Saat ini, mendengar ucapan santai Ardika, sekujur tubuhnya gemetaran sejenak.Kemudian, api amarah tampak jelas di matanya."Dasar bajingan, kamu cari mati! Kamu benar-benar cari mati! Ahhhh!"Ruth tiba-tiba saja mengangkat kepalanya, menatap Ardika dengan sorot mata tajam dan berteriak dengan suara melengking seperti orang gila.Kematian Valtino langsung menghancurkan pertahanan mentalnya, membuatnya kehilangan kemampuan berpikir logikanya sepenuhnya."Habisi dia!""Habisi dia dengan pedang! Potong-potong dia!""Aku nggak peduli cara apa pun yang kalian gunakan, aku mau melihatnya berubah menjadi mayat dalam satu menit!"Seolah sudah menggila, Ruth menunjuk Ardika sambil berteriak dengan suara melengking, sama sekali tidak berbicara logika lagi.Habisi dengan pedang!Dipotong-potong!Kalau begitu, mereka tidak bisa menggunakan senjata api.Tanpa banyak bicara, beberapa orang kepercayaan di sekitar Ruth segera mengeluarkan pedang panjang yang terselip di pinggang mereka, lalu menerjang
"Ahhh ...."Seiring dengan terdengarnya suara teriakan menyedihkan beberapa orang, para anak buah yang melindungi Ruth, semuanya terjatuh ke tanah.Ruth sudah hampir memasuki halaman, mendengar suara-suara di arah belakangnya, secara naluriah, dia menoleh untuk melirik sekilas. Saat itu juga, dia langsung berteriak dengan suara melengking saking ketakutannya."Sebenarnya monster seperti apa kamu ini?!""Kak Sirilus, tolong aku!"Sambil berteriak dengan suara melengking, dia berlari memasuki halaman tersebut seperti orang gila.Detik berikutnya, sosok bayangan yang tinggi dan tegap muncul di depan pintu."Kak Sirilus!"Satu kaki Ruth sudah melangkah masuk, melihat Sirilus, kakaknya, yang muncul tepat waktu, ketakutan yang terlihat di wajahnya sedikit mereda.Sirilus melirik Ardika yang tengah mengejar adiknya dengan sorot mata dingin dan menegur dengan marah, "Bajingan! Hentikan! Tempat ini bukanlah tempat kamu bisa bertindak sesuka hatimu!""Kak Sirilus, bunuh dia! Dia sudah membunuh V
"Sirilus, kematian putramu dan adikmu adalah hasil dari perbuatan mereka sendiri, nggak bisa menyalahkan orang lain.""Jadi, Sirilus, sekarang kamu menunjukkan ekspresi seolah-olah nggak bersalah, sedih sekaligus marah ini untuk ditunjukkan kepada siapa?""Kalau kamu ingin menunjukkannya kepada Gina, kamu sudah ditakdirkan akan menelan kekecewaan.""Jangankan dia, hari ini bahkan Vanya sendiri yang datang pun, Keluarga Halim juga harus mati.""Ya, benar! Keluarga Halim, termasuk kamu!"Saat mengucapkan kalimat terakhirnya, akhirnya Ardika menunjukkan sedikit niat membunuh.Valtino dan Ruth sudah mati di tangannya.Dendam mendalam antara dirinya dengan Keluarga Halim, sudah tidak mungkin bisa dihilangkan lagi.Jafi, Ardika tidak berencana untuk membiarkan Sirilus tetap hidup.Mendengar ucapan Ardika, kelopak mata Sirilus melompat sejenak. Kemudian, ekspresi sedih sekaligus marah di wajahnya menghilang tanpa meninggalkan jejak.Ekspresi pria paruh baya itu berubah menjadi sangat tenang.
