All Chapters of BOSSKU MANTAN SUAMIKU: Chapter 11 - Chapter 20
72 Chapters
11. Pertemuan Ayah dan Anak
Davin sedang bersantai di ruang tengah rumahnya Lia. Oh, bukan, tapi rumahnya juga sekarang. Melihat desain interior ruang tengah, Davin terkagum dengan selera mantan istrinya. Lia memang tak di ragukan soal begituan, sehingga walaupun sederhana rumahnya sangat indah dan sekaligus nyaman di saat yang bersamaan. Siapapun bakalan betah tinggal di sana, dan bahkan Davin sendiri pun demikian. Lia sedang mandi saat pintu di ketuk dari luar. Mendengar itu, Davin yang masih do ruang tengah terpaksa bangkit dan membukanya. Rupanya yang datang suaminya Lyra yang mengantarkan Raka pulang. "Maaf, anda siapa dan di mana Lia?" Davin mengeras menyadari seorang pria yang berkunjung dan dia tak terima karena berpikir hal yang buruk. Davin memanas sendiri dengan pikirannya. "Kamu yang siapa?!" balas Davin dengan sinis dan terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya. Pria itu tersenyum ramah dan
Read more
12. Tekanan
Lia terbuai melihat keakraban Davin dengan Raka. Dia terharu dan bahkan berpikir akan melakukan apapun demi bisa melihatnya terus. Asal Raka bahagia, maka Lia berani mengorbankan segalanya dan mempertaruhkan hidupnya. "Papa jangan pelgi lagi, ya! Raka janji nggak akan minta dibelikan mainan baru lagi," ujar Raka dengan penuh harap. "Kenapa Nak, memangnya mainan tadi sudah cukup?" pancing Davin sambil menatap Lia yang sekarang masih memperhatikan keduanya. "Tidak, dan Raka sebenarnya masih banyak mainan baru yang Raka mau, tapi Raka tak mau Papa pergi lagi!" ujar Raka serius. Anak itu memang belum mengerti siapa dan apa sosok ayah itu, tapi dia sungguh dalam ketidak mengertiannya dia tak mau kehilangan. Dia menginginkan Davin, dan rasa menginginkan itu begitu besar sampai tak mau kehilangan. Lia sebagai perempuan yang sudah melahirkannya tentu saja tahu dengan apa yang putranya ra
Read more
13. Luka Lama yang Diungkit Kembali
"Kau terlambat!" Davin menghadangnya dan menatap Lia tajam. Lia terkejut, menatap Davin dengan tak percaya. Kenyataannya pria itulah penyebabnya, tapi sekarang dia malah menatap Lia dengan menuntut penjelasan. Bersikap seolah tak tahu apapun. Seolah bukan dia orang yang menurunkan Lia di jalan. "Apa maksudnya?" "Masih bertanya seperti itu, seolah-olah kau tidak salah?!" geram Davin dengan serius. "Harusnya aku yang kesal padamu karena kau terlambat, tapi di sini kau malah menatapku dengan tatapan perlawanan." Lia menghela nafas. Bahkan letihnya belum habis saat beberapa menit lalu dia berjalan berpuluh-puluh meter, cukup jauh sampai kakinya terasa kram, sampai kemudian dia sampai di pangkalan ojek dan naik ojek ke kantor. Namun bahkan walau begitu pria yang kejam, tidak punya hati dan membuatnya dalam masalah itu, kembali memperlihatkan jati diri. Iblish untuk Lia. 
