Semua Bab ISTRI SIRI SUAMIKU TERNYATA KAKAK IPARNYA SENDIRI: Bab 31 - Bab 40

76 Bab

Mata-mata

POV : DIRA Kepergian Mas Arga kali ini semakin membuatku resah dan gelisah tak jelas. Pasalnya Karen sudah tahu bagaimana status dan hubunganku dengan Mas Arga. Dia sepertinya akan tetap mempertahankan Mas Arga dan tak akan membiarkanku mendapatkan cintanya seutuhnya. Haruskah aku minta tolong seseorang untuk mengawasi Karen di Jakarta? Tapi siapa? Soal uang, tak jadi soal sebab toko sembako grosiran yang diberikan Mas Arga untukku sangat cukup untuk membayar mata-mata itu. Jangankan hanya satu bahkan lima pun masih bisa kubayar. Selama ini aku nyaris tak pernah kekurangan uang selama menjadi istri Mas Arga. Dia paham soal nafkah lahir, tapi nafkah batin aku yang harus berjuang sebab dia sering kali tak berminat kecuali memang sengaja kumasukkan obat perang*ang ke dalam minumannya. "Put! Putri!" Aku memanggil Putri yang baru saja membuka pintu gerbang rumahnya. Putri adalah anak Rita, tetangga baru sekaligus sahabat terdekatku saat ini. Gadis cantik itu menoleh ke arahku lalu ber
Baca selengkapnya

Mata-mata (2)

Rita tak tahu bagaimana sakitnya aku menahan rindu. Dia tak paham bagaimana rasanya menjadi aku yang selalu dinomor duakan, aku yang harus memakai berbagai cara agar Mas Arga pulang dan bertahan sedikit lebih lama di rumah. Dia tak mengerti bagaimana rasa sakitnya batin ini yang harus sembunyi-sembunyi untuk sekadar menelpon suami sendiri. Terpaksa aku mengikuti permintaan Mas Arga dan keluarganya demi kebaikan bersama. Meski kini Karen sudah tahu kebenarannya, Mas Arga justru lebih membelanya. Dia lebih senang bersama Karen, dibandingkan denganku. Bahkan sekadar nafkah batin saja aku harus menggunakan obat perang*ang sebab dia seolah menjaga jarak ketika di rumah bersamaku. Berulang kali meminta, selalu penolakan yang kudapatkan dengan alasan dia belum siap. Entah sampai kapan. Yang pasti sejak enam bulanan ini aku sering diabaikan soal urusan ranjang. Kata maaf yang selalu Mas Arga ucapkan rasanya tak membuat batinku lega sebab bukan maaf yang aku inginkan, melainkan urusan nafs
Baca selengkapnya

Rencana Terselubung

POV : DIRA"Kamu benar-benar ingin membantuku, Rit?" Aku kembali bertanya keseriusan Rita. Apakah dia memang bisa mencari orang untuk memata-matai Karen dan Mas Arga. "Iya, Dira. Aku tahu bagaimana perasaanmu saat ini. Tak kusangka nasibmu dan nasibku nyaris sama. Kita dipaksa untuk berbagi hati dengan perempuan lain. Rasanya aku ingin ikut menampar dan mengakar wajah perempuan-perempuan yang sudah menghancurkan rumah tangga kita. Dasar mura*an. Tak bisakah mereka mencari lelaki lain yang masih lajang? Teganya menjadi duri dalam pernikahan orang lain!" Rita terlihat begitu geram dan emosi. Giginya sampai bergemeletuk saking kesalnya membayangkan para perempuan perebut suami orang itu. Sekarang aku semakin yakin jika Rita pasti membantuku sebab dia merasa nasibku tak jauh berbeda dengannya. Sama-sama disakiti oleh perempuan lain. "Aku sudah pisah sama suami karena ada orang ketiga diantara kami. Kamu pun sama. Bedanya Mas Arga tetap sayang, romantis dan tanggungjawab sama kamu dan
Baca selengkapnya

