Share

05. KERAGUAN MAMA

Author: Linjaee
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Setelah berhasil meyakinkan Ibu, akhirnya Bara menghubungi Layla untuk mengatur jadwal pertemuan dengan kedua belah pihak keluarga.

Bahkan mereka berdua bersekongkol merancang sebuah kebohongan soal pertemuan pertama hingga lamanya berpacaran sembunyi-sembunyi. Supaya tidak menimbulkan curiga dari keluarga masing-masing.

Akhirnya, sore ini, selepas Layla pulang bekerja, Bara mengunjungi kantor Bellerica untuk menjemput Layla. Meski, Layla bawa mobil dan Bara pakai motor. Tapi Bara memilih menyimpan motornya di kantor Layla dan dia sudah izin ke Yunda. Alhasil, mereka berdua menggunakan mobil milik Layla untuk ke rumah gadis itu dan bertemu keluarganya sesuai agenda.

Ayah Layla keturunan konglomerat pengusaha kelapa sawit terbesar di Kalimantan dan pengusaha Batubara, itu pun yang menyebabkan harta Ayahnya sepertinya tidak akan habis tujuh-turunan. Dari luar, orang-orang melihat rumah Layla bagai istana mewah dengan orang-orang yang riang gembira di dalamnya dan penuh keberuntungan. Bahkan Ayahnya Layla selalu di cap sebagai salah satu tetangga yang dermawan dan suka menolong sesama.

Dari dulu kehidupan Layla jauh di atas rata-rata dan selalu merasakan serba berkecukupan. Sebetulnya kalau dari kekayaan, Layla lebih kaya raya dibandingkan Yunda, bahkan Yunda sempat tidak percaya kalau Layla mau bekerja di perusahaan Bellerica dan itu salah satu cita-citanya. Padahal, Layla bisa saja memegang salah satu saham milik Ayahnya dan dia bisa leluasa memilih perusahaan mana saja sesuka hatinya dan meraup keuntungan lebih besar dari pekerjaannya di perusahaan Bellerica. Apalagi, hanya menjadi seorang HRD.

Sepanjang perjalanan, Layla dan Bara terdiam. Ditemani lagu Taylor Swift dari pemutar musik dalam mobil. Kali ini Bara yang menyetir mobil Layla, sungguh sebetulnya Bara tidak bisa berkonsentrasi karena terganggu bau parfume menyengat yang dipakai Layla mengganggu indra penciumannya.

“Nanti sesuai rencana kita ya, Bar. Pokoknya harus kelihatan mesra di depan keluarga saya.”

Bara melirik Layla, kentara sekali gadis di sebelahnya ini sedang grogi.

“Relax, La. Kamu grogi banget, ya?”

“Eh!” Layla tersentak, menatap Bara. “Nggak kok.”

Bara tersenyum geli. “Kalau boleh tahu, terakhir kali bawa cowok ke rumah, kapan?”

Layla menghela napas, tatapannya berpaling ke kaca samping, menatap pohon-pohon di bahu jalan. “Tiga tahun lalu, mungkin.”

Bara mengangguk-angguk. “Habis ini ke mana, La?”

“Masuk ke perumahan depan sebelah kiri, lurus aja dikit, nanti ada rumah cat putih dan gerbang hitam menjulang tinggi di sebelah kanan.”

Bara mengangguk-angguk. Tepat seperti perkataan Layla, rumah dengan cat berwarna putih satu-satunya dan gerbang menjulang tinggi itu terlihat mengintimidasi dari luar. Rumah Layla sangat besar bak istana kerajaan, dengan pilar-pilar besar menjulang tinggi ala desain Yunani. Begitu mobil Layla muncul di depan gerbang, seorang satpam membukakan gerbang dan memberi hormat.

Mobil masuk ke pelataran dan terlihat di sana ada beberapa mobil mewah lainnya terparkir.

Mesin mobil mati, mereka membuka seatbelt dan turun dari mobil. Sebelum masuk rumah yang terlihat mengintimidasi dari luar, karena atap tinggi yang berdiri kokoh bak istana kerajaan, Layla terdiam sembari menatap Bara. Tanpa bicara apa-apa lagi, dia mengaitkan lengannya di lengan kanan Bara. “Biar lebih meyakinkan.”