Read more
14. Penyebab Kehancuran
Brakk! Tiba-tiba Lia yang baru saja keluar dari toilet, tertarik masuk kembali ke dalam. Dia kaget setengah mati dan syok dengan kejadian itu dalam sekejap. Namun belum juga selesai dengan kekagetannya, sesuatu menyusul seperti menghimpit lalu membungkamnya. Lia tak bisa berbuat banyak karena pergerakannya bahkan tanpa disadari sudah terkunci. "Cemburu eh?!" ujar Davin meledek setelah puas berbuat seenaknya pada Lia. Ah, ya pria itulah yang membuat Lia dalam posisi sekarang. Dia tiba-tiba datang, lalu dalam sekejap menarik Lia masuk ke dalam dan menguasainya. Tersenyum terlihat puas, apalagi saat melihat wajah yang tak berdaya Lia. Wajah itu bukannya membuatnya iba, tapi malah seperti menjadi kesenangan tersendiri bagi Davin bisa  menyaksikannya. "Sudah puas melakukannya?!" bentak Lia sambil kemudian bergerak memberontak. "Belum Lia. Apa yang terjadi den
Read more
15. Tidak Diperdulikan
Sesampainya di rumah Lia segera merenggangkan tubuhnya yang pegal, sebelum kemudian ke sofa dan duduk di sana untuk merebahkan tubuhnya ke sandaran sofa. "Mama capek ya?" tanya Raka yang juga ada di sana. Sebenarnya memang sebelum pulang Lia menyempatkan diri menjemput putranya di penitipan anak. "Iya sayang, jadi Mama mohon kamu jangan nakal dan mengacaukan rumah. Mama mau tidur sebentar bisa?" ujar Lia yang segera disetujui Raka dengan anggukan kepalanya. Namun namanya juga anak-anak mana mungkin semudah itu diberitahu. Anggukan kepala dan persetujuannya cuma angin lalu. Faktanya Raka mulai bosan dan mencari mainan baru yang semalam dibelikan oleh Davin. Menaruhnya di lantai lalu memainkannya. Begitu bosan, Raka tiba-tiba bangkit dan menendang satu-satu mainannya. Seolah sedang main bola, padahal yang sedang ditendangnya adalah mobil-mobilan. Davin kalau melihatnya pasti menyes
Read more
16. Peringatan Davin
Lia sudah tidak mood untuk makan lagi, walaupun sejak siang dia belum mengisi perutnya dengan apapun. Dia memang bisa saja memasak karena persediaan dapurnya masih penuh, tapi ucapan Davin membuatnya kehilangan selera. Usai membereskan meja makan dan mencuci piring kotor juga serangkaian alat masak yang sudah digunakan olehnya beberapa saat lalu, Lia cuma mengambil apel dari kulkas lalu meneguk air untuk dia minum. Hanya itu, karena setelahnya benar-benar tak ada lagi yang masuk ke perutnya. Beralih pada Raka, dia ke kamar putranya untuk melihat keadaanya. Biasanya sebelum tidur dia suka membacakan dongeng atau mengajaknya sikat gigi. Namun tepat saat Lia akan masuk, Davin keluar kamar dan menatapnya datar. "Dia sudah tidur. Jangan ganggu!" "Aku ibunya dan aku berhak memastikannya!" "Cukup Lia, jangan kekanakan. Kamu hanya ibu angkatnya bukan, setidaknya walaupun tak bisa menjadi
Read more
17. Menyesal
Lia bergetar pagi itu. Setiap menatap ke arah Davin dia ketakutan. Lima tahun lalu dia tak pernah menemukan sisi mantan suaminya yang kejam seperti itu, tapi sekarang dia bahkan merasakannya. Davin kasar, kejam, dan seperti monster menyiksanya. Sebelum keluar kamar, pria itu sempat melempar beberapa lembar uang pada wajahnya. Menghinanya dan tak lupa memperingatkan kalau dirinya tak ada bedanya dengan perempuan malam yang suka jual diri. Kali ini Lia lemah dan tak sanggup melawan. Untuk beberapa menit setelah Davin keluar, wanita itu menangis tersedu-sedu meratapi nasibnya. Benarkah dia takkan bisa lepas dari Davin dan selamanya akan hidup dalam penderitaannya. Lia terus menangis, meski tak meraung, tapi kali ini dia benar-benar terlihat rapuh dan tak berdaya. Andai saja dia tak segera mengingat Raka, mungkin dia takkan menemukan tumpuannya lagi atau mungkin tak sanggup hidup. "Tidak. Aku tidak bisa
