Home / Fantasi / Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin / Kabanata 11 - Kabanata 20

Lahat ng Kabanata ng Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin: Kabanata 11 - Kabanata 20

77 Kabanata

Bab 11 : Keluarga Sederhana

“Huh ... huh ... huh ...”“WOY BERHENTI KAU BOCAH SIALAN!!”Seorang pria berusia 30 tahunan terlihat mengejar seseorang di sebuah gang sempit hingga masuk ke trotoar samping jalan besar. Pengejaran itu sempat membuat arus lalu lintas menjadi terhambat.“TAKKAN KUBIARKAN KAU LEPAS!!”Pria itu tampak mengejar seorang anak perempuan berusia 13 tahun yang mengenakan jaket lusuh berwarna abu-abu dengan tudung yang menutupi kepalanya. Ia berlari sambil membawa sebuah bungkusan berukuran sedang di pelukannya.Anak itu berlari untuk menghindari kejaran pria di belakangnya. Namun karena tak melihat jalan, dirinya tertabrak sebuah Motosicca yang tengah melaju di jalanan yang ia lewati.BRUKK“Ahh ...”Dirinya terjatuh ke aspal beserta barang yang dibawanya. Itu adalah bungkusan berisi Clatenda, sejenis nasi yang dibungkus oleh dedaunan.“Gawat.”Flo yang tidak sengaja menabrak anak itu langsung menghentikan Motosicca-nya. Alisa juga langsung menghampirinya.“Kau tidak apa-apa?” tanya Alisa sambi
Magbasa pa

Bab 12 : Dibalik Kegelapan Malam

Rembulan perlahan naik ke atas. Tak seperti biasanya di mana Alisa merangkum informasi yang ia dapatkan, kali ini dirinya hanya melamun sambil berbaring di tempat tidur dan memeluk sebuah bantal. Flo pun menghampirinya.“Alisa, kau tidak merangkum lagi?”“Tidak. Nanti saja,” jawabnya dengan suara pelan.“Kau tidak apa-apa? Apa kau sakit?”“Tidak kok, aku baik-baik saja.”Ekspresinya tak bisa membohongi Flo. Karena tidak mau mengatakan apa yang ia pikirkan, Flo berusaha menghiburnya.“Hadeh, A-LI-SA!!”BRUKKPerempuan itu melompat ke kasur hingga membuat Alisa hampir terjungkal.“Ah, Flo. Kenapa sih?”Sambil menahan dagunya dengan kedua tangan, Flo yang telungkup di kasur itu memandangi wajah Alisa.“Aku lihat kau melamun terus. Kau masih memikirkan Akiha dan keluarganya 'kan?” tanya perempuan berambut panjang itu.“Anu ..., aku ...”“Sudah tidak apa-apa. Nanti kita ke sana lagi kalau ada waktu,” hibur Flo.“Bukan itu yang kupikirkan.”Alisa sedikit mengalihkan pandangannya.“Lantas apa
Magbasa pa

Bab 13 : Sebuah Rahasia

Fajar telah tiba. Beberapa orang di kota masih tertidur lelap, namun sebagian sudah ada yang keluar rumah. Mereka ada yang bergegas untuk bekerja, dan ada pula yang hanya sekadar membersihkan halamannya.Pintu sebuah apartemen kecil dibuka perlahan oleh seorang wanita agar tidak menimbulkan kegaduhan di sekitarnya. Ia pun masuk ke ruangan itu dan menutup pintunya kembali dengan pelan.“Sepertinya semuanya masih tertidur lelap,” pikir wanita itu.Akan tetapi perkiraannya salah. Tepat saat dirinya menutup pintu, lampu ruangan itu tiba-tiba menyala dan membuatnya terkejut. Terlihat dua orang gadis muda tengah berdiri di depannya.“Kak Katie.”“Eh, Alisa, Flo, kalian sudah bangun ya?”“Kau ke mana saja?” tanya Flo dengan tatapan tajam.“Itu, aku tadi keluar sebentar mau beli-“Katie berusaha mengelak, akan tetapi Flo sudah telanjur mengetahui semuanya.“Tidak. Kau sudah keluar sejak tengah malam. Aku tahu itu.”“Eh, apa maksudmu Flo?” tanya Katie dengan ekspresi sok polos.“Kenapa kau berb
Magbasa pa

