Home / CEO / Terpikat Pesona Tuan Presdir / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Terpikat Pesona Tuan Presdir: Chapter 21 - Chapter 30

57 Chapters

Twenty-First

Tangan Jessica menyentuh pegangan tangga yang masih belum berubah sejak terakhir kali dia kemari. Masih bermotif kaca yang sengaja diretakkan. Temboknya pun masih sama, bergaris hitam dan putih, hanya di bagian tangga. Dulu rumah besar ini selalu menjadi tempat Jessica dan William bermain petak umpet. Hingga mereka dewasa dan akhirnya memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih, William mempunyai satu hal yang sering dilakukannya ketika sedang dalam keadaan hati tidak bagus. Lelaki itu mengurung dirinya di ruang kerja, mencoba mencari sesuatu yang bisa mengalihkan perhatiannya.Begitu sampai di lantai atas, jantung Jessica berdetak dua kali lebih cepat. Dia melangkah perlahan menuju pintu yang berada persis di depan tangga. Sebelumnya di pintu itu ada tulisan untuk tidak masuk sembarangan, tetapi sekarang tidak ada. Jessica bertanya dalam hati kapan William melepaskan tulisan itu. Ruang kerja William selalu penuh dengan dokumen penting, itu sebabnya William memasang tulisan itu agar tid
Read more

Twenty-Second

William menjadi lebih posesif pada Sarah semenjak dia tahu kalau Sarah berteman dengan Jessica. Ketika Sarah membicarakan Jessica, William akan langsung mengalihkan pembicaraan dengan nada ketus. Perasaan William menjadi lebih sensitif saat mendengar nama Jessica disebut. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan mantan kekasihnya itu dalam situasi seperti ini.Bukan hanya sekali dua kali William melarang Sarah untuk bertemu dengan Jessica. Berbagai macam alasan sudah William berikan agar Sarah tidak bertemu dengan mantan kekasihnya. Tujuh tahun yang William habiskan untuk melupakan perempuan berambut pirang itu rasanya tampak sia-sia sekarang.William mengembuskan napas kasar dan mengacak rambutnya. Dokumen yang sejak lima belas menit lalu dia tatap tidak ada yang masuk ke dalam otaknya. Mata William memang tertuju pada tulisan-tulisan yang berada di sana, tetapi pikirannya melayang ke kejadian saat Jessica berada di ruangan ini. Baik yang belum lama terjadi atau yang berada di masa la
Read more

Twenty-Third

Sebuah mobil berwarna krem tengah melaju dalam kecepatan sedang menembus padanya jalanan. Remi mengendarai mobilnya menuju tempat acara waktu itu. Tangannya terkepal kuat di setir saat dia mengingat kembali kejadian di Paris. Masih dia ingat bagaimana William memukulnya di sana dan mempermalukannya di depan banyak orang. Rasa kagum yang dulu pernah ada untuk William sekarang sirna.Remi memutar setir ke kanan dan menambah kecepatannya. Dia tidak peduli dengan mobil-mobil lain yang ada di depannya. Remi hanya berpikir untuk cepat sampai di tempat pelelangan itu. Dia ingin mencari tahu segala hal tentang Sarah. Rencana yang saat itu masih menjadi sebuah keraguan kini sudah pasti akan Remi lakukan.Mobil krem miliknya berbelok masuk ke gedung pelelangan dan terparkir rapi di bawah tanah. Dia menyimpan kunci mobilnya di saku celana setelah menguncinya. Kaki Remi terus melangkah menuju ruangan lelang saat itu. Sepanjang perjalanannya dia tidak menemui siapa pun, padahal hari ini adalah har
Read more

