Semua Bab Terpikat Pesona Tuan Presdir: Bab 11 - Bab 20

57 Bab

Eleventh

Jessica baru saja mengganti gaunnya yang tidak sengaja ketumpahan champagne. Wanita itu kini menggunakan gaun hitam bertaburan kristal di bagian bawahnya. Sebelum kembali ke ruang dansa, Jessica merapikan tatanan rambutnya terlebih dahulu, kembali membubuhkan bedak dan lipstik, dan memakai topengnya. Jessica mengucapkan terima kasih pada pelayan yang membantunya mengganti gaun lalu keluar.Kaki Jessica menyusuri lorong panjang yang di kiri kanannya terdapat vas keramik tanpa bunga setiap lima meter. Tidak ada orang di sana kecuali dirinya. Jessica berbelok menuju tangga, langkahnya dengan anggun menuruni tangga. Di bawah, Jessica melihat Sarah yang sedang dibopong oleh seorang lelaki yang Jessica yakini adalah teman yang disebut Sarah sebelumnya. Melihat bagaimana interaksi mereka, Jessica tidak yakin kalau Sarah dan lelaki itu tidak hanya berteman.Sarah tampak berontak dari genggaman temannya, tanpa sengaja melepaskan topeng yang dipakai oleh temannya. Tubuh Jess
Baca selengkapnya

Twelfth

Sarah mengerjapkan matanya beberapa kali yang terasa panas. Setiap kedipan membawa rasa panas yang tidak nyaman. Sarah memperhatikan sekitar, tidak mengenali kamar tempat dia tidur. Sarah mencoba untuk bangun, tetapi kepalanya terasa amat pusing, akhirnya dia menidurkan tubuhnya kembali. Kamar yang kini ditempatinya didominasi oleh warna hitam dan putih. Di depan ranjang yang Sarah tiduri terdapat satu sofa panjang dengan coffee table di depannya.Sarah memejamkan matanya, berharap rasa pusing yang menghantam kepalanya bisa segera pergi. Sarah masih memejamkan mata saat mendengar suara pintu terbuka dan langkah kaki yang mendekat. Lalu sebuah tangan menyentuh dahinya. Tangan itu terasa dingin di kulitnya. Sarah membuka mata. Meski penglihatannya sedikit buram, Sarah tahu kalau seseorang di depannya adalah William.Seketika Sarah teringat kejadian sebelumnya. Sarah ingat dia pergi ke pesta topeng yang diadakan oleh kolega William. Sarah juga ingat meminum champagne.
Baca selengkapnya

Thirteenth

Layar laptop menampilkan data-data pengeluaran dan pemasukan bulan ini, tetapi Remi tidak memperhatikan sedikit pun. Matanya memang tertuju ke sana, tetapi pikirannya berkelana ke malam pesta topeng. Remi sempat mengikuti William yang tengah membawa perempuan dari acara lelang saat itu. Namun, dia kehilangan jejak William karena seorang kolega yang menghampirinya dan mengajak berbincang. Remi tentu saja memilih menetap. Dia tidak bisa menghancurkan perusahaan yang dibangunnya dengan susah payah hanya karena seorang perempuan. Terakhir kali Remi melihat William saat lelaki itu pergi ke belakang tembok berisi lukisan sepasang kekasih yang tengah berdansa.Saat Remi tiba di tangga, dia tidak menemukan William, atau jejak ke mana koleganya itu pergi. Justru Remi menemukan Jessica tengah berdiri di tengah tangga tanpa melakukan apa pun. Keduanya berakhir berbincang bersama beberapa kolega lain dan berdansa. Remi sama sekali tidak bertemu dengan William sampai dirinya mendapat ka
Baca selengkapnya