Bara sempat terdiam. Tapi dia memilih mengikuti permainan Layla. Mereka berjalan melewati taman dengan berbagai tumbuhan hias dan bunga berjajar rapi memanjakan mata, di sebelah kiri ada kolam air mancur lengkap dengan cicit burung menghiasi suasana alam lebih terkesan hidup. Dari luar terkesan seperti istana, tapi saat masuk ke dalam, suasana berubah menjadi asri. Lantainya berlapis granit yang membawanya langsung ke pintu utama.

Terdengar suara musik KoesPlus mengalun merdu. “Papa saya penggemar berat KoesPlus,” bisik Layla, Bara hanya mengangguk-angguk.

“Eh, hai! Udah pulang, sayang?” Layla melihat Papanya muncul sambil tersenyum, menyambut hangat anak gadisnya itu. “Siapa nih?”

Layla tersenyum penuh arti, dia mempererat pelukan tangannya di lengan Bara. “Iya nih, Pa. Kenalin, ini Bara, pacar Layla.”

Pernyataan Layla membuat suasana menjadi hening. Papa sampai tak percaya dengan pernyataan Layla.

***

Layla dan Bara duduk di sofa ruang tamu. Kali ini ditemani Papa dan Mama. Sorot mata menyelidik terpusat pada Bara, kedua orang tuanya itu menatap laki-laki yang berstatus pacar anak gadisnya ini penuh selidik dan tajam.

“Fernanda Bara?” tanya Papa. “Sejak kapan kamu pacaran sama anak saya?”

“Sekitar dua tahun, Om,” jawab Bara malu-malu. Bahkan dia betul-betul harus berhati-hati, takutnya salah ucap dan tidak sesuai dengan rencana yang sudah Layla dan Bara rancang.

“Lama juga, ya?” Papa mengangguk-angguk. “Sayang sama Layla?”

“Aduh, Pa—” Layla berdecak, mengibaskan tangannya, memotong perkataan Papa. “Pertanyaan yang nggak perlu dijawab. Oke, gini aja deh ... kita langsung ke inti dan tujuan aku bawa Bara ke sini.”

Papa tersenyum, menggelengkan kepala tidak habis pikir. “Kamu ini kebiasaan sukanya to-the-point mulu. Santai ajalah, nggak usah buru-buru. Iya nggak, Ma?” Papa berpaling menatap Mama yang sedari tadi hanya terdiam, menatap Bara penuh selidik.

“Tujuan kamu ke sini, apa?” tanya Mama ke Bara.

“T—tujuan saya ke sini, saya mau—”

“Kita mau nikah bulan depan!” sahut Layla memotong. “Bulan depan aku sama Bara mau nikah. Lagipula, lama-lama pacaran juga buat apa, kan?” Layla berpaling menatap Bara, menyunggingkan senyumnya. “Iya kan, sayang?”

Bara  mengulum senyumnya, dia mengangguk dan kembali berpaling menatap kedua orang tua Layla. “Iya, Tante, Om, saya ke sini berniat mau melamar anak Om dan Tante.”

“Kenapa mendadak?” tanya Mama sinis.

“Nggak mendadak kok,” jawab Layla. “Udah lama sebenernya rencana ini. Tapi baru terealisasikan sekarang aja buat bilang sama Mama dan Papa. Nggak ada salahnya, kan?”

“Ya ... tapi, kan, ini terlalu cepet lho, Nak,” kata Mama. “Mama dan Papa belum mengenal lebih dekat Bara,” Mama berpaling menatap Bara. “Dan pekerjaan kamu apa, Bara?”

“Saya Manajer Pemasaran di Western Comunity, Tan. Perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.”

“Sudah berapa lama?” tanya Mama.

“Jalan lima tahun, Tante.”

