Home / CEO / Terpikat Pesona Tuan Presdir / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Terpikat Pesona Tuan Presdir: Chapter 41 - Chapter 50

57 Chapters

Forty-First

Dokumen yang terdiri dari kertas yang sudah dijepit untuk membedakan subjek bertebaran di atas meja kerja milik Remi. Lelaki itu membaca salah satu dokumen laporan yang membahas masalah penjualan pakaian dengan serius. Keningnya bahkan sampai berkerut. Begitu sampai di barisan terakhir dan membaca kesimpulan kalau keuntungan yang didapatkan bisa menutup semua biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan dan promosi pakaian tersebut, Remi tersenyum.Remi meletakkan dokumen tersebut di lantai, memisahkannya dari dokumen lain yang belum dibaca. Dokumen selanjutnya membahas tentang acara tahunan yang biasanya dilakukan perusahaan Remi. Biasanya acara tersebut mengeluarkan gaun-gaun mewah terbaru yang membutuhkan banyak biaya dalam pembuatannya. Di dalam dokumen tersebut dijelaskan anggaran yang dibutuhkan dan tema acara. Remi membaca dengan saksama dokumen tersebut sebelum membubuhkan tanda tangan.Saat Remi ingin beralih ke dokumen lain, pintu ruang kerjanya diketuk. Segera
Read more

Forty-Second

Amplop cokelat berukuran sedang yang lumayan gendut tiba pada pukul delapan di kantor Remi. Segera saja Remi membuka amplop tersebut dan melihat berbagai foto seksi Sarah. Kemarin Remi menyuruh seseorang untuk diam-diam memotret Sarah. Foto-foto tersebut diedit ulang seakan Sarah tengah bersama seorang lelaki lain. Remi melihat foto tersebut satu per satu. Senyumnya makin lebar seiring dengan makin banyak foto yang dua lihat.Tawa Remi bergema di ruangannya. Dia berencana untuk mengirimkan semua foto tersebut pada William. Remi sudah membayangkan bagaimana reaksi William foto palsu yang sudah diedit sedemikian rupa hingga terlihat sangat asli. William akan marah, tentu saja, sama seperti yang Remi rasakan kemarin saat melihat foto istrinya bersama koleganya itu. Diletakkannya foto itu di atas meja lalu Remi bangkit dari kursinya.Remi mengambil amplop lain berwarna putih. Semua foto tersebut dia masukkan ke dalam amplop lalu disegel dengan ketat agar tidak ada siap
Read more

Forty-Third

“Siapa orang tadi?” tanya William tidak memedulikan wajah Sarah yang sudah tampak ketakutan.Sarah menggigit bibir bawahnya. Tidak mungkin Sarah mengatakan pada William soal sang ayah, lebih tepatnya, Sarah tidak ingin William tahu masalah itu. Sarah tidak ingin William kenal dengan ayahnya. Baru seperti ini saja sang ayah sudah berani meminta uang yang banyak, apalagi saat Alex mengenal William. Sarah tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan ayahnya tersebut.“Bukan siapa-siapa,” balas Sarah.Meskipun jantung Sarah berdetak cepat karena rasa takut dan tangannya bergetar, Sarah masih mencoba untuk tetap tenang. Sarah berusaha untuk mengalihkan perhatian William agar tidak membahas masalah yang sama karena makin sering Sarah berbohong padanya, makin tidak nyaman perasaan yang Sarah rasakan. Berbohong pada seseorang yang selalu bersikap baik pada dirinya membuat Sarah merasa tidak enak.Jawaban yang Sarah berikan menyulut amarah William. Waja
Read more