Selesai berbicara, Sirilus melambaikan tangannya."Syuu!"Saat itu juga, pedang panjang di pinggang seorang anggota Organisasi Snakei terbang dan mendarat dalam genggamannya.Aura membunuh yang kuat langsung meledak dari dalam tubuh Sirilus.Saat ini, dia tidak menyembunyikan pemikirannya yang sesungguhnya lagi.Memangnya kenapa kalau Ardika adalah orang yang diundang oleh Ratu Ular untuk menjabat sebagai ketua cabang?Dia ingin membunuh Ardika dan naik jabatan!"Oh? Takdir Hukum Rimba? Siapa yang lemah akan tersingkirkan?"Ardika menunjukkan ekspresi mempermainkan. "Hmm, peraturan yang cukup bagus. Kalau begitu, kamu serang saja. Kebetulan aku menjabat sebagai ketua, juga perlu membunuh orang untuk menunjukkan wibawaku.""Sirilus, kamu adalah seorang ketua cabang Provinsi Denpapan, boleh dibilang sudah memenuhi kualifikasi untuk menjadi batu loncatanku."Membunuh orang untuk menunjukkan wibawa?Menjadikan Sirilus, sang ketua cabang sebagai batu loncatan?Begitu mendengar ucapan arogan
Serangan pedang tadi, tidak menggunakan jurus atau teknik tertentu.Keduanya hanya bersaing dalam hal kekuatan.Orang-orang yang cerdas bisa melihat dengan jelas, dalam serangan ini, Ardika yang unggul.Paling tidak, dalam persaingan kekuatan, Sirilus kalah telak!Inilah yang benar-benar mengejutkan.Perlu diketahui bahwa kondisi tubuh fisik Sirilus sangat kuat, belum menunjukkan tanda-tanda melemah karena faktor usia.Akan tetapi, Ardika malah bisa mengunggulinya. Hal ini benar-benar mengejutkan!Saat ini, ekspresi Sirilus juga tampak sangat muram.Akhirnya, dia sudah menyadari betapa kuatnya dan betapa menakutkannya kekuatan Ardika!Benturan tadi menyebabkan dirinya mengalami luka dalam yang serius. Saat ini, dia merasakan organ dalamnya tengah bergejolak, kedua kakinya juga sedikit bergetar tanpa henti.Sirilus sudah mengerti, tadi kalau orang lain bukan dirinya, maka saat ini pasti sudah menjadi mayat.Setelah menarik napas dalam-dalam, Sirilus berkata dengan dingin dan gigi terkat
Seolah-olah sudah menemukan penyelamatnya, Sirilus berkata dengan senang, "Terima kasih, Bu Gina ....""Pffttt!"Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, pedang dalam genggaman Ardika tiba-tiba terbang, langsung menembus dada Sirilus, menyebabkan pria itu seperti terpaku di depan pintu."Uh ... uh ...."Sirilus berteriak dengan menyedihkan. Dia menatap Ardika dengan tatapan tidak percaya. "Kamu ... berani-beraninya kamu membunuhku?!"Dia sama sekali tidak menyangka, Gina saja sudah maju dan memohon untuknya, tetapi Ardika tetap menyerangnya tanpa ragu."Sudah kubilang, sejak Keluarga Halim menyusun jebakan untuk membunuhku, seharusnya kalian sudah mempersiapkan mental kalian untuk menghadapi serangan balik dariku.""Hari ini, biarpun Vanya sendiri yang datang, juga nggak akan bisa menyelamatkanmu."Ardika melangkah maju tanpa ekspresi."Nggak!""Bu Gina, selamatkan aku!"Sambil muntah darah, Sirilus terus memohon tanpa henti.Namun, permohonannya itu tidak membuahkan hasil.Ardika me