Twenty-Fourth

Secangkir kopi yang menemani William siang itu masih mengeluarkan asap. William duduk di sofa bed samping kolam renang. Tangannya memegang novel dari Shakespeare yang sudah dia tinggalkan beberapa hari. Rencana William, dia akan menamatkan novel itu hari ini. Karena tidak ada pekerjaan, akhirnya William bisa bersantai. William mengulurkan tangannya untuk mengambil cangkir kopi dan menyesap isinya.Keningnya berkerut karena lidahnya terbakar oleh kopi yang masih panas. William menggerakkan cangkir ringan untuk mengaduk kopinya lalu meletakkannya lagi ke meja. Tatapan William kembali ke novelnya. William telah sampai ke bagian di mana empat tokoh penting memasuki hutan dan terkena ramuan cinta yang membuat semuanya kacau. William terkekeh membacanya. Ketika tangan William membalikkan halaman novel tersebut, bel berbunyi.William tetap pada posisinya, masih lanjut membaca. Kata demi kata sudah terlewati, tetapi bel masih saja berbunyi. Mendengar bel yang sepertinya tidak mempunyai niat u
Read more

Twenty-Fifth

Ponsel Sarah berdering saat dia baru saja selesai mencuci semua piring setelah sarapan. Sarah mengelap tangannya terlebih dahulu sebelum mengambil ponselnya. Di layar ponsel terdapat tulisan selamat ulang tahun dan Sarah baru ingat kalau hari ini adalah ulang tahunnya. Sarah lalu mematikan notifikasi pemberitahuan tersebut. Dia berpikir untuk merayakan hari lahirnya ini.Ketika Sarah sedang berpikir apa yang harus dia lakukan untuk merayakan ulang tahunnya, suara langkah kaki yang terburu-buru terdengar di belakangnya. Sarah menoleh dan melihat William yang sibuk menyimpul dasi. Rambutnya sedikit berantakan seperti disisir asal, bahkan kancing jasnya ada yang salah masuk. Sarah meletakkan ponselnya dan berjalan menuju William.Dia mengambil alih pekerjaan William. Dengan telaten Sarah mengikat dasi bergaris diagonal biru dan hitam. Setelah memastikan dasinya rapi, Sarah beralih menuju kancing jas William yang salah dikancingkan. William hanya diam saja, membiarkan Sarah membantunya un
Read more

Twenty-Six

“Hari ini saya pulang cepat biar nanti bisa rayain ulang tahun kamu,” ucap William setelah Sarah menolak tawarannya untuk diantar.Sarah di seberang menjawab, “Oke, makasih.”William lalu mematikan sambungan telepon. Dia berdiri dan meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa sangat kaku. William melonggarkan dasi yang tadi pagi diikat oleh Sarah dan melepaskan kancing jasnya. Baru saja William meletakkan jasnya di sandaran kursi, pintu terbuka secara tiba-tiba menampilkan Jessica yang dibalut gaun biru tua sepaha. Di belakang Jessica, Isa mengikuti sambil berbicara kalau Jessica tidak bisa sembarangan masuk.Tangan William terangkat meminta Isa untuk berhenti. Isa mengembuskan napas dan menunduk, berkali-kali mengatakan maaf karena tidak bisa menahan Jessica, lalu dia pergi. Di dalam ruang kerja William, kini hanya terdapat dirinya dan Jessica yang terpaut jarak lima meter. William bergerak menuju dispenser dan menuang segelas air putih. Dia meminum air itu seperti orang yang tidak mi
Read more

