All Chapters of Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun : Chapter 11 - Chapter 20

49 Chapters

BAB 11

Silia sudah terlelap sejak beberapa jam yang lalu, saat ia mendengar bunyi derit di pintu kamarnya.Sesaat, ia beranggapan kalau yang masuk adalah sang ibu. Namun tak lama ia langsung tersadar kalau itu adalah sosok seorang lelaki bertubuh tinggi tegap yang kini sedang berjalan mengendap-endap.Naluri waspadanya spontan membuat Silia bangun dengan sebuah jeritan kecil. Ia pikir, pencuri masuk ke dalam kamar dan akan melakukan perbuatan tak senonoh padanya.“Apaan sih, bikin kaget aja!” sungut Roby sambil menghidupkan lampu kamar.“Roby...?” Silia lega, karena yang berada di hadapannya kini ternyata adalah sang suami bayaran.“Iya, ini aku. Jangan sembarangan teriak dong! Nanti dikira aku mau ngapa-ngapain kamu!” Roby masih mengomel sambil melemparkan waist bag ke atas meja yang ada di sudut ruangan.“Habis aku pikir kamu maling atau orang jahat. Lagi pula ngapain sih kamu pake acara mengendap-endap segala? Hidupkan lampu dong kalau mau masuk kamar.” Kali ini, gantian Silia yang
Read more

BAB 12

“Iya, aku ingat.” Jawab Silia pelan.“Bagus. Sekarang aku hanya mau mempertegas lagi ya soal ini. Kita--- akan tetap keluar dari sini. Aku nggak mau tinggal di rumahmu. Aku minta kamu yang akan menolak kemauan kedua orang tua kamu kalau mereka memaksa kita untuk tetap di sini. Karena kalau aku yang bersikeras, kesannya aku adalah menantu kurang ajar. Aku akan menolak, tapi kuharap kamu yang nanti akan berkeras untuk hidup bersamaku. Kalau ternyata kamu nggak bisa membuat kita keluar dari rumah ini, maaf--- aku akan mundur dan mengajukan pembatalan pernikahan. Semua uang kamu akan kukembalikan. Kalau orang tuamu marah, terpaksa aku akan menceritakan semuanya. Aku akan berterus terang pada mereka, kalau aku hanya dibayar untuk menikahimu.”Silia spontan menggeleng. “Jangan! Aku mohon jangan lakukan itu. Baiklah, aku akan meyakinkan Mama agar mereka melepaskan kita untuk hidup di kontrakan yang sudah kamu siapkan.”Roby mengangguk. “Oke, kupegang kata-katamu. Besok aku kerja shift sor
Read more

BAB 13

Silia memandang ke arah Roby, berharap cowok itu membantunya bicara. Namun nyatanya, Roby justru balik melihat Silia dengan tatapan seolah-olah mendesak agar ia menyelesaikan sendiri masalah ini.“Ma, izinkan Silia ikut Roby ya. Karena sekarang udah jadi istrinya, jadi memang udah seharusnya seorang istri ikut ke mana pun suaminya pergi.”“Tapi Sil--- kamu nggak pernah jauh dari Mama, nggak pernah jauh dari rumah ini. Apa kamu yakin bisa beradaptasi dengan lingkungan dan kehidupan yang baru nanti?”“Ada saya Ma....” Roby yang menyahut kali ini, membuat Silia spontan mengalihkan pandangan pada pemuda tampan itu.“Roby....? Kamu tetap mau mengajak Silia untuk pindah dari sini?” tanya Amira.“Mama tenang aja. Jangan khawatirkan soal Silia. Saya yang akan menjaganya. Tolong berikan kami izin untuk hidup berdua dan membangun rumah tangga kami sendiri.” Ujar Roby.Amira tampak ragu, namun kemudian ia berkata,” jujur Mama berat kalau membiarkan Silia ikut kamu hidup di luar. Karena Sil
Read more