Bab 14 : Sang Guntur dari Angkasa

BRUMM BRUMMGadis bernama Floria itu mengemudikan Motosicca-nya dengan cepat. Raut wajahnya masih menunjukkan amarah pada saat itu hingga dirinya hampir tidak fokus memperhatikan jalan yang ia lalui untuk pergi ke Trossbourgh.“Cih, kenapa?” Flo bergumam.WUSHHMotosicca yang dikendarainya melewati genangan air hingga membuatnya terciprat ke trotoar. Flo mengemudikan kendaraan itu sambil melamun.“Flo ...”Alisa yang duduk di belakangnya berusaha untuk menenangkan perempuan itu, namun dirinya bingung apa yang harus ia katakan.“Kenapa masih ada orang yang seperti itu, memanfaatkan orang lain untuk kejahatannya?”Flo masih bergumam sambil melaju dengan kecepatan cukup tinggi. Saking cepatnya, Alisa hampir terjatuh saat Motosicca itu menukik cukup tajam di sebuah pertigaan.“Ah, Flo ...”Perempuan berambut panjang itu masih bergumam dan tak mempedulikan apa-apa di sekitarnya.“Kenapa?”Tak terasa mereka sudah berada di Distrik Utara Salzyburg. Hanya kurang dari dua kilometer lagi untuk k
Magbasa pa

Bab 15 : Dinasti Schneider

Sebuah gerbang yang cukup besar berada tepat di depan mata mereka. Gerbang mewah itu dilapisi oleh marmer putih dengan hiasan berwarna emas pada sisi dindingnya. Itu bukanlah besi yang dicat oleh warna emas, melainkan benar-benar emas murni sungguhan.Tepat setelah mereka masuk, terlihat sebuah taman hijau yang sedikit berbukit memanjakan mata ketiganya. Terlihat pula hamparan bunga yang tumbuh di sana, dan yang paling banyak adalah bunga tulip biru utara khas Vitania.“Indah sekali.” gumam Alisa.Sebelum masuk lebih jauh, gadis berambut cerah yang kini mengenakan sebuah gaun putih dengan penutup mata medis di mata kirinya mengantarkan mereka pada para penjaga di pintu itu. Terlihat ada tiga orang pria dengan kemeja putih dan celana hitam yang tengah mengobrol di depan pos bercat putih tersebut. Mereka yang melihat sang gadis langsung menyapanya.“Ah, Nyonya Muda. Willkommen zurück. Selamat datang kembali.”“Hai kalian. Oh iya Roger, ngomong-ngomong kau ahli mekanik 'kan? Bisakah kau m
Magbasa pa

Bab 16 : Dibalik Emas

Alisa Garbareva benar-benar tak menyangka bahwa penelitiannya kali ini akan mengantarkan dirinya pada salah satu tokoh bangsawan Vitania. Itu artinya dirinya akan mendapatkan informasi yang sangat menarik tentang apa yang terjadi di daerah otonom ini.“I-ini keren sekali. Natasha, maksud saya, Nyonya Natasha. Sa-saya sangat senang bisa bertemu dengan orang penting seperti Anda,” Alisa begitu kegirangan sampai dirinya tak bisa berkata-kata dengan benar.Namun melihat ekspresinya yang seolah berubah drastis itu, Natasha langsung tertawa.“Hahaha ..., aduh Alisa, tidak perlu seformal itu. Meskipun aku keponakan dari Adipati, aku tetap menganggap diriku sebagai manusia biasa. Lagi pula ...”Natasha mendekatkan kepalanya pada Alisa sambil berbisik.“Sebenarnya aku lebih muda darimu loh, hihihi ...”Alisa tersenyum melihatnya.“Haha ..., baiklah kalau begitu.”Natasha kembali ke posisinya dan lanjut makan.“Yah, ngomong-ngomong soal organisasi dan trah keluarga, mengurus banyak orang dalam h
Magbasa pa

Bab 17 : Pesta Malam

BRUMM BRUMMKedua gadis itu kembali melanjutkan perjalanannya menuju arah utara. Kini mereka melewati sebuah jalan raya dengan jajaran hutan bioma taiga di samping kiri dan kanannya. Suhu disini lebih dingin dibandingkan saat di jalan penghubung Matrotshaven dengan Salzyburg. Tidak terlalu mengherankan karena Trossbourgh berada di garis lintang utara Planet Kamina.“Wah, segar sekali udaranya,”Alisa sangat menikmati perjalanan itu. Sementara itu Flo yang mengendarai Motosicca-nya nampak bersenandung sebuah lagu.“Fufufufu fufufufu...”Lagu yang ia senandungkan menarik perhatian Alisa.“Hei, Flo...”“Fufufu fufufufu...”Flo masih bersenandung seolah tak mendengar sahutan temannya itu. Alisa pun kembali menyahutnya dengan suara yang lebih keras.“Floo!!”“Eh, iya Alisa?”“Kau sedang menyanyikan suatu lagu?” tanya Alisa.“Ya, begitulah,”BRUMMMMotosicca mereka melewati sebuah turunan yang sedikit meliuk.“Oh iya. Lagu yang kau nyanyikan tadi merdu sekali. Judulnya apa?” tanya gadis Kare
Magbasa pa

