“Bukan mukamu. Tapi lingkar mata kamu menghitam. Apa kamu semalam nggak bisa tidur?” Silia mengucek mata, berharap bisa menghilangkan mata panda-nya. Meski ia tahu pasti, kalau tak mungkin bisa hilang semudah itu. “Iya, entah jam berapa aku baru bisa tidur.” “Kenapa? Aku kan udah menuruti kemauan kamu dengan tidur sekamar. Masa’ masih takut ada hantu.” “Aku takut kecoa itu datang lagi. Atau ada ular dan binatang yang lain.” “Tapi nggak ada kan? Kamu terlalu banyak pikiran.” “Enak aja ngomong kayak gitu. Kamu sih, nggak tahu gimana rasanya kalau lagi takut. Biarpun ada kamu di kamar, tapi kan kamu tidur di atas, sedangkan aku di bawah.” “Kan kamu sendiri yang mau. Bukan aku yang minta.” “Ya tapi sebagai laki-laki harusnya kamu paham dong, kalau sebaiknya mengalah sama perempuan. Apalagi aku sedang hamil. Ini mentang-mentang aku bilang begitu, kamu juga ngelakuin hal yang sama, nggak pake pertimbangan lagi.” “Jadi sebenarnya kamu itu sebagai perempuan, mau omongannya diturutin a
Read more