BAB 14

Yesika masuk dengan seringai di bibir saat melihat Silia dan Roby yang duduk bersama di meja makan. Dia sendiri sudah terbiasa di rumah Silia, karena hampir setiap hari ia datang. “Sarapan dulu, Yesi,” Amira berkata padanya dengan ramah. “Tante tinggal dulu ya, mau nyiram bunga di depan.” Ujarnya lagi.“Iya Tante. Makasih.” Yesika langsung duduk. “Wah pengantin baru lagi sarapan bareng ya? Aku jadi nggak enak nih.” Ujarnya kemudian.Silia benci sekali mendengar nada suara Yesika yang seolah sedang mengejeknya. Gadis itu seperti hendak menertawakannya sekarang.Sementara Roby tampak diam dan tak berani memandang Yesika, membuat Silia semakin heran. Bukannya mereka saling mengenal? Mengapa tak bertegur sapa sama sekali?Saat Silia sedang sibuk menerka, Mbok Ida datang untuk mengemasi bekas sarapan Arman.“Mbak Sil mau jus atau susu?” tanya Mbok Ida dengan sopan, menawarkan jasanya.“Nggak usah, Bi. Saya minum air putih aja,” jawab Silia. Ia tidak mau merepotkan pembantunya itu.
Read more

BAB 15

“Apa sih maksud kamu Roby? Kenapa jadi membawa Silia untuk hidup berdua sama kamu di kontrakan? Kamu nggak ada bilang apa pun soal ini.” Omel Yesika, begitu mereka keluar dari ruang makan dan memilih tempat yang agak jauh dari jangkauan mata maupun pendengaran Silia.“Maaf Yesi, aku nggak bilang karena kupikir kamu juga pasti akan setuju. Bagaimanapun ini juga demi keamanan rahasia kita kan? Kalau aku menikah namun tetap tinggal di rumah Silia, orang tuanya pasti curiga kalau pernikahan kami Cuma pura-pura, karena aku nggak mungkin bersikap mesra dengan dia.”“Ya jangan sampai curiga dong! Jalankan aja tugas sebagaimana suami selayaknya. Akting Roby--- akting!”“Nggak bisa Yesi. Kamu tahu kan kalau cinta aku hanya untuk kamu....”Kalimat Roby terpotong saat Yesika memukul lengannya.“Jangan ngomong keras-keras, nanti kedengaran orang!” omel Yesika dengan nada suara tertahan.Roby berdecak. “Karena itu aku minta tolong jangan marah, Yesi. Aku bawa dia keluar dari sini itu, nggak
Read more

BAB 16

Silia menyapu pandangan ke sekeliling. Melihat keadaan sekitar ia berpikir, untuk siang hari saja terasa cukup menyeramkan, apalagi kalau malam. “Mari masuk ke dalam Ma.” Lamunan Silia buyar saat mendengar Roby mengajak mereka masuk. “Tetangganya lumayan jauh ya?” Amira beropini. Dan dalam kalimatnya, seakan ada nada khawatir terhadap keselamatan sang putri. “Saya memang sengaja Ma, karena kami nggak mau ada yang mengganggu hidup kami. Mama tahu sendiri, biasanya tetangga suka ikut campur dan berkomentar soal hidup orang lain. Saya nggak suka kalau ada yang membuat Silia kepikiran dengan omongan nggak baik dari orang-orang. Silia sedang mengandung, bisa berbahaya buat bayi kami. Lagi pula, jujur aja. Kemampuan saya hanya bisa menyewa rumah seperti ini.” Jawaban Roby terselip kejujuran dan sedikit kebohongan. Silia agak tersanjung saat mendengar Roby mengatakan ‘bayi kami’. “Kenapa nggak bilang aja biar kami bantu carikan rumah yang lebih layak? Eh--- maksud Mama, mungkin rumah
Read more

BAB 17

“Ada kecoa!” Roby mengendurkan badannya yang tadi sempat tegang. “Cuma kecoa? Kamu teriak sampe kayak gitu Cuma karena kecoa?” ucap Roby kesal. “Kecoa bahaya. Kalau terbang, bisa masuk kuping.” “Kata siapaaa?!” “Kali aja....” Silia baru sadar kalau ia baru saja membuat cowok itu marah. Sekarang, malah ia yang jadi cemberut. “Biarpun Cuma kecoa kan, aku takut.” Roby membuang nafas. “Sekarang udah nggak apa-apa kan? Aku mau tidur.” Katanya sambil berbalik badan. “Anu, Roby--- kenapa nggak tidur di dalam sini aja?” tanya Silia ragu. Sebenarnya ia malu menawarkan itu, tapi rasa takut mengalahkan rasa malunya. “Memangnya kenapa kalau aku tidur di luar? Jujur aja aku nggak nyaman kalau harus tidur sekamar dengan kamu, biarpun nggak ngapa-ngapain.” Silia menelan ludah. “Aku takut. Di sini banyak pocong.” “Tahu dari mana di sini banyak pocong?” “Di sekitar rumah ini banyak pohon pisang. Katanya pocong suka duduk di bawah pohon pisang.” Roby nyaris tertawa mendengar jawaban polo
Read more