"Eh, Ardika ... kamu!"Anggota kantor pusat Organisasi Snakei lainnya terkejut sekaligus marah.Mereka tidak menyangka Ardika bahkan berani menyerang mereka.Perlu diketahui sebelumnya saat bertemu dengan mereka, Sirilus juga bersikap sopan pada mereka.Sementara itu, tanpa banyak bicara, Ardika langsung melayangkan tamparan. Bisa-bisanya perlakuan Ardika terhadap mereka dan terhadap orang-orang Keluarga Halim itu, tidak ada bedanya.Bagaimana mungkin perlakuan seperti ini bisa diterima oleh anggota kantor pusat Organisasi Snakei yang pada dasarnya sudah arogan dan bangga pada diri sendiri itu?"Harap Bu Gina turun tangan untuk mengendalikan bocah itu!""Dia sudah bertindak semena-mena, harus diberi pelajaran dan peringatan!"Satu per satu dari mereka mengalihkan pandangan mereka ke arah Gina, berharap Gina turun tangan."Cukup!"Saat ini, Gina yang sedari tadi tidak bersuara, tiba-tiba memasang ekspresi muram dan menegur dengan marah. "Dasar sekelompok pecundang! Biasanya, kalian sela
"Sayang, ini terakhir kali aku memandikanmu ....""Kita sudah menikah tiga tahun, tapi kita masih belum pernah bercinta ....""Sebelum bercerai, aku ingin memberikan malam pertamaku kepadamu ...."Ardika Mahasura duduk di dalam bak mandi, Luna Basagita yang bertubuh seksi sedang duduk di belakangnya. Kedua tangannya yang putih mulus itu sedang menggosok tubuh Ardika.Ketika air membasahi tubuh mereka, aroma yang harum pun memenuhi udara.Luna mengoleskan sabun mandi ke tubuh yang kekar itu, ketika kedua tangannya melewati otot perut Ardika, wajah Luna langsung merona.Namun, ketika melihat wajah Ardika, rasa sedih membuat air mata Luna ikut terjatuh.Saat ini, Ardika sedang memiringkan kepalanya. Wajah yang tampan itu terlihat bengong, air liur juga menetes dari sudut mulutnya. Dia benar-benar seorang idiot."Sayang, apa yang terjadi selama tiga tahun ini? Kenapa kamu menjadi seperti ini?" ucap Luna sambil terisak.Tiga tahun lalu, Ardika tiba-tiba menghilang di malam pertama mereka.D
"Eh, Ardika ... kamu!"Anggota kantor pusat Organisasi Snakei lainnya terkejut sekaligus marah.Mereka tidak menyangka Ardika bahkan berani menyerang mereka.Perlu diketahui sebelumnya saat bertemu dengan mereka, Sirilus juga bersikap sopan pada mereka.Sementara itu, tanpa banyak bicara, Ardika langsung melayangkan tamparan. Bisa-bisanya perlakuan Ardika terhadap mereka dan terhadap orang-orang Keluarga Halim itu, tidak ada bedanya.Bagaimana mungkin perlakuan seperti ini bisa diterima oleh anggota kantor pusat Organisasi Snakei yang pada dasarnya sudah arogan dan bangga pada diri sendiri itu?"Harap Bu Gina turun tangan untuk mengendalikan bocah itu!""Dia sudah bertindak semena-mena, harus diberi pelajaran dan peringatan!"Satu per satu dari mereka mengalihkan pandangan mereka ke arah Gina, berharap Gina turun tangan."Cukup!"Saat ini, Gina yang sedari tadi tidak bersuara, tiba-tiba memasang ekspresi muram dan menegur dengan marah. "Dasar sekelompok pecundang! Biasanya, kalian sela
Seolah-olah sudah menemukan penyelamatnya, Sirilus berkata dengan senang, "Terima kasih, Bu Gina ....""Pffttt!"Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, pedang dalam genggaman Ardika tiba-tiba terbang, langsung menembus dada Sirilus, menyebabkan pria itu seperti terpaku di depan pintu."Uh ... uh ...."Sirilus berteriak dengan menyedihkan. Dia menatap Ardika dengan tatapan tidak percaya. "Kamu ... berani-beraninya kamu membunuhku?!"Dia sama sekali tidak menyangka, Gina saja sudah maju dan memohon untuknya, tetapi Ardika tetap menyerangnya tanpa ragu."Sudah kubilang, sejak Keluarga Halim menyusun jebakan untuk membunuhku, seharusnya kalian sudah mempersiapkan mental kalian untuk menghadapi serangan balik dariku.""Hari ini, biarpun Vanya sendiri yang datang, juga nggak akan bisa menyelamatkanmu."Ardika melangkah maju tanpa ekspresi."Nggak!""Bu Gina, selamatkan aku!"Sambil muntah darah, Sirilus terus memohon tanpa henti.Namun, permohonannya itu tidak membuahkan hasil.Ardika me
