“Kenapa kau memandangku seperti itu?” tanya Silia, merasa Vatra hanya menatapnya tanpa bicara sepatah kata pun. Ia baru berani bertanya saat baru saja Hanisa beranjak pergi untuk menanyakan pesanan mereka yang belum diantarkan pelayan.“Memangnya aku memandang seperti apa?” Vatra balik bertanya.“Entahlah, tatapanmu lain. Tak seperti biasanya. Sejak tadi juga kau hanya diam. Padahal setiap kali bertemu denganku, kau selalu bertanya ini itu. Kau seperti orang yang berbeda, Vatra.”Vatra tersenyum, namun terlihat hambar. “Aku tak pernah berubah, Silia. Apalagi denganmu. Sejak dulu sampai sekarang, aku selalu sama buatmu. Hanya saja, kalau memang kau merasa aku berbeda, aku rasa bukan karena aku yang berubah, tapi kau.”“Aku tak mengerti apa maksudmu,” ujar Silia sambil menggeleng kecil.“Sudahlah, tak perlu dibahas lagi.” Suara Vatra terdengar lemah.Lagi-lagi, keheningan menyergap mereka berdua.“Vatra, ada yang mau aku katakan soal kalung yang kemarin kau titipkan pada Mama.” S
Read more