Bab 18 : Kota Masyarakat Timur

BRUMM BRUMMKedua gadis itu kembali melanjutkan perjalanan mereka setelah menetap hampir seminggu di Trossbourgh. Kota yang ramai dan dipenuhi masyarakat yang lebih terbuka itu begitu menarik perhatian Alisa. Banyak sekali informasi menarik yang diperoleh gadis Karelia itu di kota tertua se-Vitania tersebut. Ia pun meninggalkan kota itu dengan perasaan bahagia.“Ah, kota yang menyenangkan. Kapan-kapan aku mau kesana lagi,” ucap gadis itu.“Kau menyukai Trossbourgh ya, Alisa?” tanya Flo sambil mengemudikan Motosicca-nya.“Tentu saja. Masyarakat disana sangat ramah dan terbuka. Pemandangannya juga indah. Aku tidak menyangka kalau Vitania yang dikenal tertutup punya lingkungan masyarakat yang sangat menyenangkan seperti itu,”Flo tersenyum mendengarnya.“Trossbourgh memang kota yang sangat menarik. Tapi kupikir kau akan lebih tertarik dengan kota tujuan kita selanjutnya,” ungkapnya“Eh, ada kota yang lebih menarik lagi?” tanya Alisa.“Tentu saja. Vitania itu daerah yang penuh dengan kejut
Magbasa pa

Bab 19 : Dilema

Kegelapan menyelimuti semuanya. Tidak ada hal lain yang mampu dilihat oleh orang itu. Hanya terdengar suara menggema dari seorang wanita yang tengah merapalkan sebuah mantra.“Wahai permata suci yang ada di Tanah Kamina agung ini...”Suara itu nampak jelas di telinganya.“...aku memerintahkanmu untuk melepaskan segel bagi generasi baru, pelindung Tanah Vitania ini...”Mantra yang diucapkan oleh wanita itu hampir selesai. Suaranya semakin menggema di telinganya. Namun disaat mantranya akan selesai, terdengar suara lain yang seakan berbisik di telinganya.“Hei...”Bisikan itu masih kurang terdengar, tertutup oleh suara mantra tersebut.“...dengan nama Amanda Fatir, sang penemu permata suci ini, aku...”Bersamaan dengan mantra yang hampir usai, suara bisikan itu semakin terdengar jelas.”“Hei...”“...melepaskanmu. Als Vreyt!!”Tepat saat mantra penutup selesai diucapkan, tubuhnya langsung tiba-tiba tergoncang.“Hei!! Bangun!!”“Eh?"Ia perlahan membuka matanya dari mimpi yang aneh itu. Te
Magbasa pa

Bab 20 : Air dan Api

“Flo, kau serius mau berduel dengan Ketua Himmler?” tanya Nikita.“Tentu saja. Tidak ada cara lain selain mengalahkannya,” jawab Flo.“Tapi, Ketua Himmler itu gadis penyihir senior dengan kemampuan sihir api yang mengerikan. Kadet seperti kita tidak akan mungkin bisa mengalahkannya,”Gadis berambut kuncir itu benar-benar mengkhawatirkannya, namun Flo tetap bersikeras untuk menghadapinya.“Tidak apa-apa. Aku sudah cukup banyak berlatih untuk menghadapi hal-hal tak terduga seperti ini. Lagipula walaupun mungkin aku akan diserang habis-habisan olehnya, dia takkan bisa membunuh sesama gadis penyihir Vitania sepertiku,” tuturnya.“Tapi...”“Yah, inilah saatnya bagiku untuk mengalahkannya dan keluar dari neraka ini,” tegas Flo.“...”“Berjuanglah, Flo,”***Pagi hari sekitar pukul 9, mentari menyinari langit Vitania. Tepat di sebuah lapangan yang cukup luas itu, Floria Fresilca akan berhadapan dengan senior sekaligus ketua divisinya, Abigail Himmler untuk mempertaruhkan nasibnya di divisi it
Magbasa pa
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status