Seminggu kemudian. Aku sudah berada di sini lagi, memandang sekeliling dengan seksama. Meja makan dengan hidangan lengkap. Lama tak berada di sini bukannya membuat aku rindu, tapi ketakutan yang sama kembali. Hanya saja, kali ini aku tak ada pilihan lagi."Aku minta maaf, Pa," ujarku pelan pada lelaki di ujung meja. Pertemuan pertama setelah menantunya membuat huru-hara. Jelas, ini bukan dari hatiku, tapi aku harus melakukannya."Tak apa. Aku mengerti. Dan ke depan jangan diulangi lagi." Matanya menyorot datar, tapi aku bisa merasakan ancaman di sana."Ya."Kak Sananta duduk di sampingku, lalu mengambilkan makanan ke piringku. Kemudian kami makan bersama seperti tiga bulan lalu. Aku tak berselera, tapi inilah lakon yang akan aku jalani entah sampai kapan.Tak ada pilihan kecuali mencoba kuat. Kuat dan bertahan dalam situasi ini. Sambil berdoa semoga Tuhan membalas semua yang terjadi padaku ini, suatu hari nanti.Kembali
Read more