang di telan Bumi.Empat hari yang lalu tiba-tiba Bagas menghilang. Ponsel tidak aktif, Facebook, IG dan segala sosmednya juga tidak aktif. Dirinya sudah berusaha mencari keberadaannya tapi hasilnya zonk. Teman Bagas sama sekali tidak ada yang tahu. Tapi ternyata dirinya melupakan hal yang sangat penting, dia lupa menanyakan keberadaannya kepada keluarganya.Bukan tanpa alasan kenapa Mellani lupa, lebih tepatnya malas untuk berku
"Aaa!" Mellani berteriak sangat kencang, sampai terdengar ke telinga orang tuanya yang berada di lantai bawah rumah mereka.Bu Rosa berlari tergopoh-gopoh menuju kamar anak gadis mereka."Kenapa, Mell? Kamu kenapa, Sayang?" Bu Rosa langsung memeluk erat tubuh anaknya yang terduduk sambil menunjuk-nunjuk sesuatu, tubuh Mellani bergetar hebat."Ya Tuhan, apa itu! Pa! Papa! Pa!" Bu Rosa berteriak keras memanggil suaminya.Tak lama terdengar suara langkah kaki menaiki anak tangga dengan tergesa. Pak Rudi datang terburu-buru. Begitu masuk ke kamar anak gadisnya, matanya sibuk memindai ke seluruh sudut kamar tersebut. Tak lama beliau mengambil secarik kertas yang ditunjuk oleh tangan anaknya dan mencium aromanya."Darah?"Pak Rudi kemudian menatap istrinya, sang istri hanya mengedikkan bahu pertanda jika dirinya tidak tahu apa-apa.Pak Rudi terlihat keluar dari kamar sambil berkacak pinggang, sementara tangan kanannya memegang ponsel yang dia tempelkan di telinganya. Dari suaranya terdengar
"Di—a Ayu, Mah. Ayu yang membunuh Bagas dan meneror Mella." Mellani berkata pelan dan terbata-bata, suaranya terdengar bergetar menahan takut."Ayu? Ayu temanmu SMA? yang meninggal waktu hiking dulu?" Bu Rosa berusaha memperjelas apa yang dimaksud oleh Mellani.Mellani mengangguk mengiyakan perkataan ibunya, dia tak menyangka kalau ibunya masih ingat dengan Ayu sahabatnya, lebih tepatnya sahabat yang dia khianati."Jangan mengada-ada kamu, Mell! Ayu temanmu itu sudah lama meninggal, jangan bercanda kamu, Mamah tidak suka!" Bu Rosa melotot sambil meninggikan nada suaranya. Sebab, menurutnya pengakuan anak gadisnya itu benar-benar tidak masuk akal. Mana mungkin orang sudah meninggal bisa meneror orang lain, bahkan menulis pesan ancaman segala."Mella nggak bercanda, Mah! Suara yang Mella dengar memang Ayu, dia ngajak Mella ke neraka. Hanya saja entah mengapa riwayat panggilan di ponsel Mella hilang semua. Tapi Mella yakin kalau itu Ayu, Mah!" Mellani masih terus bersikukuh dengan pendap
"Rokok?" Sasha menyodorkan sebungkus rokok kepada Mellani yang terlihat melamun."Sorry, gue udah berhenti ngerokok, Sha!" Mellani melambaikan tangannya sebagai bentuk penolakan."Okay. Tapi jangan terlalu dipikirin begitu, Mell. nanti gampang miskin kita." sasha dengan santainya menghembuskan asap rokok yang dirinya hirup itu ke udara.Di sini, Mellani dan Sasha sedang berada di sebuah cafe, setelah sebelumnya mereka pergi ke rumah duka untuk mengucapkan salam perpisahan kepada Jonathan untuk yang terakhir kalinya."Gue pikir lo benci sama Jo, Mell? Sekarang lo malah ngajak gue buat melayat ke rumahnya. Nggak habis pikir gue sama jalan pikiran lo, Mell." Sasha berucap sambil membakar ujung rokok di bibir seksi miliknya karena rokoknya mati.
