Semua Bab Terjebak Pernikahan Kontrak: Bab 1 - Bab 10

18 Bab

01. SEBUAH PENAWARAN

Tidak pernah terpikir di benak Layla bahwa dia memiliki kesempatan untuk bekerja di sebuah perusahaan impiannya, Bellerica, sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang kosmetik terbesar di Indonesia. Sebuah kehormatan besar untuk mendapatkan posisi sebagai Supervisor selama empat tahun dan akhirnya diangkat menjadi HRD atau Human Resource Development dan mendapat kepercayaan penuh dari Yunda, well, meskipun Yunda adalah sahabatnya sedari kecil, tetapi Yunda adalah sosok yang profesional dalam bekerja. Meski dia menjabat sebagai Manajer di perusahaan itu cukup lama, tapi dia tidak mau langsung mengangkat Layla menjadi HRD di perusahaan itu. Menurutnya, mencampuradukkan hubungan pribadi dengan pekerjaan itu adalah pantangan absolut. Ada standar konstruksi sosial yang Layla benci selama hidup sebagai seorang perempuan di Indonesia. Pertama, pendidikan perempuan tidak boleh tinggi dari laki-laki karena risikonya akan banyak laki-laki yang minder untuk mendekati. Kedua, perempuan s
Baca selengkapnya

02. PERTEMUAN

Sesuai rencana Layla siang ini, dia akan menyambut pertemuannya dengan seorang laki-laki yang dikenalkan Yunda. Tentu saja Layla harus tampil cantik dan menarik, karena prinsipnya dari dulu adalah; selalu ingin terlihat menarik di hadapan seseorang yang pertama kali bertemu. Memberikan kesan terbaik adalah hal yang wajib. Gadis itu mengenakan kaus lengan pendek warna putih yang dipadu dengan blazer model setengah lengan warna mocca, dia juga mengenakan celana jins dan high-heels senada dengan warna blazer. Tak lupa menyapukan sentuhan make up seperti foundation, eyeliner, blush-on, dan lipstik merah. Tidak lupa juga menyemprotkan parfume ke beberapa bagian inti tubuhnya. Sebetulnya perasaan Layla deg-degan juga menyambut pertemuannya dengan laki-laki itu. Kalau bukan karena masalah ancaman perjodohan dari Mama, mana mungkin Layla mau berurusan dengan hal seperti ini. Apalagi konteksnya berpura-pura. Buang-buang waktu! “Mau ke mana nih udah cantik? Tumben. Biasanya kalau libur suka
Baca selengkapnya

03. SALAH SASARAN

Sepertinya sudah cukup basa-basi dan memulai pendekatan. Layla tidak mau mengulur banyak waktu terbuang, begitu juga dengan Bara sepertinya. Dari sikap, cara Bara bicara dan gerak-geriknya sepertinya sudah memenuhi persyaratan. Toh, ini semua hanya pura-pura. Tidak usah berlama-lama ke inti permasalahan. “Oke, Bara, kamu bener juga. Gimana kalau kita langsung ke kesimpulan aja?” Layla yang tidak suka banyak basa-basi dan tidak sabaran. Dia selalu langsung ke poin inti permasalahan, supaya lebih cepat ke tujuan utama. Bara mengangguk. “Oke.” Tangan cowok itu bersidakep di atas meja, seluruh atensinya terpusat pada Layla. Ditatapnya netra coklat yang dilapisi soflens hitam itu dengan sorot mata teduh. Perhatian Layla berkelana, melirik tangan Bara. Oh so sexy! Oke, tunggu-tunggu! Mungkin ini terkesan ‘Gila’ untuk seorang perempuan mengagumi tangan laki-laki. Masalahnya di sini, Layla sangat menyukai tangan cowok dengan urat yang menonjol kebiruan. Layla menyebutnya dengan tangan sek
Baca selengkapnya