BAB 18

“Bukan mukamu. Tapi lingkar mata kamu menghitam. Apa kamu semalam nggak bisa tidur?” Silia mengucek mata, berharap bisa menghilangkan mata panda-nya. Meski ia tahu pasti, kalau tak mungkin bisa hilang semudah itu. “Iya, entah jam berapa aku baru bisa tidur.” “Kenapa? Aku kan udah menuruti kemauan kamu dengan tidur sekamar. Masa’ masih takut ada hantu.” “Aku takut kecoa itu datang lagi. Atau ada ular dan binatang yang lain.” “Tapi nggak ada kan? Kamu terlalu banyak pikiran.” “Enak aja ngomong kayak gitu. Kamu sih, nggak tahu gimana rasanya kalau lagi takut. Biarpun ada kamu di kamar, tapi kan kamu tidur di atas, sedangkan aku di bawah.” “Kan kamu sendiri yang mau. Bukan aku yang minta.” “Ya tapi sebagai laki-laki harusnya kamu paham dong, kalau sebaiknya mengalah sama perempuan. Apalagi aku sedang hamil. Ini mentang-mentang aku bilang begitu, kamu juga ngelakuin hal yang sama, nggak pake pertimbangan lagi.” “Jadi sebenarnya kamu itu sebagai perempuan, mau omongannya diturutin a
Read more

BAB 19

“Giliran kita masih lama, Ma?” Silia gelisah karena terlalu lama berada di ruang tunggu. Ia agak risih karena beberapa pasien ibu hamil memandangnya. Ya, mungkin saja itu adalah hal biasa, mengingat tak banyak yang bisa dilakukan selama mengantri menunggu nama mereka dipanggil. Namun tetap saja, Silia tak terbiasa dengan hal seperti itu. Ia tak suka dilihat dan diperhatikan oleh orang asing. “Sebentar lagi Sayang. Tunggu aja.” Jawab Amira setengah berbisik. “Nggak mungkin sebentar lagi Ma, antriannya rame kayak gini.” Silia terlihat bimbang. “Udah diem aja. Kita pake jalur VVIP. Jadi paling sebentar lagi udah dipanggil. Kita nanti beda ruangannya. Tunggu ya, sebentar lagi.” Bujuk Amira. Silia hanya mengangguk dan tak lagi mengajukan pertanyaan. Ia kini justru tampak berpikir tentang suatu hal janggal sebelum pergi ke sini. Ia melihat saat Yesika di rumahnya tadi, perilaku Roby seolah mengisyaratkan kalau cowok itu sedang berusaha mendekati Yesika. Anehnya, Yesika tampak menghind
Read more

BAB 20

“Pak?? Ngapain ke sini? Bapak tahu tempat ini dari mana?”Lelaki berumur di depan Roby itu terlihat cengengesan. Senyumnya yang dipaksakan terlihat sangat menyebalkan di mata Roby.“Bapak dengar dari Yesi katanya kamu pindah ke kontrakan, nggak nge-kost lagi di tempat yang lama.” Ujar Dandi.“Iya, tapi kenapa Bapak datang ke sini?” Roby berkata dengan setengah berbisik sambil melangkah keluar dan menutup pintu. Ia tak mau Silia tahu tentang kedatangan Dandi.“Ya Bapak Cuma mau jenguk kamu aja, Roby. Kamu udah lama nggak main ke rumah. Apalagi sejak nikah sama temen Yesi. Maksud Bapak, biarpun kamu nggak jadi menantu, ya tetap aja kita harus--- ehm... silaturahmi.” Roby panik saat Dandi mengatakan itu. Kalau sampai Silia dengar, gadis itu bisa tahu kalau dia adalah pacar Yesika.Meski sebenarnya Roby tak peduli, tapi kalau sampai hal ini bocor karena ulah ayah Yesika itu, tetap saja dia yang akan disalahkan.“Pak, tolong --- jangan sembarangan datang ke sini. Kita bisa ketemu d
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status