Semua Bab Menantu Pahlawan Negara: Bab 21 - Bab 30

1620 Bab

Bab 21 Keluarga Basagita Hancur

Luna hampir tidak bisa menahan diri lagi, dia pun berkata dengan kesal, "Pak Ferry, kamu jangan keterlaluan. Hati-hati, aku akan lapor polisi.""Haha, kamu mengancamku?"Ferry tertawa terbahak-bahak, kemudian menampar wajah Luna.Luna yang menutup wajahnya ingin kabur, tetapi ditahan oleh Ferry. Sambil menunjuk ke arah meja, Ferry berkata, "Cepat tiduran di sana, hari ini aku akan melakukannya di sini. Dasar wanita jalang! Kenapa sok suci?""Cepat lepaskan aku!"Luna terus memberontak, tetapi dia tentu saja bukan tandingan seorang pria.Dalam keadaan panik, Luna mengangkat teko panas di meja, kemudian memukulkannya ke arah kepala Ferry."Ahh ... wanita sialan! Beraninya kamu memukulku? Aku akan membunuhmu."Sambil memegang kepalanya yang berdarah, Ferry menjerit kesakitan. Pada akhirnya, dia pun melepaskan Luna.Luna yang ketakutan segera membuang teko, lalu berlari keluar dari tempat itu dengan panik. Dengan perasaan takut, Luna berjalan dengan bengong dan tidak tahu harus pergi ke ma
Baca selengkapnya

Bab 22 Menghajar Ferry

Mengabaikan semua tatapan anggota Keluarga Basagita, Ardika mendekati Luna dan membantunya berdiri. Dia lalu berkata, "Sayang, ayo ikut aku pulang. Tenang saja, aku jamin kamu akan baik-baik saja."Sambil berbicara, Ardika juga membantu Desi untuk berdiri. Dia lalu membawa mereka keluar dari rumah Keluarga Basagita."Luna, kamu sudah memukul Ferry. Kalau nggak mau menyerahkan diri, memangnya kamu kira dirimu bisa kabur?""Mengorbankan dirimu untuk menjaga Keluarga Basagita, menjaga hari tua orang tuamu. Hehe, kamu harus memikirkannya dengan baik."Segala macam ancaman membuat wajah Luna makin pucat."Ardika, kamu bawa orang tuaku pulang dulu. Aku akan pergi menyerahkan diri."Setelah keluar dari rumah Keluarga Basagita, Luna tiba-tiba menggenggam tangan Ardika, lalu berkata sambil menangis, "Ke depannya, kamu harus menjaga orang tuaku dengan baik. Aku nggak percaya anggota Keluarga Basagita, tapi aku percaya denganmu."Ketika mendengarnya, Desi langsung panik.Dia mendorong Luna, lalu
Baca selengkapnya

Bab 23 Pamanku Adalah Wali Kota

"Apa yang kamu lakukan? Jangan bergerak!"Ferry tanpa sadar mundur selangkah, dia memelototi Ardika dengan pucat, lalu berkata, "Istrimu memukulku, jadi aku bisa membuatnya di penjara hingga seumur hidup.""Apakah kamu sedang mengancamku?"Ardika berjalan maju, lalu mengangkat tubuh Ferry.Bam!Kepala Ferry membentur jendela hingga pecah dan bergantung di luar. Namun, tubuhnya masih berada di dalam ruangan."Ah ...."Ferry menjerit dengan keras.Dia terus memberontak, tetapi tubuhnya tersangkut di jendela sehingga tidak bisa keluar.Wajah yang gendut itu berlumuran darah karena tergores pecahan kaca."Aku adalah direktur Departemen PUPR. Beraninya seorang idiot memukulku! Kalian sekeluarga pasti akan mati ...."Ardika tidak menjawab, tetapi dia langsung menendang Ferry."Ah ...."Tubuh bagian atas Ferry juga keluar dari jendela.Rangka logam sedikit bengkok karena benturan yang keras. Ferry merasakan tulang di seluruh tubuhnya sudah patah.Ardika tidak berbicara. Dia berjalan keluar da
Baca selengkapnya