"Mellani kenapa, Mah?" Mellani yang telah sadar memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri, sakit sekali. Untuk bersandar di ranjangnya saja dia tak mampu."Jangan bangun dulu, Sayang. Kata dokter Anwar kamu anemia, akhir-akhir ini kamu kurang tidur? Terlalu capek kepikiran Bagas pasti. Kamu istirahat saja, tapi minum obat dulu, tadi kamu sudah makan belum Mell waktu pergi?" Ternyata sedari tadi Bu Rosa menemani sang anak yang sedang terbaring sakit di ranjangnya"Sudah, Mah. Mana obatnya biar Mella minum terus istirahat. Lah, papah kemana, Mah?" Mellani celingukan mencari keberadaan sang ayah"Ini obatnya, Mell. Papah kamu sedang pergi, ada urusan penting katanya. Tapi papah nitip salam ke kamu. Katanya kalau mau makan sesuatu suruh WA papa, nanti dibelikan." Bu Rosa berkata sambil memberikan beberapa pil obat dan air minum."Tante Sabrina...." Mella mendesis begitu tahu jika sang ayah pergi, suaranya tak terdengar jelas membuat Bu Rosa penasaran."Kamu bilang apa, Sayang? Mama
"Hallo, ada apa Mell? Tumben telpon?""Ke rumah kamu? Tumben banget, ada masalah penting apa, Mell?""Okey, gue lagi di jalan mau pulang sih, gue puter balik aja sekarang, sepuluh menitan gue sampai rumah lo ya.""Eh, betewe, ada om lo gak nih di rumah, Mell? Gue kangen lihat mukanya yang polos tau!""Ah, nggak asik. Tapi ya sudahlah. Okey, bye."Sasha bergegas memutar laju mobil setelah berbincang dengab Mellani via ponsel.Namun malang, perempuan yang selalu terlihat seksi dan menggoda itu tak tahu jika ada mobil lain yang melaju kencang. Kecelakaan pun tak terhindarkan."Aaa!"Di rumah, Mellani terlihat gusar menunggu temannya yang tak kunjung datang"Gimana keadaan anak Mamah, sudah mendingan belum, Mell?""Sudah, Mah." Mellani mendekati ibunya yang sedang sibuk membaca majalah."Mah...."" Iya, Sayang. Ada apa?""Temen Mella ada yang dateng nggak ke rumah?""Nggak ada siapa-siapa yang datang, Mell. Memang siapa yang mau datang?""Sasha, Mah. Dia sudah janji tiga puluh menit yang
"Sudah mendingan belum, Sha?""Ya, lumayanlah, tinggal kakinya aja nih, masih harus pakai tongkat buat bantu jalan."Pagi ini Mellani menjenguk Sasha di rumahnya, sudah sebulan Sasha sakit, walaupun mereka bukan sahabat tapi Sasha cukup dekat dengannya dan sering dia ajak bertukar pikiran. Terlebih rasa bersalah masih Mellani rasakan karena dirinyalah penyebab Sasha kecelakaan."Sorry ya, Sha. Gara-gara gue, lo jadi begini""Gue gak butuh permohonan maaf ,Mell. Tapi gue butuh yang lain." Sasha merubah roman wajahnya. Dari yang tadinya santai menjadi serius."yang lain? Maksudnya apa, Sha?"Sasha menyeringai dengan lebar."Kasih gue no hp Om Ilham, baru gue maafin lo, bagaimana? Adil kan?"Sasha menjulurkan tangan kanannya, tapi langsung ditepis pelan oleh Mellani."Jangan mimpi gue kasih, om gue cowok baik-baik nggak seperti dompet-dompet yang kamu simpan selama ini, Sha. Lebih baik kamu mencari korban lain aja deh." Mellani membuang muka, tak sudi Om Ilham yang baik hati itu dipermai
"Mellani....!"Bu Rosa, pak Rudi serta Ilham berlari dengan tergesa memasuki rumah. Disana nampak Mellani tengah memakai pakaianya yang sama persis sebelum dirinya kehilangan sahabatnya, Ayu. Mellani nampak membawa tas camping yang terlihat berat."Mella sayang, kamu mau kemana sayang?"Bu Rosa menatap sedih penampilan anak gadisnya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki."Mella mau hiking donk Mah, mamah lupa? Kan Mellani sudah ijin ke Mamah dan papah kemarin kalau mau hiking di waduk sermo Kulon Progo sama Ayu? Mamah lupa? Ih, Mamah jahat deh!""Ayu?" Bu Rosa bertanya sambil mengerutkan dahi mendengar penjelasan anaknya. "Iya Mah, sama Ayu. Tuh orangnya lagi duduk disofa. Ayu juga sudah siap-siap pergi Mah.""Hiking? Mellani mau hiking?"Pak Rudi kini yang bertanya kepada sang anak yang terlihat merajuk seperti anak kecil. Padahal Mellani sudah dewasa. Sementara itu bu Rosa sudah terisak, batinnya sebagai seorang ibu teriris melihat keadaan anaknya saat ini. "Iya Pah, kan hari ini