Serangan pedang tadi, tidak menggunakan jurus atau teknik tertentu.Keduanya hanya bersaing dalam hal kekuatan.Orang-orang yang cerdas bisa melihat dengan jelas, dalam serangan ini, Ardika yang unggul.Paling tidak, dalam persaingan kekuatan, Sirilus kalah telak!Inilah yang benar-benar mengejutkan.Perlu diketahui bahwa kondisi tubuh fisik Sirilus sangat kuat, belum menunjukkan tanda-tanda melemah karena faktor usia.Akan tetapi, Ardika malah bisa mengunggulinya. Hal ini benar-benar mengejutkan!Saat ini, ekspresi Sirilus juga tampak sangat muram.Akhirnya, dia sudah menyadari betapa kuatnya dan betapa menakutkannya kekuatan Ardika!Benturan tadi menyebabkan dirinya mengalami luka dalam yang serius. Saat ini, dia merasakan organ dalamnya tengah bergejolak, kedua kakinya juga sedikit bergetar tanpa henti.Sirilus sudah mengerti, tadi kalau orang lain bukan dirinya, maka saat ini pasti sudah menjadi mayat.Setelah menarik napas dalam-dalam, Sirilus berkata dengan dingin dan gigi terkat
Selesai berbicara, Sirilus melambaikan tangannya."Syuu!"Saat itu juga, pedang panjang di pinggang seorang anggota Organisasi Snakei terbang dan mendarat dalam genggamannya.Aura membunuh yang kuat langsung meledak dari dalam tubuh Sirilus.Saat ini, dia tidak menyembunyikan pemikirannya yang sesungguhnya lagi.Memangnya kenapa kalau Ardika adalah orang yang diundang oleh Ratu Ular untuk menjabat sebagai ketua cabang?Dia ingin membunuh Ardika dan naik jabatan!"Oh? Takdir Hukum Rimba? Siapa yang lemah akan tersingkirkan?"Ardika menunjukkan ekspresi mempermainkan. "Hmm, peraturan yang cukup bagus. Kalau begitu, kamu serang saja. Kebetulan aku menjabat sebagai ketua, juga perlu membunuh orang untuk menunjukkan wibawaku.""Sirilus, kamu adalah seorang ketua cabang Provinsi Denpapan, boleh dibilang sudah memenuhi kualifikasi untuk menjadi batu loncatanku."Membunuh orang untuk menunjukkan wibawa?Menjadikan Sirilus, sang ketua cabang sebagai batu loncatan?Begitu mendengar ucapan arogan
"Sirilus, kematian putramu dan adikmu adalah hasil dari perbuatan mereka sendiri, nggak bisa menyalahkan orang lain.""Jadi, Sirilus, sekarang kamu menunjukkan ekspresi seolah-olah nggak bersalah, sedih sekaligus marah ini untuk ditunjukkan kepada siapa?""Kalau kamu ingin menunjukkannya kepada Gina, kamu sudah ditakdirkan akan menelan kekecewaan.""Jangankan dia, hari ini bahkan Vanya sendiri yang datang pun, Keluarga Halim juga harus mati.""Ya, benar! Keluarga Halim, termasuk kamu!"Saat mengucapkan kalimat terakhirnya, akhirnya Ardika menunjukkan sedikit niat membunuh.Valtino dan Ruth sudah mati di tangannya.Dendam mendalam antara dirinya dengan Keluarga Halim, sudah tidak mungkin bisa dihilangkan lagi.Jafi, Ardika tidak berencana untuk membiarkan Sirilus tetap hidup.Mendengar ucapan Ardika, kelopak mata Sirilus melompat sejenak. Kemudian, ekspresi sedih sekaligus marah di wajahnya menghilang tanpa meninggalkan jejak.Ekspresi pria paruh baya itu berubah menjadi sangat tenang.