“Oke, sebenernya Om nggak bakalan permasalahin pekerjaan kamu. Tapi, Om Cuma pengen kamu betul-betul serius sama Layla. Om nggak mau Layla kembali disakiti sama cowok pilihan dia sendiri. Bahkan sebetulnya Om sama Tante sudah siapkan laki-laki yang akan dijodohkan dengan Layla. Tapi kalau kamu betul-betul serius sama anak saya, kamu bisa buktikan itu bulan depan,” Papa berpaling menatap Layla. “Tanggal berapa, Layla?”

Bara menelan ludah, bahkan dia tidak percaya kalau Papanya Layla bisa semudah itu menyetujui rencana Layla akan menikah dengannya. Bahkan ini betul-betul di luar dugaan Bara, karena melihat dari segi rumahnya Layla, orang tuanya yang terpandang dan juga sikap Mamanya, itu sudah membuat Bara ciut duluan.

Namun, saat mendengar pernyataan Papanya, rasa ciut dan ragu itu mendadak hilang dan digantikan dengan rasa percaya diri dan tidak menyangka.

“Em ... belum kita tentuin juga sih, Pa. Yang jelas secepatnya dan bulan depan. Nggak bakalan lebih dari bulan depan.”

“Kak ... nggak dipikir-pikir lagi?” tanya Mama masih ragu. “Mama nggak mau kamu salah pilih kayak dulu-dulu.”

Papa menepuk paha Mama, mengisyaratkan untuk jaga omongannya di depan Bara.

Layla tersenyum, dia menggelengkan kepala. “Nggak. Layla yakin sama keputusan Layla sendiri. Pokoknya Mama sama Papa percaya aja deh sama pilihan Layla,” gadis itu berpaling menatap Bara, tersenyum simpul dan menyandarkan kepalanya di bahu laki-laki itu. Sempat membuat Bara tersentak kaget dengan tindakan Layla, bahkan di depan kedua orang tuanya. “Pokoknya Layla nggak salah pilih calon suami kayak Bara.”

Bara membiarkan Layla melakukan perannya untuk meyakinkan orang tuanya kalau dia tidak salah memilih Bara. Meskipun di sisi lain, dia begitu paham; ada begitu banyak kebohongan yang Layla sembunyikan hanya untuk menghindar dari acara perjodohan.

BERSAMBUNG... 

Related chapters

  • Terjebak Pernikahan Kontrak   06. SUASANA ASING

    Agenda selanjutnya adalah mempertemukan Layla dengan keluarga Bara. Setelah sebelumnya Bara sudah berhasil meyakinkan kedua orang tua Layla, sekarang giliran Layla yang akan meyakinkan kedua orang tua Bara. Bara berasal dari keluarga sederhana, Ayahnya bekerja serabutan dan Ibunya ibu rumah tangga. Tapi Bara bersyukur punya orang tua seperti Ayah dan Ibunya, karena berhasil membiayai Bara sekolah sampai di jenjang bangku perkuliahan dan sukses menjadi Manajer seperti sekarang. Hari ini Bara memilih menjemput Layla di rumahnya, tanpa janjian seperti sebelumnya. Supaya lebih meyakinkan. “Hei, Bar, gimana penampilan saya hari ini?” Bara terkesima sesaat setelah melihat penampilan Layla yang begitu terlihat cantik. Rambutnya dibuat bergelombang, tubuh langsingnya dibalut dress berwarna peach terlihat begitu sempurna. Lelaki itu sejenak terpaku memandangi Layla. “Hellowww!!” Layla melambaikan tangannya di depan wajah Bara, membuat Bara mengembalikan konsentrasi. “Malah ngelamun. Giman