"Mellani? Apa maksudnya Ham?""Iya mbak, kita harus menjemput Mellani, karena dalang dibalik pembunuhan berantai ini adalah Mellani...!""Apa Ham! Apa maksudmu kalau Mellani adalah pembunuh! Dia anak yang lemah lembut, bahkan membunuh semut saja dia menangis, jadi tidak mungkin anak mbak adalah orang yang sadis. Tidak mungkin jika Mellani tega membunuh mereka semuanya! Mbak nggak percaya omonganmu ini Ham!"Bu Rosa tidak terima kalau anak perempuannya dituduh sebagai pembunuh yang mengerikan. Terlebih menurut wanita paruh baya tersebut, justru Mellani anaknya lah yang selama ini menjadi korban karena teror yang terus menimpa anak gadisnya tersebut. "Mbak...! Kalau mbak memang menyayangi anak Mbak, harusnya Mbak sadar kalau Mellani menyembunyikan sesuatu, sifat yang berubah-ubah, Mbak dan mas Rudi terlalu sibuk dengan dunia kalian sendiri, jadi tidak tahu kalau anak kalian menderita gangguan mental!"Ilham berteriak, dirinya sudah tidak tahan lagi menyimpan rahasia tentang gadis yang
"Iya, upah...! Upah karena gue udah bantuin lo buat bunuh tante Sabrina..!" Sasha berusaha bernegosiasi."Hoo !"Mellani mengangguk-anggukkan kepalanya, perlahan tangannya dia gerakkan untuk membuka ikatan di tangan temannya.Senyuman terbit di wajah Sasha, begitu ikatannya terlepas maka dia akan segera melarikan diri lalu mencari bantuan. Baginya Mellani saat ini sangat menakutkan, sorot matanya sama mengerikannya seperti saat dia dan dirinya menghabisi nyawa selingkuhan papanya."Mell, lepasin gue Mell, lo mau kemana?" Sasha berteriak saat gerakan Mellani berhenti.Mellani menarik kembali tangannya, lalu berdiri mengambil lakban lalu kembali menutup rapat mulut Sasha."Hmpt!"Sasha kembali menggerak-gerakkan tubuhnya."Ini apa, Sha? Lo masih ingat ini? ""Mellani menunjukkan sebuah benda tajam tepat di wajah Sasha."Lupa? Oke coba lihat ini?"Mellani menunjukkan deretan huruf yang agak memudar di pangkal benda tajam tersebut, tulisan itu berbunyi SASHA, untuk menandai siapa tuan dar
Ting....Suara notifikasi pesan m.banking milik Sasha berbunyi." Trx Rek.67570xxxxxxx : Transfer FROM17490xxxx TO675701014866538MP Rp. 100.000.000 15/12/20 05.00"Sasha tersenyum, kini uang direkening miliknya kembali terisi." Lumayanlah...." Sasha bergumam, lalu kembali menarik selimutnya, pagi ini sangat dingin. Dia baru saja pulang kerumah setelah semalaman menemani teman kencannya yang seorang perwira polisi.Ting...Ponselnya kembali berbunyi, kini notifikasi whatsapnya." Om tunggu nanti malam di hotel xxx, jangan lupa dandan yang cantik!"" Siap om, Sasha akan kasih om service yang lebih memuaskan, dan Sasha akan buat om melupakan tante Sabrina yang sudah peot itu.!"Send..." Sorry Mellani sayang, nggak dapat om loe yang sok alim itu, bokap loe pun tak masalah."Sasha menyeringai, dirinya dapat menggoda om Rudi ayah Mellani saat dirinya berkunjung kerumah Mellani, sayangnya saat itu orang yang ingin dia temui sedang pergi dan hanya ada om Rudi dirumahnya. Awalnya Sasha sa
" Gue sudah sampai kafe, loe dimana?"Galang mengirimkan sebuah pesan, tak lama warna centang abu-abu berubah menjadi biru, pertanda bahwa pesannya sudah dibaca." Gue ada disini Lang, arah jam 6."Galang mengedarkan pandangannya ke penjuru kafe, matanya menangkap sosok yang tengah dia cari. Mellani, gadis cantik itu melambaikan tangannya dan tersenyum. Dengan pasti kakinya dia langkahkan kearahnya. " Sudah lama nunggunya Mell?."" Belum Lang, duduklah."" Sorry Mell, baru bisa ketemu malem malem gini, kalau pagi Gue kerja" " Its okey, no problem Lang. Loe mau ketemu, Gue aja udah seneng banget. Harusnya Gue yang minta maaf karena ganggu kamu. "" Santai aja Mell, kita kan udah lama kenal. "Galang menggaruk belakang kepalanya, bingung mau memulai pembicaraan seperti apa, karena yang membuat janji ingin bertemu adalah Mellani bukan dirinya. " Mell, emmm. Tadi gue udah kerumah ibunya Bagas, beliau masih sedih atas kematian anaknya, Gue bisa maklum sih, soalnya Bagas anak kesayangan