Bab 24 Menghukum Keluarga Sendiri

Mata semua orang terbelalak.Apa yang terjadi? Keponakannya dihajar setengah mati, lalu diinjak-injak, kenapa Ridwan sang wali kota tidak menangkap pelakunya? Kenapa Ridwan malah memarahi keponakannya sendiri?Ridwan menggertakkan giginya dengan tatapan tajam."Paman Ridwan, kamu nggak lihat, ya? Aku hampir saja dipukul sampai mati oleh Ardika," teriak Ferry dengan sedih."Kamu pantas menerimanya!"Melihat Ardika tidak menunjukkan ekspresi apa pun, Ridwan pun memutuskan dalam hati. Dia melihat sekeliling, lalu berjalan ke depan seorang staf. Ridwan langsung merebut tongkat yang ada di tangan orang tersebut.Tongkat ini awalnya akan digunakan untuk memukul Ardika, tetapi tidak jadi.Pada saat ini, Ridwan mengangkatnya tinggi-tinggi. Di depan ratusan orang yang menunjukkan ekspresi tidak percaya, dia langsung memukul Ferry dengan keras."Ah ...."Ferry menjerit kesakitan.Masih belum selesai. Ridwan kembali memukul Ferry dengan keras, Ferry yang kesakitan terus berguling di lantai dan me
Baca selengkapnya

Bab 25 Bersikap Sopan dan Hormat

Setelah memelototi istrinya sendiri, Ferry pun menoleh ke arah Luna yang ketakutan. Dia segera membungkuk dan berkata, "Nona Luna, mohon maaf. Anda nggak perlu menyerahkan diri, saya memang pantas dipukul oleh Anda. Saya pantas dipukul."Selesai berkata, Ferry kembali menampar wajahnya sendiri beberapa kali.Melani yang berada di samping juga bengong ketika melihatnya. Namun, dia tidak berani bersuara, karena tahu bahwa suaminya sudah menyinggung orang yang menyeramkan."Pak Ferry, ini, ini ...."Luna dan orang tuanya juga bingung. Ketika melihat Ardika datang, Luna segera bertanya, "Ardika, apa yang terjadi?""Aku pergi ke Departemen PUPR untuk menghajarnya, dia pun setuju nggak balas dendam lagi," jawab Ardika sambil tersenyum.Mereka baru sadar bahwa tubuh Ferry dipenuhi oleh luka. Ferry berkata dengan takut, "Betul, Tuan Ardika sudah memberi saya pelajaran. Nona Luna, saya tahu saya salah, saya nggak akan mengulanginya lagi.""Pak Ferry nggak akan balas dendam lagi, ya?"Luna berta
Baca selengkapnya

Bab 26 Bertemu Jenny Lagi

Juna buru-buru mengelap keringat dinginnya.Dia tidak seharusnya bersikap terburu-buru.Ke depannya, setelah Ardika tinggal di Vila Cakrawala, Juna masih punya banyak kesempatan untuk mendekatinya."Baik, baik. Saya akan segera menyiapkan kontrak jual beli."Melihat Ardika mengangguk, Juna pun pergi dengan lega."Aku pergi ke toilet dulu," ucap Ardika kepada Jesika sebelum berjalan pergi.Jesika tentu saja tidak mengikutinya."Oh, bukankah ini Ardika yang berpura-pura menjadi direktur utama? Kenapa datang ke Toko Perabot Ultima?"Ketika Ardika ingin masuk ke dalam toilet, suara wanita yang sinis pun terdengar.Jenny berjalan ke hadapan Ardika dengan sepatu hak tinggi serta menunjukkan ekspresi hina.Ardika tidak memiliki kesan baik dengan wanita ini. Awalnya, dia tidak ingin memedulikannya, tetapi melihat Jenny yang ingin menghalanginya, Ardika pun tersenyum dan berkata, "Aku datang bertemu dengan Juna untuk memilih perabot rumah, ada apa?"Jenny menunjukkan ekspresi hina. Beraninya se
Baca selengkapnya

Bab 27 Aku Tidak Akrab Dengannya

Melihat Juna mengambil dokumen CV-nya, Jenny merasa sangat senang.Dia menatap Ardika dengan mata terbelalak.Jenny langsung lolos wawancara hanya karena satu kata dari Ardika.Siapa sebenarnya orang ini?Ardika sudah masuk ke dalam toilet, tetapi suaranya tiba-tiba terdengar dari dalam."Aku nggak akrab dengannya."Seketika, wajah Jenny dipenuhi ekspresi putus asa.Sebab dia melihat Juna merobek CV-nya...."Pak Ardika, hati-hati di jalan."Ketika Juna dan Dennis mengantar Ardika keluar dari Toko Perabot Ultima, dia melihat Jenny diusir keluar oleh dua orang satpam.Melihat Ardika duduk di dalam mobil bersama Jesika, Jenny langsung mendekatinya. Dia berteriak sambil menangis, "Ardika, aku salah. Aku nggak seharusnya memarahimu, nggak seharusnya mengusirmu. Tolong maafkan aku.""Tolong kasih tahu Pak Juna agar aku bisa menjadi sekretarisnya. Aku mohon padamu."Setelah melihat Ardika tidak menunjukkan ekspresi apa pun, Jesika pun berkata dengan nada dingin, "Jalan!"Setelah menutup kaca
Baca selengkapnya