  • Terjebak Pernikahan Kontrak   07. AMBIL KENDALI

    Suasana tegang masih menyelimuti Layla. Perasaannya gundah-gulana dan merasa sangat terintimidasi oleh Ibunya Bara yang seolah seperti tidak menyukai Layla. Rasanya Layla ingin berteriak, kalau ini hanya pura-pura, tapi apa daya? Tidak mungkin pernikahan menjadi ajang permainan dimata keluarga.Layla memandangi Bara yang masih berusaha melindungi Layla dengan segala upaya dan caranya meyakinkan sang Ibu untuk percaya dengan pilihannya kali ini.Bahkan Layla masih belum memiliki jawaban untuk membantu Bara. Alhasil, dia hanya diam.“Menikah itu susah, lho, kamu juga harus betul-betul yakin, Bara. Pernikahan itu terjadi sekali seumur hidup!” Suara Ibu meninggi. Bahkan dengan raut wajah menahan marah karena Bara dengan senang hati mengambil keputusan.“Iya Bara tahu, Bu. Apa salahnya sih Bara mau menikah dengan Layla? Jangan karena Layla nggak bisa masak, Ibu jadi tiba-tiba nggak setuju gini.”Situasi semakin menegang. Bahkan dugaan Layla salah, kalau kedua orang tua Bara akan setuju-set

  • Terjebak Pernikahan Kontrak   08. WEJANGAN

    Secangkir kopi espresso panas menemani cuaca sore yang cerah hari ini, di tengah-tengah hiruk-pikuk dunia yang bikin pusing kepala. Layla menyeruput cangkir itu perlahan, menikmati setiap komponen kopi melebur di dalam mulutnya. Suasana kafe coffee Almost sore ini tidak begitu ramai pengunjung, Yunda mengajak Layla untuk ke sana karena sudah lama juga mereka berdua tidak menghabiskan waktu bersama. Sibuknya bekerja membuat mereka hanya bertemu di kantor saja. “Ciut juga nyali lo ketemu Camer,” Yunda terkikik geli. Biasanya, Layla selalu open joy dan tidak pernah merasa dirinya berada di sebuah keadaan yang mengintimidasi, Layla selalu bisa mengendalikan suasana.Tapi ketika bertemu dengan orang tua Bara, semua kemampuannya mendadak lenyap ditelan udara. Layla menghela napas, menyimpan cangkir kopinya dia atas meja. Tatapannya terpusat pada Yunda yang duduk di hadapannya. “Nggak tahu deh, gue nggak bisa bantah. Lagian gue lihat-lihat, nyokapnya nggak percaya gitu sama gue.”“Mungkin

  • Terjebak Pernikahan Kontrak   09. BUTIK

    Bara sedang berada di depan halte dekat kantornya, berdiri di sana dengan pandangan menengadah sekitar melihat hilir-mudik kendaraan yang berlalu lalang di depan halte. Laki-laki itu menggerakkan jemarinya, menerima panggilan telepon masuk di ponselnya.“Halo, La. Di mana?”[Sebentar lagi sampai, tungguin. Kamu itu di halte, kan?]“Iya.”[Oke.]Panggilan terputus. Bara menghela napas. Sesuai permintaan Layla kemarin malam, bahwa hari ini Bara harus menemaninya ke butik untuk melihat-lihat gaun yang akan dipakai untuk acara pernikahan mereka nanti. Meski sebetulnya Bara sudah menolak dan memberi pengertian pada Layla kalau masalah ini bisa dibicarakan lagi nanti.Namun, Layla yang keras kepala, justru dia tak peduli dan teguh pendirian. Alhasil, mau tidak mau Bara menurut.Mobil mewah milik Layla berhenti tepat di depan halte dengan Bara berdiri di sana. Gadis itu turun dari mobil. Aneh, seharusnya Layla tidak usah turun dan menunggu Bara naik saja ke kursi penumpang.“Kamu yang bawa,”

