Sarah sudah sibuk di dapur sejak matahari mulai bekerja. Sarah memasak sarapan untuknya dan William terlebih dahulu. Makanan yang Sarah sediakan untuk William dia taruh di pemanas karena biasanya lelaki itu bangun agak siang saat hari Minggu. Sarah mengambil bahan-bahan untuk membuat piza dan meletakkannya dengan rapi di atas meja dapur. Dia lalu mengambil wadah yang lumayan besar untuk menampung semua adonan nantinya.Semua bahan yang tadi diambil, Sarah tuangkan ke dalam wadah. Dia lalu mulai mengadon semuanya hingga tercampur rata. Saat Sarah tengah membersihkan tangannya dari bekas adonan setelah menutup wadah dengan kain, William datang menggunakan kaus abu-abu dan celana panjang kotak-kotak hitam dan putih. Rambutnya tampak masih berantakan, matanya pun terlihat merah. Dahinya berkerut melihat Sarah yang sudah sangat sibuk di dapur. Biasanya Sarah hanya memasak sarapan, selebihnya dia menghabiskan waktu di kamar.William melangkah menuju tempat pemanas makanan. Di dalamnya ada s
Tangan Jessica menyentuh pegangan tangga yang masih belum berubah sejak terakhir kali dia kemari. Masih bermotif kaca yang sengaja diretakkan. Temboknya pun masih sama, bergaris hitam dan putih, hanya di bagian tangga. Dulu rumah besar ini selalu menjadi tempat Jessica dan William bermain petak umpet. Hingga mereka dewasa dan akhirnya memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih, William mempunyai satu hal yang sering dilakukannya ketika sedang dalam keadaan hati tidak bagus. Lelaki itu mengurung dirinya di ruang kerja, mencoba mencari sesuatu yang bisa mengalihkan perhatiannya.Begitu sampai di lantai atas, jantung Jessica berdetak dua kali lebih cepat. Dia melangkah perlahan menuju pintu yang berada persis di depan tangga. Sebelumnya di pintu itu ada tulisan untuk tidak masuk sembarangan, tetapi sekarang tidak ada. Jessica bertanya dalam hati kapan William melepaskan tulisan itu. Ruang kerja William selalu penuh dengan dokumen penting, itu sebabnya William memasang tulisan itu agar tid
William menjadi lebih posesif pada Sarah semenjak dia tahu kalau Sarah berteman dengan Jessica. Ketika Sarah membicarakan Jessica, William akan langsung mengalihkan pembicaraan dengan nada ketus. Perasaan William menjadi lebih sensitif saat mendengar nama Jessica disebut. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan mantan kekasihnya itu dalam situasi seperti ini.Bukan hanya sekali dua kali William melarang Sarah untuk bertemu dengan Jessica. Berbagai macam alasan sudah William berikan agar Sarah tidak bertemu dengan mantan kekasihnya. Tujuh tahun yang William habiskan untuk melupakan perempuan berambut pirang itu rasanya tampak sia-sia sekarang.William mengembuskan napas kasar dan mengacak rambutnya. Dokumen yang sejak lima belas menit lalu dia tatap tidak ada yang masuk ke dalam otaknya. Mata William memang tertuju pada tulisan-tulisan yang berada di sana, tetapi pikirannya melayang ke kejadian saat Jessica berada di ruangan ini. Baik yang belum lama terjadi atau yang berada di masa la
Sebuah mobil berwarna krem tengah melaju dalam kecepatan sedang menembus padanya jalanan. Remi mengendarai mobilnya menuju tempat acara waktu itu. Tangannya terkepal kuat di setir saat dia mengingat kembali kejadian di Paris. Masih dia ingat bagaimana William memukulnya di sana dan mempermalukannya di depan banyak orang. Rasa kagum yang dulu pernah ada untuk William sekarang sirna.Remi memutar setir ke kanan dan menambah kecepatannya. Dia tidak peduli dengan mobil-mobil lain yang ada di depannya. Remi hanya berpikir untuk cepat sampai di tempat pelelangan itu. Dia ingin mencari tahu segala hal tentang Sarah. Rencana yang saat itu masih menjadi sebuah keraguan kini sudah pasti akan Remi lakukan.Mobil krem miliknya berbelok masuk ke gedung pelelangan dan terparkir rapi di bawah tanah. Dia menyimpan kunci mobilnya di saku celana setelah menguncinya. Kaki Remi terus melangkah menuju ruangan lelang saat itu. Sepanjang perjalanannya dia tidak menemui siapa pun, padahal hari ini adalah har