Fourthteenth

Sarah memasukkan ayam krispi ke dalam mulutnya lalu tersenyum senang. Setelah selama dua hari penuh dia hanya memakan sup labu dan minum air hangat, akhirnya Sarah bisa memakan makanan lain. Tubuhnya sekarang sudah segar bugar. Tadi pagi bahkan Sarah sudah memasak sarapan untuk dirinya dan William. Sebelum William berangkat ke kantor, Sarah sempat meminta uang untuk membeli beberapa bahan makanan yang habis karena minggu ini tidak ada orang yang mengirim. Uang sisanya Sarah belikan ayam krispi.Setelah memakan habis makanannya, Sarah beralih untuk bersih-bersih rumah. Karena tidak ada banyak barang atau ruangan yang dipakai, pekerjaan Sarah tidak terlalu berat lantaran memang sudah bersih. Ada satu ruangan yang membuat Sarah merasa kagum. Berisi satu layar besar untuk menonton film dan sofa bed. Sarah melihatnya seperti bioskop yang kadang-kadang dia datangi saat punya uang lebih. Home theater itu tidak Sarah bersihkan karena memang tidak ada sedikit pun debu di sana.
Baca selengkapnya

Fifteenth

Makin tinggi jet pribadi itu terbang, Sarah makin merasa tidak karuan. Dia mencengkeram tangan kursi dengan kuat sambil memejamkan mata. Sebuah ingatan kembali hadir di otaknya. Ingatan yang membuatnya menjadi takut pada ketinggian. Lagi-lagi sang ayah yang memberikan ingatan buruk itu padanya.Sarah sedang pergi ke pusat perbelanjaan bersama sang ayah saat itu. Dia masih berumur sepuluh tahun dan merasa sangat senang ketika sang ayah mengajaknya. Sarah masuk ke semua toko untuk melihat-lihat apa saja barang yang ada di sana. Sarah juga berlarian ke sana kemari, memberitahu ayahnya segala hal yang dia lihat di sana. Setelah menelusuri dua lantai pusat perbelanjaan itu, mereka akhirnya memutuskan untuk makan di lantai ketiga, di ruang terbuka.Selagi menunggu makan, Sarah menyender pada pagar pembatas, melihat orang-orang yang berlalu-lalang, dan kemacetan kendaraan. Saat tengah asyik melihat-lihat, Sarah merasakan dorongan di punggungnya yang menyebabkan dia kehila
Baca selengkapnya

Sixteenth

William masih merasakannya. Bibir penuh milik Sarah yang bertemu dengan miliknya. Rasa manis yang membuat pembuluh darahnya bekerja dua kali lipat untuk mengedarkan darah karena jantungnya yang berdetak lebih cepat. Meski sudah berakhir dari beberapa menit lalu, endorfin miliknya masih terus menguarkan hormon kebahagiaan yang membuat William ingin melanjutkan kegiatan mereka sebelumnya.William tahu benar kalau dia sebelumnya meminta Sarah untuk tidur, tetapi perasaannya tidak bisa berbohong. William ingin menarik kembali kata-katanya. Meski begitu, sebisa mungkin dia menahan diri. Pikirannya melayang ke pertanyaan kenapa dirinya menjadi seperti ini? Apa karena sudah terlalu lama tidak berhubungan dengan perempuan? Apa mungkin karena perempuan itu adalah Sarah?.Mata William terbuka sedikit. Dia melirik pada Sarah yang tengah menatap kosong ke arah jendela tertutup. Jari-jarinya menyentuh bibirnya, kembali membawa memori panas yang William sebisa mungkin berusaha u
Baca selengkapnya

Seventeenth

Langit-langit berwarna putih yang memiliki cekungan berbentuk kotak mengeluarkan cahaya temaram. Sarah bergerak menyamping ke kiri dan melihat pemandangan Menara Eiffel yang dipenuhi dengan lampu. Sepanjang hidupnya, Sarah hanya melihat miniatur Menara Eiffel yang dijadikan gantungan kunci. Baru kali ini dia melihat bangunan ikonik yang berada di kota cinta ini. Mata Sarah kembali terpejam saat merasakan sekujur tubuhnya yang sakit, terutama di bagian bawah.William yang sejak tadi sibuk mengetik di laptopnya menghentikan kegiatannya karena melihat Sarah yang bergerak gelisah. Dia meletakkan laptop di nakas lalu menyentuh pelan bahu Sarah. Ingin melihat apakah perempuan di sampingnya ini sudah bangun atau belum.“Sarah?” panggil William sembari menyingkirkan rambut dari wajah Sarah.Kepala Sarah menoleh dan langsung melihat William yang sedang membungkuk ke arahnya. Dengan perlahan Sarah mencoba bangkit dari posisi tidurannya, menyamakan dirinya dengan Wil
Baca selengkapnya