  • Terjebak Pernikahan Kontrak   10. PERTEMUAN KELUARGA BESAR LAYLA

    Jalanan kota Jakarta di malam hari adalah musuh terbesar bagi para pekerja yang baru pulang dari kantor dan harus dihadapkan dengan rentetan kendaraan dengan suara klakson tiada henti silih berganti, memekakkan telinga dan menguji kesabaran.Bara sudah berkali-kali berdecak kesal, di saat dirinya mau menyalip kendaraan, ada saja halangan dan membuatnya harus bersabar demi segera sampai di tempat tujuan.Lima belas menit Bara menunggu kemacetan itu, akhirnya ada peluang untuk masuk ke sisi kendaraan dan menyalip. Beginilah enaknya pakai kendaraan roda dua di tengah-tengah kemacetan, bisa mencuri jalan orang lain untuk mendahului. Memang tidak dianjurkan karena bisa berakibat fatal. Tapi, sepertinya hampir semua pengendara motor melakukan itu, bukan?Motor Bara berhenti tepat di sebuah pelataran kafe. Cowok itu membuka helm dan turun dari motor. Masih mengenakan pakaian kerja, Bara sengaja mampir ke kafe itu karena sudah ada janji dengan Yunda. Dia ingin membahas terkait Layla.“Lama nu

  • Terjebak Pernikahan Kontrak   11. REMBUKAN SARKASTIS

    Bara menelan ludah saat melihat tatapan dari pihak keluarga besar Layla terpusat padanya, dengan berbagai macam ekspresi dan tentunya menyelidik. Bara menghela napas, berusaha menguatkan diri untuk mendapatkan serentetan pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang ekstra hati-hati. “Selamat siang.” Bara menyapa, memecahkan suasana hening di aula sana. “Layla? Kamu nggak salah ngomong, kan?” pertanyaan itu meluncur dari bibir seorang perempuan tua. Dia Neneknya Layla, ibu dari Papa Layla. Tentu saja pertanyaan sarkastis itu berhasil membuat Bara ciut. Pasalnya, tatapan tajam dan sinis Neneknya itu tidak hentinya meneliti penampilan Bara. “Nggak dong, Nek. Ini Bara. Fernanda Bara. Calon suami Layla.” Layla dengan bangga memperkenalkan Bara. Namun justru respons tidak baik Bara dapatkan dari pasang mata yang menatap. Rasanya Bara kikuk, dia mengelus tengkuknya. Berada di situasi macam begini sungguh membuat Bara bingung harus melakukan apa, berkata apa, selain hanya diam dan melirik La

  • Terjebak Pernikahan Kontrak   12. KEPUTUSAN

    Dengan perasaan gusar, Bara bergegas naik ke atas motornya, memakai helm dan menyalakan mesin. Sewaktu dia hendak pergi, teriakan Layla menginterupsi dari kejauhan.“BARAAA!!”Dilihat gadis itu berlari kencang menghampiri Bara. Ada yang berbeda dari Layla. Dia menangis.“Bara saya mohon jangan pergi!” pinta Layla dengan suara lirih dan terisak menangis saat berdiri tepat di depan motor Bara. Menghalangi jalan laki-laki itu dengan cara merentangkan kedua tangannya ke samping.Bara menatap dingin Layla. Bahkan Bara bingung harus berkata dan bersikap bagaimana lagi pada Layla. Bara tahu ini hanya pernikahan kontrak, tapi Bara juga punya harga diri yang tidak bisa diinjak seperti itu apalagi oleh orang-orang yang tidak dia kenal.“Minggir, La!” Mungkin jika orang-orang mendengar intonasi suara Bara akan menilai biasa saja. Tapi untuk Layla berbeda. Seolah suara itu sangat mengerikan apalagi dengan penekanan.“Bar, saya mohon, Bar.” Suara Layla penuh permohonan terdengar sangat lirih.Bahk

  • Terjebak Pernikahan Kontrak   13. BUTUH BANTUAN

    Bara mengendarai motornya dengan gila-gilaan, bahkan dia tidak peduli dengan suara rentetan klakson kendaraan serta teriakan orang-orang bahwa kecepatan motor Bara bisa membahayakan sekitar. Perasaan cowok itu campur aduk tak karuan, bahkan dia tidak bisa berpikir jernih untuk saat ini. Bara merasa gagal. Gagal membahagiakan orang tuanya. Gagal menjadi anak yang baik dan membanggakan. Perkataan keluarga Layla sungguh berhasil masuk ke dalam kepala Bara, hingga dia tidak bisa berkonsentrasi sampai hampir saja menabrakkan diri. Untung saja dia segera sadar, ketika jarak antara motor Bara dan bak sampah hanya lima meter. Napasnya seolah tercekat, detak jantungnya berdegup kencang dan keringat dingin mulai bercucuran. Bara bingung, dia bingung dengan dirinya sendiri, dia bingung mengapa harus begini. Mengapa kejadian pahit selalu dia rasakan berulang-ulang kali. Bahkan di saat harapannya ada di Layla untuk bisa mengubah seluruh hidupnya, justru semakin menanam luka itu bertubi-tubi tan

