Pintu utama terbuka setelah Sarah memutar kunci. Dibantu oleh sopir, Sarah membawa belanjaan dan kue merah muda yang dia beli sebelum pulang. Sarah memberikan segelas jus jeruk pada sopir sebelum lelaki itu pulang. Sarah segera memasukkan belanjaannya ke dalam kabinet dan menatanya dengan rapi. Kue tar Sarah masukkan ke dalam kulkas, berada di sebelah kanan kontainer yang berisi sayur-sayuran.Sarah setelahnya berjalan ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Kaus hijau pastel dan celana pendek putih menjadi pilihan Sarah. Dia mencepol rambutnya ke atas menggunakan kunciran. Sarah beralih kembali ke dapur untuk memasak makanan yang nanti akan menemani kue tar merah mudanya. Di dalam kulkas daging, Sarah mengambil dua bungkus daging cincang.Daging cincang itu Sarah masukkan ke dalam mangkuk besar lalu ditambahkan tiga butir telur dan penyedap rasa. Sarah memakai sarung tangan plastik sebelum mulai mencampur semua bahan yang ada di daging. Selepas membuat olahan daging,
Mata William memicing saat mendengar suara alarm. Jam digital yang berada di nakas kanan menunjukkan angka tujuh. William menekan tombol untuk mematikan alarm dan seketika suara yang mengganggu tidurnya berhenti. Tangan kiri William menutup matanya selama beberapa saat sebelum dia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. William menyalakan pancuran air dan membiarkan tubuhnya terguyur selama beberapa menit.Setelah lima belas menit berada di dalam kamar mandi, William keluar dengan handuk yang melilit pinggangnya. Handuk yang ukurannya lebih kecil digunakan untuk mengeringkan rambutnya. William mengalungkan handuknya di leher sembari mencari pakaian dari lemari. Dia mengambil kaus berwarna biru dan celana katun berwarna abu-abu. William lalu menjemur handuknya di gantungan kamar mandi setelah berpakaian.Kaki William melangkah menuruni tangga dengan santai. William berencana menghampiri Sarah di kamarnya karena biasanya perempuan itu ada di sana setelah memasak sar
Rambut Sarah sudah terlepas dari kunciran begitu dia masuk ke dalam kamar bernuansa cokelat. Sarah menatap ke arah pintu yang sedikit terbuka, menanti kehadiran William. Lelaki itu menyelesaikan urusan dengan penjaga vila. William datang tidak lama kemudian sembari membawa tas miliknya dan Sarah. Dia meletakkan tas itu di samping lemari. William lalu berjalan menghampiri Sarah yang masih berdiri di depan ranjang.Tangan William terangkat menuju Sarah untuk menyingkirkan rambut yang sengaja ditaruh ke depan. William menyentuhkan jarinya ke tanda merah yang berada di atas tulang selangka. Tanda yang dibuatnya beberapa saat sebelum sampai di pulau pribadinya. William memajukan wajahnya ke Sarah dan mengecup ringan tanda merah tersebut. Kecupannya perlahan berubah menjadi isapan yang membuat Sarah menarik napas seketika.Sarah mengangkat tangannya untuk menggenggam kaus William. Dia mencengkeram kaus William ketika lelaki itu menggigit kulit lehernya. Tidak sampai meny
Matahari belum terbit, tetapi William sudah rapi. Dia mengenakan baju tanpa lengan berwarna putih dan celana panjang yang memiliki warna sama. William mengambil sedikit gel dan mengusapkannya ke rambut sembari merapikannya. Setelah puas melihat penampilannya di depan cermin, William beranjak menuju Sarah yang masih berada di dalam selimut. William duduk di belakang Sarah yang menghadap ke kanan.Tangan William bergerak menyentuh bahu Sarah dan mengusapnya perlahan. Dia menggoyangkan tubuh Sarah pelan sambil memanggil namanya, meminta perempuan itu untuk bangun. Karena guncangan yang diberikan oleh William, Sarah terusik dari tidurnya dan membuka mata. Dia menoleh ke belakang dengan kening yang berkerut. Mata Sarah menangkap langit di balik pintu kaca yang masih gelap lalu merasa heran kenapa William membangunkannya.“Kenapa?” tanya Sarah setelah berhasil duduk.William menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Sarah sambil membalas, “Siap-siap. Aku mau ajak