Eighteenth

“Bagaimana menurut Anda tentang acara kali ini?” tanya Remi yang tangannya masih merangkul pinggang Jessica.Bibir Remi tersenyum dengan lebar, berbeda dengan William yang wajahnya tidak menampakkan ekspresi apa pun. Sarah di sampingnya masih saja menunduk, makin tidak nyaman dengan suasana sekitar. Tangan Sarah mencengkeram jas William, berusaha memberi kode kalau dia ingin segera pergi dari sana.“Acaranya bagus, saya suka,” jawab William sekenanya.William lalu merangkul Sarah, bersiap untuk segera pergi. Sebelum Remi sempat melemparkan obrolan basa-basi lagi, William sudah terlebih dahulu pamit. Dia lantas segera berbalik dengan Sarah yang berada di dalam rangkulannya. Baru tiga langkah mereka pergi dari hadapan Remi dan Jessica, lelaki yang mengadakan acara peragaan busana ini membuka mulutnya lagi.“Hubungi saya jika Anda ingin mengganti perempuan itu dengan yang lebih menyenangkan dan andal.”Emosi yang sedari tadi William tahan ak
Baca selengkapnya

Nineteenth

Ketika jam dinding besar yang ada di ruang tamu menunjuk ke angka enam, Sarah bersiap-siap untuk memasak makan malam. Semenjak perempuan itu tinggal di sini, semua urusan makan William serahkan pada Sarah. Kebersihan rumah dilakukan oleh pembantu yang datang pagi dan pulang sore. Kalau pembantu itu berhalangan hadir, Sarah yang akan melakukan pekerjaan rumah juga. Sarah berjalan dengan ringan menuju dapur lalu membuka pintu kulkas.Tidak ada apa pun di kulkas. Sarah merutuk dalam hati. Bisa-bisanya dia lupa membeli bahan makanan. Padahal tadi pagi Sarah sudah mencatat bahan makanan apa yang perlu dibelinya. Sarah bergegas menaiki tangga untuk meminta uang belanja pada William. Tangan Sarah mengetuk pintu ruangan yang berada di depan tangga, terpaut sepuluh langkah. Saat terdengar ucapan William yang menyuruh masuk dari dalam, barulah Sarah membuka pintunya.“Ada apa?” tanya William melepaskan kacamata lalu memijat pangkal hidungnya.“Aku lupa beli bahan makanan tadi pagi.” Sarah menje
Baca selengkapnya

Twentieth

Sarah sudah sibuk di dapur sejak matahari mulai bekerja. Sarah memasak sarapan untuknya dan William terlebih dahulu. Makanan yang Sarah sediakan untuk William dia taruh di pemanas karena biasanya lelaki itu bangun agak siang saat hari Minggu. Sarah mengambil bahan-bahan untuk membuat piza dan meletakkannya dengan rapi di atas meja dapur. Dia lalu mengambil wadah yang lumayan besar untuk menampung semua adonan nantinya.Semua bahan yang tadi diambil, Sarah tuangkan ke dalam wadah. Dia lalu mulai mengadon semuanya hingga tercampur rata. Saat Sarah tengah membersihkan tangannya dari bekas adonan setelah menutup wadah dengan kain, William datang menggunakan kaus abu-abu dan celana panjang kotak-kotak hitam dan putih. Rambutnya tampak masih berantakan, matanya pun terlihat merah. Dahinya berkerut melihat Sarah yang sudah sangat sibuk di dapur. Biasanya Sarah hanya memasak sarapan, selebihnya dia menghabiskan waktu di kamar.William melangkah menuju tempat pemanas makanan. Di dalamnya ada s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status