Latest chapter

  • Terjebak Pernikahan Kontrak   18. PENGHARAPAN TAK KUNJUNG USAI

    Semalaman Layla tidak bisa tidur. Insomnianya kambuh, dengan berbagai masalah yang beruntun dalam hidupnya membuat dia bertanya-tanya, dosa apa yang telah dia lakukan dalam kehidupan sebelumnya? Kenapa dia bereinkarnasi menjadi sosok Layla yang tak henti-hentinya mendapat masalah. Alhasil, yang Layla lakukan hanya mengurung diri di dalam kamar. Pagi ini dia memutuskan untuk tidak masuk kerja dan izin pada Yunda dengan alasan sakit tak enak badan. Yunda sempat cemas, namun Layla meyakinkan sahabatnya itu kalau dia baik-baik saja. Ketika semua orang tidak ada di rumah. Mama pergi bertemu dengan teman-teman arisannya, Papa bekerja dan Kevin sekolah. Alhasil, yang Layla lakukan adalah dia ingin menemui Bara. Layla berencana pergi ke kantor Bara. Dia betul-betul nekat untuk pergi ke sana, karena dirasa tidak ada cara lain lagi selain menemui laki-laki itu tanpa ke rumahnya. Gadis itu mengenakan dress di bawah lutut berwarna krim yang memperlihatkan tubuh rampingnya dan sepasang kaki jen

  • Terjebak Pernikahan Kontrak   17. TAMU TAK DIUNDANG

    Layla merasa tubuhnya lelah luar biasa. Selama seharian dia bahkan nyaris belum istirahat. Dia harus menyelesaikan banyak kerjaan di kantor, apalagi banyak berkas-berkas yang harus dia tanda tangan. Belum lagi beberapa karyawan ada yang mengajukan cuti.Layla baru tiba di rumahnya di pukul enam sore tepat. Lapar dan harus berjibaku dengan kemacetan kota Jakarta adalah perpaduan yang harus dihindari. Kepala Layla kini terasa kunang-kunang, bahkan dia sangat lemas saat turun dari mobil.Layla melihat ada beberapa mobil mewah terparkir di pelataran rumahnya. Dia mengernyit heran dan bertanya-tanya, tamu siapa yang datang?Layla berusaha tidak peduli, dia melangkah masuk ke dalam rumah. Pikirannya hanya terpusat pada ranjang kamarnya yang melambai-lambai menunggu sang pemilik datang. Hingga langkah kakinya berhenti tepat di depan pintu utama yang terbuka. Kedua manik matanya menangkap ada tamu yang datang. Keluarga. Terlihat betul-betul asing dan tak Layla kenali.Gadis itu secepat kilat

  • Terjebak Pernikahan Kontrak   16. HARAP-HARAP CEMAS

    Ada teori yang mengemukakan bahwa pada umumnya manusia memiliki banyak wajah. Pertama, wajah yang dia tampilkan di muka umum. Kedua, wajah yang dia tampilkan di depan sahabat. Ketiga, wajah yang ditampilkan di depan keluarga.Layla di depan orang-orang di muka umum bisa saja terlihat sebagai Layla yang banyak gaya, elegan, dingin, jutek, mengerikan sekaligus punya tatapan tajam, ditakuti banyak orang dan semena-mena. Berbeda kalau di hadapan keluarga, Layla yang selalu menurut dan kalah telak kalau sudah berurusan dengan Mamanya. Dia tidak bisa membantah apalagi melawan.Makanya Layla sering kali kesal kalau tiap kali ada orang yang bilang, “Sama orang lain aja kayak gitu sikapnya, gimana sama keluarga? Ngelawan aja kayaknya.” Tapi mereka tidak tahu apa yang dirasakan Layla bila sudah ditekan harus perfeksionis di hadapan keluarga.Kali ini, Layla sedang berada di ruang meeting bersama dengan beberapa rekan kerja dan tentunya Yunda. Beberapa karyawan menatapnya bingung, karena Layla s