Remi mengendarai mobilnya di jalanan yang hanya muat dilalui oleh satu mobil dan minim pencahayaan. Mobil yang dia kendarai melaju dengan pelan. Remi memperhatikan rumah di kiri dan kanannya lalu melihat ke arah foto yang dia pegang di tangan kiri. Dia menyamakan rumah yang ada di foto dan yang berada di komplek. Beberapa hari lalu Remi baru mendapatkan informasi rumah dari ayah Sarah.Kaki Remi menginjak pedal rem begitu dia melihat rumah yang sama persis seperti di foto. Remi memarkirkan mobil tepat di depan rumah tersebut lalu ke luar dari mobil. Dia mengambil map cokelat berisi foto-foto William dan Sarah yang dengan susah payah didapatkannya. Tangan Remi terangkat mengetuk pintu rumah tersebut. Butuh waktu lima menit dan beberapa ketukan hingga pintu terbuka.Di balik pintu terdapat seorang pria yang memakai baju dongker kebesaran dan celana pendek hitam. Rambut pria tersebut gondrong. Wajahnya ditutupi oleh janggut dan kumis. Kening pria tersebut berkerut bin
“Aku keluar sebentar, ya,” ucap Sarah pada William yang tengah berkutat di depan laptop.Hanya mengenakan bikini putih, Sarah melangkah ke pantai. Dia melengkapi penampilannya dengan kemeja William yang tadi pagi dia kenakan saat menyaksikan matahari terbit. Kemeja tersebut Sarah ikatkan di pinggangnya untuk menutupi kaki bagian atasnya. Sarah berjalan menyusuri jalan setapak sembari berlari kecil. Sepanjang perjalanan, Sarah tidak melihat satu orang pun. Sejauh ini hanya lima orang yang Sarah lihat. Orang yang bertugas membersihkan vila, koki dan pelayan di restoran, dan sisanya yang sepintas Sarah lihat tengah membersihkan pulau kecil ini.Matahari sudah condong ke barat saat Sarah melepas sandalnya dan berlari menuju pinggir pantai. Dia terkikik begitu ombak menyapu pasir dan membasahi kakinya hingga selutut. Sarah berjalan ringan ke kanan sembari mengumpulkan kerang yang dia lihat. Kerang yang diambilnya memiliki berbagai macam bentuk, ukuran, dan warna. Saat o
William membaca beberapa dokumen yang diberikan Isa dengan teliti. Setengah dari dokumen tersebut William tempelkan stempel yang memuat namanya, sedangkan yang setengahnya lagi dia kembalikan pada Isa untuk direvisi. William melepaskan kacamata yang dipakai kemudian memijat pangkal hidungnya. Entah sudah berapa lama dia melihat tulisan, baik di kertas atau di layar komputer. Hal ini membuat kepalanya merasa pening.William bangkit dari kursi kerjanya dan berjalan menuju dispenser air. Dia mengisi gelas plastik yang berada di samping dispenser air tersebut. William menenggak habis air putih hanya dalam beberapa teguk lalu mengambil segelas lagi. Saat William meletakkan gelas kembali, pintu ruangannya diketuk tiga kali. Tanpa merasa curiga, dia menyuruh orang yang mengetuk pintu untuk masuk.Bukan Isa yang datang, melainkan Jessica. Dibalut gaun hijau mint sepanjang lutut yang terbelah di kiri, memanjang hingga paha yang tidak ada lebam. Jessica menenteng dompet yan
Jam sudah menunjukkan pukul satu saat William tiba di depan rumahnya. Dia tidak langsung masuk ke dalam rumah, melainkan berdiri sebentar di samping mobilnya untuk menikmati angin malam dan menyegarkan diri. Karena meeting yang terlambat satu jam, William harus rela lembur untuk mengurus beberapa dokumen.William menelengkan lehernya ke kiri dan kanan untuk menggerakkan tulangnya yang terasa kaku. Tulang lehernya berderak saat dia melakukan hal itu. Dua detik kemudian barulah William melangkah menuju pintu rumahnya. Dia mengeluarkan kunci rumah dari dalam saku lalu memasukkannya ke dalam lubang kunci. Suara seseorang tengah berbincang terdengar di telinga William meskipun kecil.Di ruang tamunya, William melihat Sarah yang disinari cahaya televisi sedang tertidur. Tubuhnya terbungkus di dalam selimut tebal. William meletakkan jas dan tas kantornya di arm chair sebelum melangkah mendekati Sarah. Dia memperhatikan wajah Sarah dalam diam lalu memutuskan untuk mematika
Cermin yang memantulkan dirinya sendiri itu membuat Sarah kagum. Sarah tidak pernah menyangka kalau dia akan mengenakan gaun putih yang bagian bawahnya mengembang. Gaun pengantinnya terbuka di bagian bahu dengan tangan yang berbentuk balon. Ada hiasan bunga-bunga kecil di bagian atas dan bawah gaunnya yang juga berwarna putih.Rambut Sarah disanggul dan dihias menggunakan tiara. Tudung transparan dijepit di sanggulnya dan jatuh ke bawah dengan lembut hingga mencapai paha. Sarah mendekatkan diri ke cermin untuk melihat riasannya. Tidak terlalu mencolok, tetapi juga bukan riasan yang sederhana. Bibirnya diberikan lipstik berwarna merah muda.Sarah menarik napas panjang untuk meredakan detak jantungnya yang menggila. Dua bulan lalu William mengumumkan perempuan pilihannya di konferensi pers dan meyakinkan Sarah begitu kembali dari kantor. Tiga hari setelahnya dihabiskan William untuk menanyakan pada Sarah seperti apa pernikahan impiannya. Awalnya Sarah ingin membiarka