Forty-Fourth

William melepas jas yang sedari pagi tidak dilepasnya. Jas itu dia letakkan di sofa berwarna abu-abu. Sudah seminggu William memutuskan untuk tidur di hotel dekat kantornya semenjak amplop berisi foto seksi Sarah datang ke kantornya. William tidak pulang atau membalas pesan dari Sarah. Rasa kesal masih menghampiri lelaki itu saat dia teringat hari itu.William memutuskan untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Dia mengisi air hangat di bathub. Saat air sudah terisi setengah, William menuangkan sabun cair lalu memutar air searah jarum jam hingga berbusa. William memastikan air yang akan dia gunakan untuk berendam tidak terlalu panas dan dingin barulah William membuka pakaiannya.Kepala William menyandar ke bagian atas bathub sembari mengembuskan napas saat tubuhnya diselimuti air hangat. Otot-otot yang sejak tadi terasa tegang sehabis melakukan pekerjaan seharian langsung melemas. Mata William terpejam menikmati air hangat dan aroma sabun. Setelah lelah seh
Read more

Forty-Fifth

Entah sudah berapa kali Sarah menelepon William tiga hari terakhir ini. Sejak William memaksanya melakukan hubungan intim dan meninggalkan Sarah yang menangis di kamar tamu, Sarah tidak mendengar kabar dari William lagi. Sempat terpikir untuk mendatangi kantor William, tetapi Sarah mengurungkan niatnya. Sarah takut kalau nanti William akan bersikap sama seperti terakhir kali, terutama di depan banyak orang.Sarah mengembuskan napas saat layar ponselnya lagi-lagi menunjukkan panggilan tidak terjawab. Akhirnya Sarah menyerah dan menaruh ponsel di atas meja makan. Meski masih ada perasaan sedih atas perlakuan William dan kata-katanya, Sarah berharap lelaki itu pulang. Tinggal di rumah besar saat sang pemilik tidak ada membuat Sarah merasa sungkan. Sarah memutuskan untuk memasak karena dia belum makan dari pagi.Begitu membuka kulkas, hanya ada sekotak susu dan dua buah telur. Sarah baru ingat kalau dirinya belum belanja minggu ini. Biasanya William akan memberikan kar
Read more

Forty-Sixth

“Amerikano, satu,” ucap Jessica pada barista begitu dia memasuki kafe.Sang barista mulai membuat pesanan Jessica, sedangkan perempuan itu merogoh tasnya untuk mengambil dompet hitam berukuran sedang miliknya. Saat tangannya menarik dompet itu ke luar, ada satu foto yang tidak sengaja terbawa dan jatuh. Jessica membungkuk untuk mengambil foto tersebut. Begitu melihat foto yang jatuh ke lantai secara terbalik, Jessica langsung teringat dengan foto yang dia dapatkan di hotel William.Jessica kembali menyimpan foto tersebut. Tidak lama sang barista memberikan segelas kopi amerikano kepada Jessica sembari tersenyum. Sebelum mengambil kopinya, Jessica terlebih dahulu memberikan dua lembar uang sesuai harga kopi yang dipesannya. Dia lantas berjalan ke mobil dengan yang berada di tangan kiri dan kunci mobil di tangan kanan.Jessica tidak langsung pergi begitu dia masuk ke dalam mobilnya. Dia menyalakan mesin, menyesal musik, dan mengatur suhu mobil agar terasa se
Read more

Forty-Seventh

Masih memakai setelan jas, William menyalakan komputer yang berada di ruang kerjanya. Baru beberapa menit lalu William kembali dari kantor. William terpikirkan sesuatu di tengah meeting yang dia lakukan. Beberapa tahun lalu William memasang kamera CCTV tepat di depan pintu masuk dan di dalam. Ada juga kamera CCTV yang berada di pintu belakang yang mengarah ke kolam renang. Satu lagi berada di dalam ruang kerjanya, tempat krusial di mana William menyimpan segala asetnya.William jarang sekali melihat kamera tersebut karena memang tidak pernah ada kejadian tidak mengenakkan di lingkungan tempatnya tinggal, tetapi kamera itu tidak pernah mati. Tangan William menggerakkan kursor dengan lincah untuk membuka beberapa folder hingga dia menemukan rekaman dari kamera CCTV. Folder rekaman tersebut dibagi per tahun dan di dalam folder tahun itu dibagi lagi menjadi per bulanWilliam membuka folder bulan dan tahun sekarang. Dia menggulir kursornya ke bawah untuk mencari rekaman
Read more