Bab 28 Bertaruh

Tuan Besar Basagita menunjuk ke arah sebuah vila di pinggir danau sambil berkata, "Apakah itu Vila Cakrawala?""Bukan, itu adalah rumah milik Komandan Draco yang baru menjabat di Departemen Militer Kota Banyuli. Vila Cakrawala ada di sana," jawab petugas sambil menunjuk ke sebuah bangunan berlantai dua di sekitar."Kalau begitu, setelah tinggal di sini, kita akan menjadi tetangga Komandan Draco." Ketika mendengarnya, kedua mata Yanto dan keluarganya langsung berbinar.Di dalam Vila Cakrawala, Ardika sedang mengajak Luna dan yang lain melihat vilanya.Sebenarnya mereka belum resmi pindah ke vila ini. Hanya saja, demi pamer, ibu mertuanya terus menyebarkan bahwa mereka akan segera pindah ke vila ini."Astaga, dapur yang terbuka ini besar sekali. Ruang makannya juga sangat besar. Kalau nggak, kita langsung pindah saja hari ini."Desi terus meraba berbagai tempat dengan ekspresi tersenyum lebar.Luna hanya bisa tersenyum tak berdaya sambil berkata, "Bu, kamu terlalu buru-buru. Perabot yang
Baca selengkapnya

Bab 29 Perabot Seharga 60 Miliar

Wisnu ingin memenangkan Vila Cakrawala tanpa mengeluarkan uang.Ardika hanya tersenyum sambil mengangguk, lalu berkata, "Baik ...."Lalu, ucapannya langsung dihentikan sebelum selesai bicara."Baik apanya?"Desi memelototi Ardika, lalu berkata, "Kami nggak mau bertaruh. Vila Cakrawala sejak awal adalah milik kami. Wisnu, jangan mimpi."Wisnu pun berkata, "Memangnya aku bodoh? Aku hanya mempermainkan menantu idiotmu ini. Dasar keluarga miskin, kalau nggak berani bertaruh, diam saja. Jangan membual di depanku."Ucapan Wisnu membuat Desi merasa malu dan juga kesal. Namun, Desi tidak bisa membalasnya dan hanya bisa kesal sendiri.Ardika berkata dengan nada dingin, "Jaga mulutmu, Wisnu! Lalu, apakah taruhannya masih berlaku?"Wisnu tertegun, dia tidak menyangka Ardika berani bertaruh dengannya.Sambil tersenyum, dia menatap Ardika dengan tatapan bodoh sambil berkata, "Kalau kamu masih ingin bertaruh, tentu saja masih berlaku.""Ardika, jangan gegabah."Luna segera menghentikan Ardika. Meski
Baca selengkapnya

Bab 30 Mengusir

"Shh!"Semua orang menarik napas dalam-dalam, bahkan Luna dan keluarganya juga terkejut.Ekspresi anggota Keluarga Basagita menjadi sangat menarik.Sebelumnya, mereka terus menertawakan Ardika dan bilang kalau dia tidak sanggup membeli perabot mahal. Sekarang, harga satu set perabot ruang kerja saja sudah senilai 20 miliar lebih.Ardika datang ke hadapan Tuan Besar Basagita, lalu bertanya sambil tersenyum, "Tuan Besar, rumah ini besar nggak?""Besar, bukan hanya bangunan yang besar, bahkan danau di luar sana juga sangat luas. Hehe."Sikap Tuan Besar Basagita terhadap Ardika menjadi lebih sopan.Ardika lalu bertanya lagi sambil tersenyum, "Mahal nggak?""Tentu saja, vila seharga 100 miliar juga bukan sesuatu yang bisa diimpikan semua orang."Ardika kembali melanjutkan, "Kalau tinggal di sini, pasti akan sangat bergengsi, 'kan?""Tentu saja. Di seluruh Kota Banyuli, hanya sedikit keluarga yang bisa membelinya."Tuan Besar Basagita terus mengangguk. Dia mengira Ardika bertanya seperti itu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
162
DMCA.com Protection Status