Bertemu Dengannya

POV : KAREN Hari ini aku mulai bekerja sebagai staf marketing di sebuah kantor baru yang tak terlalu jauh dari kantor Mas Arga. Kurasa, keputusan ini sudah tepat. Mungkin dengan kembali bekerja, aku akan lebih tenang dan tak terlalu terbebani dengan masalah Mas Arga dan Dira. Jujur saja, terkuaknya pernikahan mereka membuat tingkat kepercayaanku pada Mas Arga menurun sekian persen. Aku jadi takut jika apapun yang dia lakukan selama ini hanyalah sandiwara belaka. Semua itu membuat sisi keromantisan yang selama ini terasa indah menjadi hambar. Aku tak menikmati tiap pujian ataupun hadiah-hadiah kecil yang dia berikan. Entahlah. Mungkin aku memang salah telah melakukan hal seperti ini pada suami, tapi hatiku benar-benar belum menerima segala kebohongannya selama ini sekalipun semua hanya demi wasiat atau karena terpaksa. "Sayang, aku sudah masak nasi goreng spesial untuk kita. Ayo makan," tawarnya saat aku baru membuka pintu kamar dengan berpakaian rapi dengan hijab abu tua. Kututup
Baca selengkapnya

Keputusan Sepihak

"Ren!" panggil lelaki jangkung itu sembari melambaikan tangannya ke arahku. Bara. Iya, dia Bara. Playboy kelas kakap yang dulu cukup terkenal seantero kantor. Kapan dia balik ke sini? Setahuku, dia pamit ke luar beberapa bulan setelah menikah dengan Mas Arga. Tak kusangka akhirnya dia kembali ke tanah air. Bara. Lelaki itu masih sama seperti dulu. Kocak dan murah senyum. Bahkan setelah sekian lama tak bersua, dia tak merasa canggung saat bertemu denganku. Eh, tunggu dulu. Perusahaan ini miliknya? Wow, ternyata dia semakin sukses mengembangkan bisnisnya. Lebih tepatnya, mungkin meneruskan bisnis kedua orang tuanya hingga dia bisa membangun perusahaan sendiri. Ah, sepertinya begitu. Sok tahunya aku. "Gimana kabarnya, Ren? Sehat? Makin cantik Lo," ucapnya sembari menyodorkan telapak tangannya ke arahku. Sementara aku hanya menangkupkan kedua tangan ke dada sembari tersenyum tipis. "Oh iya lupa. Nggak boleh jabat tangan ya, Ren. Hahahah, sorry. Kebiasaan cipika-cipiki jadi lupa. Ngga
Baca selengkapnya

Keputusan Sepihak 2

Aku masih menyelesaikan tugas kantor yang hampir selesai saat tiba-tiba Bara nongol lagi dengan senyum lebarnya. Laki-laki itu melipat tangan ke dada sembari menaik turunkan alisnya ke arahku."Gue antar pulang, Ren. Sekalian pengin ketemu Arga. Hebat banget dia bisa punya bini dua, lah gue satu aja belom," ucapnya memecah kebisingan sebab sebagian karyawan sudah ada yang pulang. Aku mendelik ke arahnya. Bara pun mengucap maaf lagi dan lagi."Sorry, nggak bermaksud nyinggung poligaminya. Justru gue heran apa istimewanya Arga sampai membuat banyak perempuan idaman masa depan klepek-klepek di depan dia.""Berisik, Pak Bara," sahutku sembari mematikan komputer lalu menyambar tas. Aku buru-buru keluar kantor sementara Bara masih mengikutiku dari belakang. Berusaha mensejajari langkahku. "Nggak usah diantar. Kalau mau main, main aja. Aku bawa motor sendiri, masa diantar? Mau taruh di mana itu motor," ucapku sembari menaikkan dagu ke arah parkiran motor. "Gue antar dari belakang. Oke?"
Baca selengkapnya

Rahasia Bara

POV : BARA Karenina Andini. Satu-satunya nama yang tak pernah terhapus dalam hati, sekalipun aku hanya menelan kecewa tiap kali mengingatnya. Namun sejak dia memilih bersama laki-laki lain sebagai pendamping hidupnya, aku baru sadar jika perempuan baik-baik pastilah memilih laki-laki yang baik pula. Mereka melihat dari segi agamanya, sikap dan tanggungjawabnya, bukan sekadar ketampanan fisik ataupun harta lelaki yang mendekatinya. Pantas saja Karen tak pernah memilihku yang terkenal playboy ini.Dia justru melabuhkan cinta dan kesetiaannya pada lelaki biasa saja. Berwajah tampan standar, karir yang biasa dan harta pun tak punya, tapi Arga memiliki cinta, kesetiaan dan tanggungjawab pada keluarga. Karen jelas memilih dia yang bisa dijadikan panutan dalam rumah tangganya, bukan seperti aku yang hanya membuatnya sakit kepala. Tak tahukah dia, sejak bertemu pertama kali dengannya perpetualanganku mencari cinta itu seakan terhenti. Aku terus mengejarnya meskipun dia berulang kali meno
Baca selengkapnya