Forty-Eighth

Sarah duduk di dalam mobil dan melihat William yang tengah sibuk memasukkan tas ke bagasi. Setelah tiga hari menghabiskan waktu di rumah sakit dan sebagian besar sendirian, Sarah akhirnya diperbolehkan pulang. Rasa senang memenuhi hati Sarah saat mendengar kabar itu. William tidak bisa terus menemani dirinya di rumah sakit dan Sarah merasa bosan. Kalau berada di rumah, Sarah bisa melakukan banyak kegiatan untuk menghilangkan rasa bosan.Pandangan Sarah tidak lepas dari William yang kini berjalan menuju kursi sopir. Pintunya terbuka selama beberapa detik sebelum kembali tertutup begitu William sudah duduk di dalam. Dia lantas mengenakan sabuk pengaman, tetapi tidak langsung pergi dari parkiran rumah sakit. William terlebih dahulu menyalakan musik dengan volume kecil untuk mengusir sunyi.William menoleh pada Sarah yang terus memperhatikannya dalam diam. Tatapan William berpindah dari mata Sarah ke keningnya yang masih ditutup perban. William lalu mengulurkan tangann
Read more

Forty-Ninth

Berbagai macam produk kecantikan berjejer rapi di atas wastafel. Jessica mengambil salah satu botol berukuran kecil yang bentuknya seperti dot bayi lalu menuangkan isinya ke telapak tangan. Dia mengusapkan cairan bening itu ke seluruh wajahnya dengan merata dan secara perlahan. Rutinitas yang sering kali Jessica lakukan sehabis mandi dan sebelum tidur. Jessica selalu berusaha untuk menjaga wajahnya tetap bersih dan mulus agar tidak mengganggu pekerjaannya nanti.Rambut perempuan itu masih basah setelah selama beberapa menit diguyur di bawah pancuran air. Air bahkan masih mengucur dari rambut Jessica menuju jubah mandi yang dipakainya. Setelah selesai mengaplikasikan semua produk tersebut ke wajah, Jessica mengambil hair dryer. Dia mencolokkan kabel hair dryer ke stopkontak yang berada di ujung wastafel. Jessica mengatur hair dryer tersebut sebelum mulai mengeringkan rambutnya.Tangan Jessica memang sibuk memegang hair dryer, tetapi matanya mengarah ke ponselnya yan
Read more

Fiftieth

Biasanya Sarah sudah bangun sebelum William membuka matanya. Namun, beberapa hari belakangan ini Sarah malas sekali untuk bangkit dari ranjang. Sarah tidak mengerti kenapa dirinya selalu merasa lemas dan pusing. Tubuhnya terasa amat berat untuk bangkit dari ranjang. Meskipun begitu, Sarah tetap berusaha memasak sarapan.Kali ini Sarah masih berpeluang di dalam selimut saat William beranjak menuju kamar mandi. Suara pancuran air terdengar tidak lama kemudian. Sarah mencoba untuk melawan rasa malamnya dan berusaha bangun dari ranjang. Cukup susah, tetapi Sarah berhasil. Dia mengambil jubah tidur lalu memakainya. Sarah pun berjalan turun ke dapur.Sarah mengambil empat butir telur, sosis, dan bacon. Sarapan yang sudah Sarah masak selama tiga hari berturut-turut karena Sarah tidak menemukan ide sarapan lain. Untungnya William tidak pernah bicara apa pun soal menu sarapan yang sama selama tiga hari ini. Sarah mulai memecahkan telur ke dalam mangkuk. Dia mengambil sejumlah garam untuk ditab
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status