Kantor William dipenuhi orang dari berbagai profesi. Pagi-pagi sekali sebelum matahari terbit, William sudah menghubungi Isa dan meminta sekretarisnya itu untuk mengadakan konferensi pers. Permintaan mendadak dari William membuat seluruh kantor menjadi sibuk. Dari mencari tempat yang pas untuk melakukan konferensi pers, mengundang wartawan, menyiapkan teks yang nantinya akan digunakan oleh William. Semua hal itu dilakukan dengan terburu-buru.William sendiri langsung berangkat dari rumah setelah dia menelepon Isa, meninggalkan Sarah yang masih berada di alam mimpi. Meski begitu, William sudah menyiapkan makanan untuk Sarah dari pagi hingga malam kalau nanti dirinya akan pulang larut malam seperti sebelumnya. Radio di mobil William tidak berhenti menyiarkan berita mengenai dirinya hingga membuat William muak dan mematikan radio.William bersyukur orang-orang yang masih setia bekerja untuk dirinya tidak mengeluh dan justru menyiapkan semua yang William butuhkan denga
William memijat pangkal hidung sembari memejamkan mata. Kepalanya terasa pusing karena melihat layar komputer selama beberapa jam. Seharian ini dirinya sibuk melakukan berbagai rapat dengan perusahaan-perusahaan yang sudah lama bekerja sama dengannya. William mencoba mempertahankan perusahaan yang sudah mendukung perusahaan miliknya sejak masih di bawah kepemimpinan sang ayah. Perusahaan yang baru-baru ini bekerja sama dengannya kebanyakan memutuskan kontrak karena tidak ingin kena dampak dari masalah yang William alami.Tiga jam lalu Isa sudah pamit untuk pulang dan William mengiyakan. Dia tidak ingin memberikan beban pada siapa pun yang bekerja dengannya karena masalah yang William buat sendiri. Tangan William menggebrak meja saat mengingat kembali berita tersebut, terutama konferensi pers yang dilakukan oleh Jessica. Selanjutnya William terkekeh. William merasa dirinya begitu bodoh saat mengenang kembali apa yang dirinya dan Jessica lakukan. Padahal sejak awal Jessica re
Rasa puas menyelimuti hati Remi sejak pertama kali berita tentang William dan Jessica tersebar. Uang yang dirinya keluarkan seakan tidak berarti apa-apa saat melihat kesuksesan berita tersebut. Remi yakin sekali William akan sulit untuk mengelak berita tersebut, apalagi foto yang diambil dari orang suruhan yang terlihat amat jelas. Remi bahkan sampai berdecak kagum saat melihat hasil foto itu.Wajah William dan Jessica terlihat jelas. Interaksi mereka pun tidak akan membuat orang lain salah mengenali. Remi terkekeh mengingat saluran televisi yang semuanya menayangkan berita yang sama. Hati Remi makin diselimuti rasa senang karena belum adanya tanggapan dari William. Hanya undangan rapat yang dikirimkan Isa ke Thena. Remi menolak undangan tersebut. Bisa dibilang Remi adalah salah satu tokoh utama di berita panas tersebut, jadi wajar saja kalau dirinya menolak undangan rapat William. Akan aneh kalau dirinya justru menerima undangan tersebut.Dari pagi hingga sore tid
Sarah melangkahkan kaki turun dari tangga menuju dapur. Dia baru saja bangun dari tidur panjangnya. Sejak mengetahui kalau Sarah tengah mengandung, William tidak pernah membangunkan Sarah pagi-pagi untuk membuat sarapan. Kadang William sendiri yang memasak sarapan untuk Sarah, atau kalau tidak sempat, William akan memesan makanan untuk Sarah begitu Sarah mengirimkan pesan kalau dirinya sudah bangun.Kali ini tidak ada sarapan yang tersedia di tempat pemanas, tetapi Sarah yakin makanan akan datang beberapa menit lagi. Untuk mengisi perut kosongnya yang sedikit membuncit, Sarah mengambil buah dari dalam kulkas yang semalam dia kupas. Sarah duduk di kitchen island sembari bermain permainan yang baru diunduh di ponselnya. Mata Sarah melirik ke jam yang berada di layar atas ponselnya, sudah hampir tengah hari, tetapi tidak ada makanan apa pun yang datang. William bahkan tidak membalas pesan Sarah.Sarah memutuskan untuk memasak makanannya sendiri karena berpikir kalau W