Read more
18. Keegoisan Davin
Davin mengusap kepalanya kasar, lalu mendesah dengan berat. Pria itu sangat tertekan dengan fakta keguguran Lia, sebab walaupun sudah lama, tapi mimpi itu masih tak terkubur. Sampai sekarang itu masih ada, Davin dan Lia sejak menikah menginginkan momongan. 'Bagaimana sayang?' tanya Davin beberapa tahun lalu saat mereka masih bersama dan hubungan keduanya masih belum merenggang. 'Negatif lagi ....' Lia menundukkan kepalanya, matanya berkaca-kaca dan dia ingin menangis saat itu juga. Perempuan itu sedih dan disaat yang sama dia tak bisa menahannya lagi, sampai tubuhnya sedikit bergetar menahan isak tangisnya yang akhirnya pecah. Davin menghela nafasnya panjang kemudian tersenyum hangat dan menarik istrinya untuk dipeluk. 'Jangan menangis, kita sudah periksa bukan dan tak ada masalah apapun diantara kita. Artinya kita belum diberi kepercayaan saja untuk memiliki anak, atau mungkin kesempatan untuk pacaran lebih lama lagi!'
Read more
19. Hasutan Liona
Amel kembali mendatangi perusahaan putranya, bukan untuk melihat Davin, tapi untuk Lia. Benar, dia ke sana untuk mantan menantunya itu. Akan tetapi dia tak menemukan Lia di sana. Sudah tiga kali berturut-turut, hampir setiap harinya ke sana, tapi sampai sekarang Amel masih mendapatkan hasil yang mengecewakan. "Mama kemari untuk menemui Davin?" tanya Liona. Benar, itu adalah Liona bukan Lia. Sejak mengaku hamil anak Davin, wanita itu semakin menekan posisinya. Meski sudah lima tahun terus di status yang sama, masih tunangan Davin, tapi Liona malah bersikap seolah dia adalah nyonyanya Davin. "Apa urusanmu kesini, Liona? Aku ingat kau tidak bekerja di sini ...." Untuk sesaat Liona tak mampu menjawab pertanyaan itu, sampai bayangan Lia yang menjadi sekretaris Davin melayang di kepalanya. Wanita itu jadi punya ide dan bermaksud menjelek-jelekkan Lia dihadapan Amel. "Aku hanya menjaga Davin calon suamiku dari Lia, Ma. Hm, wanita mandul dan tukang selingkuh itu, sekarang sudah bekerja di
Read more
20. Mencari Papa
"Kamu kemana saja sih, beberapa hari ini? Aku lihat sekretarismu perempuan rendah-an itu juga tak ada di depan?" Liona menemui Davin. Sebenarnya dia sudah berusaha menjumpai tunangannya itu, sama seperti Amel yang berulang kali bertemu dengan Lia, maka Liona pun tak kalah dia menjumpai Davin. Di apartemen, rumah, tempat kerja dan bahkan menghubunginya lewat telepon. Davin tetap saja susah diajak bertemu, meski akhirnya usaha Liona tak sia-sia. "Jangan menggangguku dan pulanglah!" ujar Davin memperingatkan. Dia yang saat ini sibuk dengan setumpuk pekerjaannya, berkutat dengan laptop, sama sekali belum mengalihkan pandangannya untuk melihat Liona. Bagi Davin tunangannya itu sama sekali tak penting. "Aku tidak mau. Kamu tidak bisa mengusirku seperti ini!!" bantah Liona memberanikan diri bersikap tegas. Namun bukannya perduli atau menunjukkan ekspresi lain di wajahnya, setelah mendengar ucapan Liona, pria itu malah mengambil ponselnya lalu menghubungi asisten pribadinya. "Panggilkan
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status