  • Terjebak Pernikahan Kontrak   15. BUJUK RAYU DAN HARAPAN

    Yunda memarkirkan mobilnya di pelataran toko kelontong persis sebelah sebuah gang kecil yang hanya muat satu motor. Sesuai permintaan Layla, Yunda memilih untuk ke rumah Bara sekaligus ingin bertanya persoalan yang menimpa mereka. Karena Yunda tidak ingin mendengar hanya sebelah pihak, dia butuh penjelasan dari Layla dan juga Bara.Gadis itu berjalan menelusuri gang yang mengantarnya menuju rumah Bara. Masih ramai orang di sana, ada sekelompok Ibu-ibu yang sedang mengobrol di warung. Ada anak-anak kecil yang berlarian ke sana kemari sembari teriak-teriak. Ada gerobak penjual nasi goreng keliling yang dikerumuni pembeli. Ada sekumpulan laki-laki sedang duduk di pos kamling.Suasana perkampungan di tengah kota Jakarta, jauh dari hiruk-pikuk kendaraan dan gedung-gedung pencakar langit. Suasana menyenangkan dan jiwa bersosialisasi yang sangat tinggi. Yunda tersenyum dan mengucapkan kata ‘Permisi' tiap kali melewati orang-orang di sana dan mereka menyambut serta menjawab dengan sopan dan r

  • Terjebak Pernikahan Kontrak   14. INTIMIDASI

    Layla mengendap-endap keluar dari kamarnya. Bahkan dia seperti seekor cucak yang menempel di dinding untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang melihat dirinya keluar dari kamar sana.Sesuai janjinya pada Yunda kalau malam ini mereka akan bertemu dan Layla akan menjelaskan secara detail masalah yang sedang dia hadapi bersama Bara. Karena mau bagaimanapun juga, Yunda lah yang sudah memperkenalkan mereka berdua dan Layla tidak mau kalau sampai di cap sebagai teman yang tidak punya akhlak. Sudah diwanti-wanti jangan menyakiti Bara, justru malah membuatnya kembali merasakan trauma. Padahal nyatanya bukan kesalahan Layla.Gadis itu menuruni anak tangga satu per satu dengan sangat hati-hati dan sebisa mungkin tidak menimbulkan suara yang dapat mengganggu. Meski, kemungkinan besar di jam delapan malam, kedua orang tua Layla belum tertidur dan bisa jadi mereka masih menonton televisi.Hingga langkah Layla berhenti tepat di anak tangga paling dasar. Kedua bola matanya menjelajah sekitar. Aman

  • Terjebak Pernikahan Kontrak   13. BUTUH BANTUAN

    Bara mengendarai motornya dengan gila-gilaan, bahkan dia tidak peduli dengan suara rentetan klakson kendaraan serta teriakan orang-orang bahwa kecepatan motor Bara bisa membahayakan sekitar. Perasaan cowok itu campur aduk tak karuan, bahkan dia tidak bisa berpikir jernih untuk saat ini. Bara merasa gagal. Gagal membahagiakan orang tuanya. Gagal menjadi anak yang baik dan membanggakan. Perkataan keluarga Layla sungguh berhasil masuk ke dalam kepala Bara, hingga dia tidak bisa berkonsentrasi sampai hampir saja menabrakkan diri. Untung saja dia segera sadar, ketika jarak antara motor Bara dan bak sampah hanya lima meter. Napasnya seolah tercekat, detak jantungnya berdegup kencang dan keringat dingin mulai bercucuran. Bara bingung, dia bingung dengan dirinya sendiri, dia bingung mengapa harus begini. Mengapa kejadian pahit selalu dia rasakan berulang-ulang kali. Bahkan di saat harapannya ada di Layla untuk bisa mengubah seluruh hidupnya, justru semakin menanam luka itu bertubi-tubi tan