04. TITIK TEMU

Sesuai janji. Pertemuan Bara dan Layla berlanjut ke pertemuan kedua. Dan untuk kali ini Layla membebaskan Bara untuk memilih tempat, karena awal mereka bertemu yang menentukan tempat Layla dan sekarang gantian. Alhasil, Bara mengajak Layla melipir ke warung tendaan di pinggir jalan. Tenda pecel lele menjadi pilihan Bara karena Layla bilang, dia belum pernah makan langsung pecel lele di tempat. Jadi, Bara membawa Layla ke sana. Awalnya Layla fine-fine saja, tapi setelah melihat ramainya orang di sana dan juga banyak pengamen, Layla sedikit ragu. Pasalnya, ada hal penting yang akan dibahas dan tentunya butuh keheningan untuk saling memahami dan berkonsentrasi. Namun, Bara meyakinkan Layla mau di tempat mana pun itu, kalau kita memusatkan atensi kita pada sebuah permasalahan yang di bahas, pasti bisa memahami dan menemukan titik terang. Alhasil, Layla mengalah. Di tengah-tengah percakapan, tahu-tahu ada seorang pengamen datang menginterupsi mereka dengan genjrengan gitarnya tepat d
Baca selengkapnya

05. KERAGUAN MAMA

Setelah berhasil meyakinkan Ibu, akhirnya Bara menghubungi Layla untuk mengatur jadwal pertemuan dengan kedua belah pihak keluarga.Bahkan mereka berdua bersekongkol merancang sebuah kebohongan soal pertemuan pertama hingga lamanya berpacaran sembunyi-sembunyi. Supaya tidak menimbulkan curiga dari keluarga masing-masing.Akhirnya, sore ini, selepas Layla pulang bekerja, Bara mengunjungi kantor Bellerica untuk menjemput Layla. Meski, Layla bawa mobil dan Bara pakai motor. Tapi Bara memilih menyimpan motornya di kantor Layla dan dia sudah izin ke Yunda. Alhasil, mereka berdua menggunakan mobil milik Layla untuk ke rumah gadis itu dan bertemu keluarganya sesuai agenda.Ayah Layla keturunan konglomerat pengusaha kelapa sawit terbesar di Kalimantan dan pengusaha Batubara, itu pun yang menyebabkan harta Ayahnya sepertinya tidak akan habis tujuh-turunan. Dari luar, orang-orang melihat rumah Layla bagai istana mewah dengan orang-orang yang riang gembira di dalamnya dan penuh keberuntungan. Ba
Baca selengkapnya

06. SUASANA ASING

Agenda selanjutnya adalah mempertemukan Layla dengan keluarga Bara. Setelah sebelumnya Bara sudah berhasil meyakinkan kedua orang tua Layla, sekarang giliran Layla yang akan meyakinkan kedua orang tua Bara. Bara berasal dari keluarga sederhana, Ayahnya bekerja serabutan dan Ibunya ibu rumah tangga. Tapi Bara bersyukur punya orang tua seperti Ayah dan Ibunya, karena berhasil membiayai Bara sekolah sampai di jenjang bangku perkuliahan dan sukses menjadi Manajer seperti sekarang. Hari ini Bara memilih menjemput Layla di rumahnya, tanpa janjian seperti sebelumnya. Supaya lebih meyakinkan. “Hei, Bar, gimana penampilan saya hari ini?” Bara terkesima sesaat setelah melihat penampilan Layla yang begitu terlihat cantik. Rambutnya dibuat bergelombang, tubuh langsingnya dibalut dress berwarna peach terlihat begitu sempurna. Lelaki itu sejenak terpaku memandangi Layla. “Hellowww!!” Layla melambaikan tangannya di depan wajah Bara, membuat Bara mengembalikan konsentrasi. “Malah ngelamun. Giman
Baca selengkapnya

07. AMBIL KENDALI

Suasana tegang masih menyelimuti Layla. Perasaannya gundah-gulana dan merasa sangat terintimidasi oleh Ibunya Bara yang seolah seperti tidak menyukai Layla. Rasanya Layla ingin berteriak, kalau ini hanya pura-pura, tapi apa daya? Tidak mungkin pernikahan menjadi ajang permainan dimata keluarga.Layla memandangi Bara yang masih berusaha melindungi Layla dengan segala upaya dan caranya meyakinkan sang Ibu untuk percaya dengan pilihannya kali ini.Bahkan Layla masih belum memiliki jawaban untuk membantu Bara. Alhasil, dia hanya diam.“Menikah itu susah, lho, kamu juga harus betul-betul yakin, Bara. Pernikahan itu terjadi sekali seumur hidup!” Suara Ibu meninggi. Bahkan dengan raut wajah menahan marah karena Bara dengan senang hati mengambil keputusan.“Iya Bara tahu, Bu. Apa salahnya sih Bara mau menikah dengan Layla? Jangan karena Layla nggak bisa masak, Ibu jadi tiba-tiba nggak setuju gini.”Situasi semakin menegang. Bahkan dugaan Layla salah, kalau kedua orang tua Bara akan setuju-set
Baca selengkapnya