Twenty-Seventh

Pintu utama terbuka setelah Sarah memutar kunci. Dibantu oleh sopir, Sarah membawa belanjaan dan kue merah muda yang dia beli sebelum pulang. Sarah memberikan segelas jus jeruk pada sopir sebelum lelaki itu pulang. Sarah segera memasukkan belanjaannya ke dalam kabinet dan menatanya dengan rapi. Kue tar Sarah masukkan ke dalam kulkas, berada di sebelah kanan kontainer yang berisi sayur-sayuran.Sarah setelahnya berjalan ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Kaus hijau pastel dan celana pendek putih menjadi pilihan Sarah. Dia mencepol rambutnya ke atas menggunakan kunciran. Sarah beralih kembali ke dapur untuk memasak makanan yang nanti akan menemani kue tar merah mudanya. Di dalam kulkas daging, Sarah mengambil dua bungkus daging cincang.Daging cincang itu Sarah masukkan ke dalam mangkuk besar lalu ditambahkan tiga butir telur dan penyedap rasa. Sarah memakai sarung tangan plastik sebelum mulai mencampur semua bahan yang ada di daging. Selepas membuat olahan daging,
Read more

Twenty-Eighth

Mata William memicing saat mendengar suara alarm. Jam digital yang berada di nakas kanan menunjukkan angka tujuh. William menekan tombol untuk mematikan alarm dan seketika suara yang mengganggu tidurnya berhenti. Tangan kiri William menutup matanya selama beberapa saat sebelum dia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. William menyalakan pancuran air dan membiarkan tubuhnya terguyur selama beberapa menit.Setelah lima belas menit berada di dalam kamar mandi, William keluar dengan handuk yang melilit pinggangnya. Handuk yang ukurannya lebih kecil digunakan untuk mengeringkan rambutnya. William mengalungkan handuknya di leher sembari mencari pakaian dari lemari. Dia mengambil kaus berwarna biru dan celana katun berwarna abu-abu. William lalu menjemur handuknya di gantungan kamar mandi setelah berpakaian.Kaki William melangkah menuruni tangga dengan santai. William berencana menghampiri Sarah di kamarnya karena biasanya perempuan itu ada di sana setelah memasak sar
Read more

Twenty-Ninth

Rambut Sarah sudah terlepas dari kunciran begitu dia masuk ke dalam kamar bernuansa cokelat. Sarah menatap ke arah pintu yang sedikit terbuka, menanti kehadiran William. Lelaki itu menyelesaikan urusan dengan penjaga vila. William datang tidak lama kemudian sembari membawa tas miliknya dan Sarah. Dia meletakkan tas itu di samping lemari. William lalu berjalan menghampiri Sarah yang masih berdiri di depan ranjang.Tangan William terangkat menuju Sarah untuk menyingkirkan rambut yang sengaja ditaruh ke depan. William menyentuhkan jarinya ke tanda merah yang berada di atas tulang selangka. Tanda yang dibuatnya beberapa saat sebelum sampai di pulau pribadinya. William memajukan wajahnya ke Sarah dan mengecup ringan tanda merah tersebut. Kecupannya perlahan berubah menjadi isapan yang membuat Sarah menarik napas seketika.Sarah mengangkat tangannya untuk menggenggam kaus William. Dia mencengkeram kaus William ketika lelaki itu menggigit kulit lehernya. Tidak sampai meny
Read more

Thirtieth

Matahari belum terbit, tetapi William sudah rapi. Dia mengenakan baju tanpa lengan berwarna putih dan celana panjang yang memiliki warna sama. William mengambil sedikit gel dan mengusapkannya ke rambut sembari merapikannya. Setelah puas melihat penampilannya di depan cermin, William beranjak menuju Sarah yang masih berada di dalam selimut. William duduk di belakang Sarah yang menghadap ke kanan.Tangan William bergerak menyentuh bahu Sarah dan mengusapnya perlahan. Dia menggoyangkan tubuh Sarah pelan sambil memanggil namanya, meminta perempuan itu untuk bangun. Karena guncangan yang diberikan oleh William, Sarah terusik dari tidurnya dan membuka mata. Dia menoleh ke belakang dengan kening yang berkerut. Mata Sarah menangkap langit di balik pintu kaca yang masih gelap lalu merasa heran kenapa William membangunkannya.“Kenapa?” tanya Sarah setelah berhasil duduk.William menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Sarah sambil membalas, “Siap-siap. Aku mau ajak
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status