  • Terjebak Pernikahan Kontrak   12. KEPUTUSAN

    Dengan perasaan gusar, Bara bergegas naik ke atas motornya, memakai helm dan menyalakan mesin. Sewaktu dia hendak pergi, teriakan Layla menginterupsi dari kejauhan.“BARAAA!!”Dilihat gadis itu berlari kencang menghampiri Bara. Ada yang berbeda dari Layla. Dia menangis.“Bara saya mohon jangan pergi!” pinta Layla dengan suara lirih dan terisak menangis saat berdiri tepat di depan motor Bara. Menghalangi jalan laki-laki itu dengan cara merentangkan kedua tangannya ke samping.Bara menatap dingin Layla. Bahkan Bara bingung harus berkata dan bersikap bagaimana lagi pada Layla. Bara tahu ini hanya pernikahan kontrak, tapi Bara juga punya harga diri yang tidak bisa diinjak seperti itu apalagi oleh orang-orang yang tidak dia kenal.“Minggir, La!” Mungkin jika orang-orang mendengar intonasi suara Bara akan menilai biasa saja. Tapi untuk Layla berbeda. Seolah suara itu sangat mengerikan apalagi dengan penekanan.“Bar, saya mohon, Bar.” Suara Layla penuh permohonan terdengar sangat lirih.Bahk

  • Terjebak Pernikahan Kontrak   11. REMBUKAN SARKASTIS

    Bara menelan ludah saat melihat tatapan dari pihak keluarga besar Layla terpusat padanya, dengan berbagai macam ekspresi dan tentunya menyelidik. Bara menghela napas, berusaha menguatkan diri untuk mendapatkan serentetan pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang ekstra hati-hati. “Selamat siang.” Bara menyapa, memecahkan suasana hening di aula sana. “Layla? Kamu nggak salah ngomong, kan?” pertanyaan itu meluncur dari bibir seorang perempuan tua. Dia Neneknya Layla, ibu dari Papa Layla. Tentu saja pertanyaan sarkastis itu berhasil membuat Bara ciut. Pasalnya, tatapan tajam dan sinis Neneknya itu tidak hentinya meneliti penampilan Bara. “Nggak dong, Nek. Ini Bara. Fernanda Bara. Calon suami Layla.” Layla dengan bangga memperkenalkan Bara. Namun justru respons tidak baik Bara dapatkan dari pasang mata yang menatap. Rasanya Bara kikuk, dia mengelus tengkuknya. Berada di situasi macam begini sungguh membuat Bara bingung harus melakukan apa, berkata apa, selain hanya diam dan melirik La

  • Terjebak Pernikahan Kontrak   10. PERTEMUAN KELUARGA BESAR LAYLA

    Jalanan kota Jakarta di malam hari adalah musuh terbesar bagi para pekerja yang baru pulang dari kantor dan harus dihadapkan dengan rentetan kendaraan dengan suara klakson tiada henti silih berganti, memekakkan telinga dan menguji kesabaran.Bara sudah berkali-kali berdecak kesal, di saat dirinya mau menyalip kendaraan, ada saja halangan dan membuatnya harus bersabar demi segera sampai di tempat tujuan.Lima belas menit Bara menunggu kemacetan itu, akhirnya ada peluang untuk masuk ke sisi kendaraan dan menyalip. Beginilah enaknya pakai kendaraan roda dua di tengah-tengah kemacetan, bisa mencuri jalan orang lain untuk mendahului. Memang tidak dianjurkan karena bisa berakibat fatal. Tapi, sepertinya hampir semua pengendara motor melakukan itu, bukan?Motor Bara berhenti tepat di sebuah pelataran kafe. Cowok itu membuka helm dan turun dari motor. Masih mengenakan pakaian kerja, Bara sengaja mampir ke kafe itu karena sudah ada janji dengan Yunda. Dia ingin membahas terkait Layla.“Lama nu

DMCA.com Protection Status