Secangkir kopi yang menemani William siang itu masih mengeluarkan asap. William duduk di sofa bed samping kolam renang. Tangannya memegang novel dari Shakespeare yang sudah dia tinggalkan beberapa hari. Rencana William, dia akan menamatkan novel itu hari ini. Karena tidak ada pekerjaan, akhirnya William bisa bersantai. William mengulurkan tangannya untuk mengambil cangkir kopi dan menyesap isinya.Keningnya berkerut karena lidahnya terbakar oleh kopi yang masih panas. William menggerakkan cangkir ringan untuk mengaduk kopinya lalu meletakkannya lagi ke meja. Tatapan William kembali ke novelnya. William telah sampai ke bagian di mana empat tokoh penting memasuki hutan dan terkena ramuan cinta yang membuat semuanya kacau. William terkekeh membacanya. Ketika tangan William membalikkan halaman novel tersebut, bel berbunyi.William tetap pada posisinya, masih lanjut membaca. Kata demi kata sudah terlewati, tetapi bel masih saja berbunyi. Mendengar bel yang sepertinya tidak mempunyai niat u
Ponsel Sarah berdering saat dia baru saja selesai mencuci semua piring setelah sarapan. Sarah mengelap tangannya terlebih dahulu sebelum mengambil ponselnya. Di layar ponsel terdapat tulisan selamat ulang tahun dan Sarah baru ingat kalau hari ini adalah ulang tahunnya. Sarah lalu mematikan notifikasi pemberitahuan tersebut. Dia berpikir untuk merayakan hari lahirnya ini.Ketika Sarah sedang berpikir apa yang harus dia lakukan untuk merayakan ulang tahunnya, suara langkah kaki yang terburu-buru terdengar di belakangnya. Sarah menoleh dan melihat William yang sibuk menyimpul dasi. Rambutnya sedikit berantakan seperti disisir asal, bahkan kancing jasnya ada yang salah masuk. Sarah meletakkan ponselnya dan berjalan menuju William.Dia mengambil alih pekerjaan William. Dengan telaten Sarah mengikat dasi bergaris diagonal biru dan hitam. Setelah memastikan dasinya rapi, Sarah beralih menuju kancing jas William yang salah dikancingkan. William hanya diam saja, membiarkan Sarah membantunya un
“Hari ini saya pulang cepat biar nanti bisa rayain ulang tahun kamu,” ucap William setelah Sarah menolak tawarannya untuk diantar.Sarah di seberang menjawab, “Oke, makasih.”William lalu mematikan sambungan telepon. Dia berdiri dan meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa sangat kaku. William melonggarkan dasi yang tadi pagi diikat oleh Sarah dan melepaskan kancing jasnya. Baru saja William meletakkan jasnya di sandaran kursi, pintu terbuka secara tiba-tiba menampilkan Jessica yang dibalut gaun biru tua sepaha. Di belakang Jessica, Isa mengikuti sambil berbicara kalau Jessica tidak bisa sembarangan masuk.Tangan William terangkat meminta Isa untuk berhenti. Isa mengembuskan napas dan menunduk, berkali-kali mengatakan maaf karena tidak bisa menahan Jessica, lalu dia pergi. Di dalam ruang kerja William, kini hanya terdapat dirinya dan Jessica yang terpaut jarak lima meter. William bergerak menuju dispenser dan menuang segelas air putih. Dia meminum air itu seperti orang yang tidak mi
Pintu utama terbuka setelah Sarah memutar kunci. Dibantu oleh sopir, Sarah membawa belanjaan dan kue merah muda yang dia beli sebelum pulang. Sarah memberikan segelas jus jeruk pada sopir sebelum lelaki itu pulang. Sarah segera memasukkan belanjaannya ke dalam kabinet dan menatanya dengan rapi. Kue tar Sarah masukkan ke dalam kulkas, berada di sebelah kanan kontainer yang berisi sayur-sayuran.Sarah setelahnya berjalan ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Kaus hijau pastel dan celana pendek putih menjadi pilihan Sarah. Dia mencepol rambutnya ke atas menggunakan kunciran. Sarah beralih kembali ke dapur untuk memasak makanan yang nanti akan menemani kue tar merah mudanya. Di dalam kulkas daging, Sarah mengambil dua bungkus daging cincang.Daging cincang itu Sarah masukkan ke dalam mangkuk besar lalu ditambahkan tiga butir telur dan penyedap rasa. Sarah memakai sarung tangan plastik sebelum mulai mencampur semua bahan yang ada di daging. Selepas membuat olahan daging,