08. WEJANGAN

Secangkir kopi espresso panas menemani cuaca sore yang cerah hari ini, di tengah-tengah hiruk-pikuk dunia yang bikin pusing kepala. Layla menyeruput cangkir itu perlahan, menikmati setiap komponen kopi melebur di dalam mulutnya. Suasana kafe coffee Almost sore ini tidak begitu ramai pengunjung, Yunda mengajak Layla untuk ke sana karena sudah lama juga mereka berdua tidak menghabiskan waktu bersama. Sibuknya bekerja membuat mereka hanya bertemu di kantor saja. “Ciut juga nyali lo ketemu Camer,” Yunda terkikik geli. Biasanya, Layla selalu open joy dan tidak pernah merasa dirinya berada di sebuah keadaan yang mengintimidasi, Layla selalu bisa mengendalikan suasana.Tapi ketika bertemu dengan orang tua Bara, semua kemampuannya mendadak lenyap ditelan udara. Layla menghela napas, menyimpan cangkir kopinya dia atas meja. Tatapannya terpusat pada Yunda yang duduk di hadapannya. “Nggak tahu deh, gue nggak bisa bantah. Lagian gue lihat-lihat, nyokapnya nggak percaya gitu sama gue.”“Mungkin
Baca selengkapnya

09. BUTIK

Bara sedang berada di depan halte dekat kantornya, berdiri di sana dengan pandangan menengadah sekitar melihat hilir-mudik kendaraan yang berlalu lalang di depan halte. Laki-laki itu menggerakkan jemarinya, menerima panggilan telepon masuk di ponselnya.“Halo, La. Di mana?”[Sebentar lagi sampai, tungguin. Kamu itu di halte, kan?]“Iya.”[Oke.]Panggilan terputus. Bara menghela napas. Sesuai permintaan Layla kemarin malam, bahwa hari ini Bara harus menemaninya ke butik untuk melihat-lihat gaun yang akan dipakai untuk acara pernikahan mereka nanti. Meski sebetulnya Bara sudah menolak dan memberi pengertian pada Layla kalau masalah ini bisa dibicarakan lagi nanti.Namun, Layla yang keras kepala, justru dia tak peduli dan teguh pendirian. Alhasil, mau tidak mau Bara menurut.Mobil mewah milik Layla berhenti tepat di depan halte dengan Bara berdiri di sana. Gadis itu turun dari mobil. Aneh, seharusnya Layla tidak usah turun dan menunggu Bara naik saja ke kursi penumpang.“Kamu yang bawa,”
Baca selengkapnya

10. PERTEMUAN KELUARGA BESAR LAYLA

Jalanan kota Jakarta di malam hari adalah musuh terbesar bagi para pekerja yang baru pulang dari kantor dan harus dihadapkan dengan rentetan kendaraan dengan suara klakson tiada henti silih berganti, memekakkan telinga dan menguji kesabaran.Bara sudah berkali-kali berdecak kesal, di saat dirinya mau menyalip kendaraan, ada saja halangan dan membuatnya harus bersabar demi segera sampai di tempat tujuan.Lima belas menit Bara menunggu kemacetan itu, akhirnya ada peluang untuk masuk ke sisi kendaraan dan menyalip. Beginilah enaknya pakai kendaraan roda dua di tengah-tengah kemacetan, bisa mencuri jalan orang lain untuk mendahului. Memang tidak dianjurkan karena bisa berakibat fatal. Tapi, sepertinya hampir semua pengendara motor melakukan itu, bukan?Motor Bara berhenti tepat di sebuah pelataran kafe. Cowok itu membuka helm dan turun dari motor. Masih mengenakan pakaian kerja, Bara sengaja mampir ke kafe itu karena sudah ada janji dengan Yunda. Dia ingin membahas terkait Layla.“Lama nu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status