Home / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Chapter 1921 - Chapter 1926

All Chapters of Menantu Pahlawan Negara: Chapter 1921 - Chapter 1926

1926 Chapters

Bab 1921 Sekelompok Orang Lemah

Namun, di mata Ruth dan yang lainnya, pertunjukan Valtino ini adalah gambaran lain.Saat ini, ekspresi Ruth sudah berubah menjadi sangat ganas.Sementara itu, beberapa orang kepercayaan yang mengikutinya kemari, juga memelototi Ardika dengan niat membunuh yang kuat.Si Ardika ini benar-benar cari mati!Keluarga Halim sudah berkuasa di ibu kota provinsi selama bertahun-tahun. Dari dulu, hanya mereka yang menindas orang lain, sekarang satu-satunya generasi muda Keluarga Halim malah ditindas oleh orang lain!Kalau si Ardika ini tidak dihabisi, bagaimana Keluarga Halim bisa bertahan di dunia preman ibu kota provinsi kelak? Bagaimana mereka bisa memerintah para anak buah mereka lagi?"Nona Ruth, serang saja!""Si Ardika ini benar-benar arogan, kita harus membuatnya membayar harganya!""Berani memprovokasi Keluarga Halim, bagaimana cara matinya pun benar-benar nggak diketahui!""Dia sudah melakukan tindak kejahatan di bawah pengawasan murid Yang Mulia! Biarpun dia dihabisi, murid Yang Mulia
Read more

Bab 1922 Tokoh Antagonis Kebanyakan Mati Daripada Hidup

"Eh, Ardika, apa lagi yang kamu tunggu? Cepat berlutut!""Bisa-bisanya kamu nggak sadar diri, memangnya kamu pikir kamu siapa? Siapa yang memberimu keberanian untuk melawan Keluarga Halim?""Benar-benar nggak tahu diri ...."Saat ini, orang-orang Keluarga Halim lainnya juga ikut melontarkan ejekan terhadap Ardika, ekspresi mempermainkan menghiasi wajah mereka.Saat ini, bagi mereka, Ardika sudah dalam kendali mereka, tidak akan bisa melarikan diri.Karena itulah, mereka mempermalukan Ardika sepuas hati mereka, menginjak-injak harga diri dan martabat pria itu!Ruth juga menyunggingkan seulas senyum dingin penuh kemenangan. "Eh, bajingan kecil, ini adalah harga yang harus kamu bayar karena berani menyentuh Valtino!""Di kehidupan selanjutnya, kamu harus ingat baik-baik, jangan menyinggung orang nggak bisa kamu singgung!""Oh? Kehidupan selanjutnya?"Ardika tertawa dan berkata, "Ruth, apa ini adalah karakter asli Keluarga Halim? Membiarkan keponakanmu merengek, berguling-guling di tanah d
Read more

Bab 1923 Mati Seperti Pecundang

"Si Ardika ini hanya ingin menyanderaku untuk membebaskan diri, dia nggak akan berani melakukan apa pun terhadapku!""Sayang sekali, kejadian tadi malam nggak akan terulang lagi!""Bibi, jangan ragu lagi, langsung tembak saja!"Mendengar ucapan ini, tangan dan kaki Levin terasa makin dingin. Diliputi oleh perasaan ketakutan, jantungnya berdebar dengan kencang.Dia tidak menyangka Valtino berani bertindak sejauh ini."Oh? Apa yang membuatmu berilusi aku nggak berani melakukan apa pun terhadapmu?"Tepat pada saat ini, Ardika tiba-tiba bersuara.Suara dinginnya memberi kesan takut pada orang lain.Secara naluriah, Valtino mencibir dan berkata, "Eh, Ardika, kamu coba saja sentuh aku ...."Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Ardika tiba-tiba mengangkat kakinya, lalu mendaratkannya ke tenggorokan Valtino dengan cepat."Krak ...."Ekspresi niat membunuh kuat Valtino itu menegang.Kilatan tidak percaya, kebingungan, kebencian, penyesalan berpadu menjadi satu melintas di matanya. Kemudia
Read more