Biar Aku Yang Menggugat

POV : KAREN[Kamu lagi ngapain, Sayang? Sudah makan?] [Sayang, sebentar lagi aku pulang. Ini masih bersihkan kontrakan Dira. Kamu minta sesuatu nggak?][Karen, kenapa nggak dibalas? Kamu lagi ngapain?][Kamu nggak setuju kalau Dira dan anak-anaknya ke Jakarta? Atau apa? Kenapa diam saja?] [Sayang, aku pulang sekarang] Pesan-pesan dari Mas Arga baru saja kubaca. Aku memang sengaja tak membalas pesan darinya sejak tahu dia mencari dan mendukung permintaan ibu agar Dira dan kedua anaknya itu tinggal di Jakarta. Sekota denganku. Dengan begitu dia bisa leluasa mengambil waktu Mas Arga kapan saja dia mau. Bahkan mungkin, dia bisa saja datang ke rumah ini saat permintaan atau mungkin pesan-pesannya pada Mas Arga diabaikan. Terlalu mudah bagi perempuan itu untuk membuat drama. Selama ini toh Mas Arga dan ibunya terlena bahkan selalu menjaga hatinya hanya dengan alasan tak tega membuatnya nelangsa. Nelangsa yang pura-pura hanya demi menyingkirkanku dari perhatian mereka saja. Sayangnya i
Baca selengkapnya

Sama-sama Terkejut

POV : KARENTiba-tiba aku terjaga, kulirik jarum jam menunjuk angka empat dini hari. Sebentar lagi adzan subuh berkumandang. Tidurku lumayan nyenyak malam ini dan entah jam berapa pula aku mulai terlelap. Aku benar-benar tak ingat.Selepas makan malam tadi aku buru-buru ke kamar. Gegas shalat isya dan berbaring di atas ranjang. Sesekali menutup telingaku dengan bantal. Tak peduli dengan panggilan Mas Arga yang semakin membuatku sakit kepala. Aku tahu itu salah, tapi aku benar-benar kesal dengan sikapnya. Nanti aku akan minta maaf padanya jika memang dia benar-benar tak ridho dengan sikap cuekku itu. Aku tak ingin durhaka dan dilaknat Malaikat. Badan rasanya benar-benar sakit semua, flu pun mulai melanda. Mungkin karena kebanyakan menangis, jadi berimbas pada kepalaku yang terasa cukup berat. Mata pun terlihat sembab. Tak ada Mas Arga di sampingku. Aku tak tahu dia dimana. Mungkin marah padaku karena mengabaikan panggilannya semalam. Entahlah. Biasanya, sekesal apapun aku atau dia
Baca selengkapnya

Keputusan Bulat

POV : KAREN Hamil? Aku hamil? Pertanyaan itu terus menyesaki benak. Mas Arga justru tersenyum lebar saat menatapku lalu mengusap perutku. Perlahan kutepis tangannya lalu pamit ke kamar mandi. Entah berapa lama aku di sini. Terdiam di bawah guyuran shower. Berbagai kenangan mulai mengusik kalbu. Tentang Dira dan anak-anaknya, tentang ibu, tentang keromantisan dan cinta Mas Arga juga tentang kebohongannya. Mungkinkah aku hamil? Sebuah kabar yang dulu selalu kutunggu, tapi mengapa sekarang justru menjadi satu hal yang sedikit membuatku gelisah. Bukan masalah aku tak mampu membiayai hidupnya, InsyaAllah aku bisa toh aku juga sudah bekerja. Selain itu, aku punya tabungan cukup untuk hidupku beberapa bulan ke depan. Hanya saja, apakah aku bisa hidup sendiri di tengah kehamilan dan melahirkan nanti? Aku tak memiliki siapapun selain keluarga ini. Apakah keputusanku berpisah cukup adil untuk calon buah hatiku nanti?Suara ketukan kembali terdengar. Mas Arga pasti sangat cemas sebab aku tak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status