Sebenarnya aku juga menyukai Mellani, ah...tapi sialnya Jonathan juga mengincar si Mellani, maniak perempuan itu selalu suka yang bersih dan susah didapat, salah satunya Mellani.Aku hanya mampu mengawasi pergerakan Jo dalam mendekati Mellani. Aku kalah sebelum perang, Jo lebih kaya dariku. Bukankah wanita akan lebih suka dengan lelaki yang lebih kaya daripada yang biasa-biasa saja?. Aku yakin Mellani juga seperti wanita kebanyakan, suka dengan lelaki kaya. Namun ternyata saat Jo sedang gencar-gencarnya melancarkan aksinya, Mellani justru memilih Bagas.Aku kaget sekaligus tertawa mendengar berita bahwa Bagas dan Mellani akan menikah tahun ini. Jonathan nampak uring-uringan dan aku puas, setidaknya Bagas jauh lebih baik untuk melindungi Mellani daripada si Jonathan yang maniak surga dunia seperti aku ha...ha...ha...Pagi itu aku dapat kabar duka, Bagas ditemukan sekarat disebuah villa dipuncak, ciiih.... Lelaki ternyata sama saja.Kulangkahkan kaki untuk menjenguknya di sebuah rumah
"Sudah bangun, Sayang?" Mellani menatap tubuh Bagas yang menggeliat, terikat tali tambang. "Mmm...." Bagas hanya bergumam tidak jelas karena mulutnya ditutup paksa oleh kekasih yang dia cintai. Perlahan, Mellani membuka mulut Bagas yang tertutup lakban. "Sayang, ada apa ini? Kenapa aku diikat? Apa salahku, Sayang?" Mellani tersenyum miris. "Kamu bilang kalau kamu sangat mencintaiku, Gas?" Mellani mengambil cutter yang telah dia siapkan. Cutter itu digoyangkannya ke kanan dan ke kiri tepat di muka calon suaminya itu. Bagas gemetar. Mellani yang dia kenal adalah Mellani yang lemah lembut, bukan Mellani yang ada di depannya saat ini. Dia seperti psikopat. "Kamu ingat dengan cutter ini, Gas? Aku memungutnya sewaktu sekolah dulu. Lebih tepatnya aku memungut cutter ini di..." Mellani mendekatkan mulutnya ke telinga Bagas. "Waduk Sermo, Kulon Progo...!" Mellani mengangkat kembali wajahnya, matanya menatap lurus ke bola mata Bagas. Wajah kekasihnya itu memucat. Pucat sepe
Tuuut … tuuut … tuuut …."Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, silahkan hubungi beberapa saat lagi!"Bagas berkali-kali menghubungi nomor Mellani, tapi selalu gagal. Bagas coba lagi dan hasilnya masih sama, Mellani kekasihnya tidak bisa dihubungi. Bagas khawatir hal buruk menimpa sang kekasih.Dia ingin mengabarkan kepada kekasihnya itu kalau dirinya sedang perjalanan menuju vila di Bogor.Hari ini dirinya sangat bahagia karena akhirnya Mellani mau diajak pergi berdua. Lebih tepatnya Mellani yang mengajak dirinya untuk berlibur berdua di puncak, Bogor.Walau sudah ada rencana untuk menikah, Mellani sangat menjaga jarak dengan dirinya. Jangankan berhubungan badan seperti kebiasaan teman-temannya yang lain. Jika dirinya nekat memegang tangan sang kekasih maka dirinya akan di hajar habis-habisan secara verbal. Dia tidak akan bisa berjumpa kembali dengan Mellani untuk waktu yang lama dan hal itu pasti membuat Bagas panik.Bagas yang begitu mencintai Mellani sangat takut kehilangannya.
20 April 2016, Waduk Sermo , Kulon Progo, DIY. "Ayu ... Yu ... Ayu ...! Kamu di mana? Ayu!"Mellani yang masih remaja tengah mencari sahabatnya yang tiba-tiba menghilang. Tadi sehabis acara api unggun dia langsung tidur di tenda karena terlalu lelah, seingatnya dia dan Ayu tidur berdampingan. Tapi ketika dirinya terbangun karena digigit nyamuk Ayu sudah tidak ada disampingnya. Tak biasanya sahabat cantiknya itu pergi begitu saja tanpa berpamitan dengannya. Karena khawatir dan juga penasaran, akhirnya walau hanya bermodalkan nekat yang dia paksakan, Mellani menyusuri jalan pegunungan menuju waduk. Memang lokasi perkemahan sekolahnya agak sedikit menurun dan agak sedikit menjauhi daerah waduk sehingga saat akan menuju ke arah waduk dia harus menanjak.Senter kecilnya dia arahkan lurus ke depan. Mellani mengeratkan pelukan di tubuhnya karena ternyata jaket yang dia kenakan tidak mampu menahan hawa dingin malam ini.Dia menanjak perlahan menuju waduk. Entah kenapa kakinya dengan s