Bab 1924 Bagi yang Menghalangiku Mati

Saat ini, mendengar ucapan santai Ardika, sekujur tubuhnya gemetaran sejenak.Kemudian, api amarah tampak jelas di matanya."Dasar bajingan, kamu cari mati! Kamu benar-benar cari mati! Ahhhh!"Ruth tiba-tiba saja mengangkat kepalanya, menatap Ardika dengan sorot mata tajam dan berteriak dengan suara melengking seperti orang gila.Kematian Valtino langsung menghancurkan pertahanan mentalnya, membuatnya kehilangan kemampuan berpikir logikanya sepenuhnya."Habisi dia!""Habisi dia dengan pedang! Potong-potong dia!""Aku nggak peduli cara apa pun yang kalian gunakan, aku mau melihatnya berubah menjadi mayat dalam satu menit!"Seolah sudah menggila, Ruth menunjuk Ardika sambil berteriak dengan suara melengking, sama sekali tidak berbicara logika lagi.Habisi dengan pedang!Dipotong-potong!Kalau begitu, mereka tidak bisa menggunakan senjata api.Tanpa banyak bicara, beberapa orang kepercayaan di sekitar Ruth segera mengeluarkan pedang panjang yang terselip di pinggang mereka, lalu menerjang
Read more

Bab 1925 Amarah Sirilus

"Ahhh ...."Seiring dengan terdengarnya suara teriakan menyedihkan beberapa orang, para anak buah yang melindungi Ruth, semuanya terjatuh ke tanah.Ruth sudah hampir memasuki halaman, mendengar suara-suara di arah belakangnya, secara naluriah, dia menoleh untuk melirik sekilas. Saat itu juga, dia langsung berteriak dengan suara melengking saking ketakutannya."Sebenarnya monster seperti apa kamu ini?!""Kak Sirilus, tolong aku!"Sambil berteriak dengan suara melengking, dia berlari memasuki halaman tersebut seperti orang gila.Detik berikutnya, sosok bayangan yang tinggi dan tegap muncul di depan pintu."Kak Sirilus!"Satu kaki Ruth sudah melangkah masuk, melihat Sirilus, kakaknya, yang muncul tepat waktu, ketakutan yang terlihat di wajahnya sedikit mereda.Sirilus melirik Ardika yang tengah mengejar adiknya dengan sorot mata dingin dan menegur dengan marah, "Bajingan! Hentikan! Tempat ini bukanlah tempat kamu bisa bertindak sesuka hatimu!""Kak Sirilus, bunuh dia! Dia sudah membunuh V
Read more

Bab 1926 Takdir Hukum Rimba

"Sirilus, kematian putramu dan adikmu adalah hasil dari perbuatan mereka sendiri, nggak bisa menyalahkan orang lain.""Jadi, Sirilus, sekarang kamu menunjukkan ekspresi seolah-olah nggak bersalah, sedih sekaligus marah ini untuk ditunjukkan kepada siapa?""Kalau kamu ingin menunjukkannya kepada Gina, kamu sudah ditakdirkan akan menelan kekecewaan.""Jangankan dia, hari ini bahkan Vanya sendiri yang datang pun, Keluarga Halim juga harus mati.""Ya, benar! Keluarga Halim, termasuk kamu!"Saat mengucapkan kalimat terakhirnya, akhirnya Ardika menunjukkan sedikit niat membunuh.Valtino dan Ruth sudah mati di tangannya.Dendam mendalam antara dirinya dengan Keluarga Halim, sudah tidak mungkin bisa dihilangkan lagi.Jafi, Ardika tidak berencana untuk membiarkan Sirilus tetap hidup.Mendengar ucapan Ardika, kelopak mata Sirilus melompat sejenak. Kemudian, ekspresi sedih sekaligus marah di wajahnya menghilang tanpa meninggalkan jejak.Ekspresi pria paruh baya itu berubah menjadi sangat tenang.
Read more
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status