Murni mundur beberapa langkah. Pun dengan Mayang yang melakukan hal yang sama. Entah ada keperluan apa, Adhyatsa justru datang ke rumah ini. Napas Murni tampak kembang kempis saat ini.Murni merasa lelah karena hidup dalam tekanan Adhyatsa juga adik iparnya. Mereka dulu sangat merendahkannya, tetapi tidak saat ini. Revan dianggap membawa perkembangan baik untuk perusahaan yang didirikan oleh mendiang suaminya. Angan yang luar biasa bodoh."Oh, kamu, siapa, Mayang? Ya, anak pembantu yang pada akhirnya tercapai cita-citanya untuk menikah dengan Tuan Muda keluarga Adhyatsa. Gundik tetaplah gundik. Kalian satu tipe, sama satu dengan lainnya." Tanpa aba-aba Adhyatsa menyerang Mayang dengan ucapan yang sangat menyakitkan. "Kamu boleh mendapatkan cinta Revan, tapi pemenangnya tetap mereka yang punya harta. Aku rasa kalian berdua ini paham," lanjut Adhyatsa sambil menunjuk Mayang dan bergantian dengan Murni.Tatapan penuh kebencian tampak pada Adhyatsa untuk menantu dan istri Revan. Mereka sa
Read more