Cermin yang memantulkan dirinya sendiri itu membuat Sarah kagum. Sarah tidak pernah menyangka kalau dia akan mengenakan gaun putih yang bagian bawahnya mengembang. Gaun pengantinnya terbuka di bagian bahu dengan tangan yang berbentuk balon. Ada hiasan bunga-bunga kecil di bagian atas dan bawah gaunnya yang juga berwarna putih.Rambut Sarah disanggul dan dihias menggunakan tiara. Tudung transparan dijepit di sanggulnya dan jatuh ke bawah dengan lembut hingga mencapai paha. Sarah mendekatkan diri ke cermin untuk melihat riasannya. Tidak terlalu mencolok, tetapi juga bukan riasan yang sederhana. Bibirnya diberikan lipstik berwarna merah muda.Sarah menarik napas panjang untuk meredakan detak jantungnya yang menggila. Dua bulan lalu William mengumumkan perempuan pilihannya di konferensi pers dan meyakinkan Sarah begitu kembali dari kantor. Tiga hari setelahnya dihabiskan William untuk menanyakan pada Sarah seperti apa pernikahan impiannya. Awalnya Sarah ingin membiarka
Kantor William dipenuhi orang dari berbagai profesi. Pagi-pagi sekali sebelum matahari terbit, William sudah menghubungi Isa dan meminta sekretarisnya itu untuk mengadakan konferensi pers. Permintaan mendadak dari William membuat seluruh kantor menjadi sibuk. Dari mencari tempat yang pas untuk melakukan konferensi pers, mengundang wartawan, menyiapkan teks yang nantinya akan digunakan oleh William. Semua hal itu dilakukan dengan terburu-buru.William sendiri langsung berangkat dari rumah setelah dia menelepon Isa, meninggalkan Sarah yang masih berada di alam mimpi. Meski begitu, William sudah menyiapkan makanan untuk Sarah dari pagi hingga malam kalau nanti dirinya akan pulang larut malam seperti sebelumnya. Radio di mobil William tidak berhenti menyiarkan berita mengenai dirinya hingga membuat William muak dan mematikan radio.William bersyukur orang-orang yang masih setia bekerja untuk dirinya tidak mengeluh dan justru menyiapkan semua yang William butuhkan denga
William memijat pangkal hidung sembari memejamkan mata. Kepalanya terasa pusing karena melihat layar komputer selama beberapa jam. Seharian ini dirinya sibuk melakukan berbagai rapat dengan perusahaan-perusahaan yang sudah lama bekerja sama dengannya. William mencoba mempertahankan perusahaan yang sudah mendukung perusahaan miliknya sejak masih di bawah kepemimpinan sang ayah. Perusahaan yang baru-baru ini bekerja sama dengannya kebanyakan memutuskan kontrak karena tidak ingin kena dampak dari masalah yang William alami.Tiga jam lalu Isa sudah pamit untuk pulang dan William mengiyakan. Dia tidak ingin memberikan beban pada siapa pun yang bekerja dengannya karena masalah yang William buat sendiri. Tangan William menggebrak meja saat mengingat kembali berita tersebut, terutama konferensi pers yang dilakukan oleh Jessica. Selanjutnya William terkekeh. William merasa dirinya begitu bodoh saat mengenang kembali apa yang dirinya dan Jessica lakukan. Padahal sejak awal Jessica re
Rasa puas menyelimuti hati Remi sejak pertama kali berita tentang William dan Jessica tersebar. Uang yang dirinya keluarkan seakan tidak berarti apa-apa saat melihat kesuksesan berita tersebut. Remi yakin sekali William akan sulit untuk mengelak berita tersebut, apalagi foto yang diambil dari orang suruhan yang terlihat amat jelas. Remi bahkan sampai berdecak kagum saat melihat hasil foto itu.Wajah William dan Jessica terlihat jelas. Interaksi mereka pun tidak akan membuat orang lain salah mengenali. Remi terkekeh mengingat saluran televisi yang semuanya menayangkan berita yang sama. Hati Remi makin diselimuti rasa senang karena belum adanya tanggapan dari William. Hanya undangan rapat yang dikirimkan Isa ke Thena. Remi menolak undangan tersebut. Bisa dibilang Remi adalah salah satu tokoh utama di berita panas tersebut, jadi wajar saja kalau dirinya menolak undangan rapat William. Akan aneh kalau dirinya justru menerima undangan tersebut.Dari pagi hingga sore tid
Sarah melangkahkan kaki turun dari tangga menuju dapur. Dia baru saja bangun dari tidur panjangnya. Sejak mengetahui kalau Sarah tengah mengandung, William tidak pernah membangunkan Sarah pagi-pagi untuk membuat sarapan. Kadang William sendiri yang memasak sarapan untuk Sarah, atau kalau tidak sempat, William akan memesan makanan untuk Sarah begitu Sarah mengirimkan pesan kalau dirinya sudah bangun.Kali ini tidak ada sarapan yang tersedia di tempat pemanas, tetapi Sarah yakin makanan akan datang beberapa menit lagi. Untuk mengisi perut kosongnya yang sedikit membuncit, Sarah mengambil buah dari dalam kulkas yang semalam dia kupas. Sarah duduk di kitchen island sembari bermain permainan yang baru diunduh di ponselnya. Mata Sarah melirik ke jam yang berada di layar atas ponselnya, sudah hampir tengah hari, tetapi tidak ada makanan apa pun yang datang. William bahkan tidak membalas pesan Sarah.Sarah memutuskan untuk memasak makanannya sendiri karena berpikir kalau W
