"Aku bisa pulang sendiri, Mas," ucapku pada Mas Arga saat dia melihatku berberes di kamar Dina. "Kita pulang sama-sama," balasnya singkat, tanpa menoleh ke arahku. "Kamu tahu, Mas. Aku masih sangat kesal dengan semua kebohonganmu. Maaf jika nanti aku tak bisa seperti dulu," balasku. "Nggak apa-apa, Karen. Aku paham dan sangat mengerti. Kamu berhak marah, kamu pantas kesal dan wajar kamu sakit hati. Cuma satu hal yang harus kamu tahu, jangan ambil keputusan untuk berpisah. Kita perbaiki semua dari nol okey?" Mas Arga menatapku lekat namun aku buru-buru mengalihkan pandangan. "Aku nggak tahu, Mas. Aku ingin istikharah terlebih dahulu. Ada banyak hal yang menjadi pertimbanganku." "Soal apa? Kesalahanku hanya satu, Karen. Menikah dengan Dira tanpa sepengetahuanmu, tapi cinta, kasih sayang dan rasa ini tetaplah untukmu. Percayalah," sambungnya lagi. "Sudahlah, Mas. Aku sudah terlalu sering mendengar kalimat itu dari bibirmu. Aku bosan." "Aku akan menceraikan Dira kalau dia sudah ben
Read more