William sudah mengirimkan pesan pada Isa setelah tiba di rumah kemarin kalau hari ini dia tidak akan datang ke kantor. Semua dokumen yang belum sempat dibawa William minta untuk dikirimkan ke rumahnya. Setelah mengetahui fakta kalau Sarah tengah mengandung dan melihat sendiri gejala tersebut pada Sarah, William memutuskan untuk tetap di rumah dan menemani Sarah.William tidak tahu sudah berapa menit berlalu sejak dirinya membuka mata. Yang jelas cukup lama hingga cahaya matahari sudah menembus tirai jendelanya. Selama itu yang dilakukan William hanyalah tidur menyamping dan memperhatikan wajah damai Sarah. Sesekali tangan William terulur untuk mengusap lembut pipi Sarah.Mata William yang sejak tadi menatap wajah Sarah beralih ke perut Sarah saat perempuan itu bergerak dalam tidurnya dan mendorong selimut. Kaus yang dikenakan Sarah sedikit terangkat, memperlihatkan perutnya yang masih rata. William lagi-lagi mengulurkan tangan, tetapi kali ini untuk mengusap perut
Di depan meja William kini terdapat sebuah piring yang berisi dua roti lapis dan secangkir kopi hitam. Isa baru saja membawakan makan siang William lima menit yang lalu, dan William sedang merapikan dokumen agar tidak ada kejadian tidak mengenakkan nantinya. William melihat ponselnya yang masih belum ada kabar dari Sarah. William mengasumsikan kalau Sarah masih tidur di rumah.Selesai membereskan semua dokumen dan mejanya lumayan luang sekarang. William mendaratkan bokongnya di kursi lalu menarik piring dan cangkirnya mendekat. Dia menatap roti isi, mencoba mencari tahu apa saja isi roti tersebut, lalu memakannya. Kepala William mengangguk saat dia merasakan berbagai macam rasa yang ada di roti isi tersebut. Bukan rasa yang mewah, tetapi lumayan memanjakan lidah William.Pikiran William melayang kepada Sarah. Wajah Sarah yang terlihat sangat pucat pagi tadi masih saja menghantui William. Apalagi Sarah yang sempat pergi dua kali ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya yang masih
Biasanya Sarah sudah bangun sebelum William membuka matanya. Namun, beberapa hari belakangan ini Sarah malas sekali untuk bangkit dari ranjang. Sarah tidak mengerti kenapa dirinya selalu merasa lemas dan pusing. Tubuhnya terasa amat berat untuk bangkit dari ranjang. Meskipun begitu, Sarah tetap berusaha memasak sarapan.Kali ini Sarah masih berpeluang di dalam selimut saat William beranjak menuju kamar mandi. Suara pancuran air terdengar tidak lama kemudian. Sarah mencoba untuk melawan rasa malamnya dan berusaha bangun dari ranjang. Cukup susah, tetapi Sarah berhasil. Dia mengambil jubah tidur lalu memakainya. Sarah pun berjalan turun ke dapur.Sarah mengambil empat butir telur, sosis, dan bacon. Sarapan yang sudah Sarah masak selama tiga hari berturut-turut karena Sarah tidak menemukan ide sarapan lain. Untungnya William tidak pernah bicara apa pun soal menu sarapan yang sama selama tiga hari ini. Sarah mulai memecahkan telur ke dalam mangkuk. Dia mengambil sejumlah garam untuk ditab
Berbagai macam produk kecantikan berjejer rapi di atas wastafel. Jessica mengambil salah satu botol berukuran kecil yang bentuknya seperti dot bayi lalu menuangkan isinya ke telapak tangan. Dia mengusapkan cairan bening itu ke seluruh wajahnya dengan merata dan secara perlahan. Rutinitas yang sering kali Jessica lakukan sehabis mandi dan sebelum tidur. Jessica selalu berusaha untuk menjaga wajahnya tetap bersih dan mulus agar tidak mengganggu pekerjaannya nanti.Rambut perempuan itu masih basah setelah selama beberapa menit diguyur di bawah pancuran air. Air bahkan masih mengucur dari rambut Jessica menuju jubah mandi yang dipakainya. Setelah selesai mengaplikasikan semua produk tersebut ke wajah, Jessica mengambil hair dryer. Dia mencolokkan kabel hair dryer ke stopkontak yang berada di ujung wastafel. Jessica mengatur hair dryer tersebut sebelum mulai mengeringkan rambutnya.Tangan Jessica memang sibuk memegang hair dryer, tetapi matanya mengarah ke ponselnya yan