William sudah mengirimkan pesan pada Isa setelah tiba di rumah kemarin kalau hari ini dia tidak akan datang ke kantor. Semua dokumen yang belum sempat dibawa William minta untuk dikirimkan ke rumahnya. Setelah mengetahui fakta kalau Sarah tengah mengandung dan melihat sendiri gejala tersebut pada Sarah, William memutuskan untuk tetap di rumah dan menemani Sarah.William tidak tahu sudah berapa menit berlalu sejak dirinya membuka mata. Yang jelas cukup lama hingga cahaya matahari sudah menembus tirai jendelanya. Selama itu yang dilakukan William hanyalah tidur menyamping dan memperhatikan wajah damai Sarah. Sesekali tangan William terulur untuk mengusap lembut pipi Sarah.Mata William yang sejak tadi menatap wajah Sarah beralih ke perut Sarah saat perempuan itu bergerak dalam tidurnya dan mendorong selimut. Kaus yang dikenakan Sarah sedikit terangkat, memperlihatkan perutnya yang masih rata. William lagi-lagi mengulurkan tangan, tetapi kali ini untuk mengusap perut
Di depan meja William kini terdapat sebuah piring yang berisi dua roti lapis dan secangkir kopi hitam. Isa baru saja membawakan makan siang William lima menit yang lalu, dan William sedang merapikan dokumen agar tidak ada kejadian tidak mengenakkan nantinya. William melihat ponselnya yang masih belum ada kabar dari Sarah. William mengasumsikan kalau Sarah masih tidur di rumah.Selesai membereskan semua dokumen dan mejanya lumayan luang sekarang. William mendaratkan bokongnya di kursi lalu menarik piring dan cangkirnya mendekat. Dia menatap roti isi, mencoba mencari tahu apa saja isi roti tersebut, lalu memakannya. Kepala William mengangguk saat dia merasakan berbagai macam rasa yang ada di roti isi tersebut. Bukan rasa yang mewah, tetapi lumayan memanjakan lidah William.Pikiran William melayang kepada Sarah. Wajah Sarah yang terlihat sangat pucat pagi tadi masih saja menghantui William. Apalagi Sarah yang sempat pergi dua kali ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya yang masih
Biasanya Sarah sudah bangun sebelum William membuka matanya. Namun, beberapa hari belakangan ini Sarah malas sekali untuk bangkit dari ranjang. Sarah tidak mengerti kenapa dirinya selalu merasa lemas dan pusing. Tubuhnya terasa amat berat untuk bangkit dari ranjang. Meskipun begitu, Sarah tetap berusaha memasak sarapan.Kali ini Sarah masih berpeluang di dalam selimut saat William beranjak menuju kamar mandi. Suara pancuran air terdengar tidak lama kemudian. Sarah mencoba untuk melawan rasa malamnya dan berusaha bangun dari ranjang. Cukup susah, tetapi Sarah berhasil. Dia mengambil jubah tidur lalu memakainya. Sarah pun berjalan turun ke dapur.Sarah mengambil empat butir telur, sosis, dan bacon. Sarapan yang sudah Sarah masak selama tiga hari berturut-turut karena Sarah tidak menemukan ide sarapan lain. Untungnya William tidak pernah bicara apa pun soal menu sarapan yang sama selama tiga hari ini. Sarah mulai memecahkan telur ke dalam mangkuk. Dia mengambil sejumlah garam untuk ditab
Berbagai macam produk kecantikan berjejer rapi di atas wastafel. Jessica mengambil salah satu botol berukuran kecil yang bentuknya seperti dot bayi lalu menuangkan isinya ke telapak tangan. Dia mengusapkan cairan bening itu ke seluruh wajahnya dengan merata dan secara perlahan. Rutinitas yang sering kali Jessica lakukan sehabis mandi dan sebelum tidur. Jessica selalu berusaha untuk menjaga wajahnya tetap bersih dan mulus agar tidak mengganggu pekerjaannya nanti.Rambut perempuan itu masih basah setelah selama beberapa menit diguyur di bawah pancuran air. Air bahkan masih mengucur dari rambut Jessica menuju jubah mandi yang dipakainya. Setelah selesai mengaplikasikan semua produk tersebut ke wajah, Jessica mengambil hair dryer. Dia mencolokkan kabel hair dryer ke stopkontak yang berada di ujung wastafel. Jessica mengatur hair dryer tersebut sebelum mulai mengeringkan rambutnya.Tangan Jessica memang sibuk memegang hair dryer, tetapi matanya mengarah ke ponselnya yan