"Ahhh ...."Seiring dengan terdengarnya suara teriakan menyedihkan beberapa orang, para anak buah yang melindungi Ruth, semuanya terjatuh ke tanah.Ruth sudah hampir memasuki halaman, mendengar suara-suara di arah belakangnya, secara naluriah, dia menoleh untuk melirik sekilas. Saat itu juga, dia langsung berteriak dengan suara melengking saking ketakutannya."Sebenarnya monster seperti apa kamu ini?!""Kak Sirilus, tolong aku!"Sambil berteriak dengan suara melengking, dia berlari memasuki halaman tersebut seperti orang gila.Detik berikutnya, sosok bayangan yang tinggi dan tegap muncul di depan pintu."Kak Sirilus!"Satu kaki Ruth sudah melangkah masuk, melihat Sirilus, kakaknya, yang muncul tepat waktu, ketakutan yang terlihat di wajahnya sedikit mereda.Sirilus melirik Ardika yang tengah mengejar adiknya dengan sorot mata dingin dan menegur dengan marah, "Bajingan! Hentikan! Tempat ini bukanlah tempat kamu bisa bertindak sesuka hatimu!""Kak Sirilus, bunuh dia! Dia sudah membunuh V
Saat ini, mendengar ucapan santai Ardika, sekujur tubuhnya gemetaran sejenak.Kemudian, api amarah tampak jelas di matanya."Dasar bajingan, kamu cari mati! Kamu benar-benar cari mati! Ahhhh!"Ruth tiba-tiba saja mengangkat kepalanya, menatap Ardika dengan sorot mata tajam dan berteriak dengan suara melengking seperti orang gila.Kematian Valtino langsung menghancurkan pertahanan mentalnya, membuatnya kehilangan kemampuan berpikir logikanya sepenuhnya."Habisi dia!""Habisi dia dengan pedang! Potong-potong dia!""Aku nggak peduli cara apa pun yang kalian gunakan, aku mau melihatnya berubah menjadi mayat dalam satu menit!"Seolah sudah menggila, Ruth menunjuk Ardika sambil berteriak dengan suara melengking, sama sekali tidak berbicara logika lagi.Habisi dengan pedang!Dipotong-potong!Kalau begitu, mereka tidak bisa menggunakan senjata api.Tanpa banyak bicara, beberapa orang kepercayaan di sekitar Ruth segera mengeluarkan pedang panjang yang terselip di pinggang mereka, lalu menerjang
"Si Ardika ini hanya ingin menyanderaku untuk membebaskan diri, dia nggak akan berani melakukan apa pun terhadapku!""Sayang sekali, kejadian tadi malam nggak akan terulang lagi!""Bibi, jangan ragu lagi, langsung tembak saja!"Mendengar ucapan ini, tangan dan kaki Levin terasa makin dingin. Diliputi oleh perasaan ketakutan, jantungnya berdebar dengan kencang.Dia tidak menyangka Valtino berani bertindak sejauh ini."Oh? Apa yang membuatmu berilusi aku nggak berani melakukan apa pun terhadapmu?"Tepat pada saat ini, Ardika tiba-tiba bersuara.Suara dinginnya memberi kesan takut pada orang lain.Secara naluriah, Valtino mencibir dan berkata, "Eh, Ardika, kamu coba saja sentuh aku ...."Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Ardika tiba-tiba mengangkat kakinya, lalu mendaratkannya ke tenggorokan Valtino dengan cepat."Krak ...."Ekspresi niat membunuh kuat Valtino itu menegang.Kilatan tidak percaya, kebingungan, kebencian, penyesalan berpadu menjadi satu melintas di matanya. Kemudia
"Eh, Ardika, apa lagi yang kamu tunggu? Cepat berlutut!""Bisa-bisanya kamu nggak sadar diri, memangnya kamu pikir kamu siapa? Siapa yang memberimu keberanian untuk melawan Keluarga Halim?""Benar-benar nggak tahu diri ...."Saat ini, orang-orang Keluarga Halim lainnya juga ikut melontarkan ejekan terhadap Ardika, ekspresi mempermainkan menghiasi wajah mereka.Saat ini, bagi mereka, Ardika sudah dalam kendali mereka, tidak akan bisa melarikan diri.Karena itulah, mereka mempermalukan Ardika sepuas hati mereka, menginjak-injak harga diri dan martabat pria itu!Ruth juga menyunggingkan seulas senyum dingin penuh kemenangan. "Eh, bajingan kecil, ini adalah harga yang harus kamu bayar karena berani menyentuh Valtino!""Di kehidupan selanjutnya, kamu harus ingat baik-baik, jangan menyinggung orang nggak bisa kamu singgung!""Oh? Kehidupan selanjutnya?"Ardika tertawa dan berkata, "Ruth, apa ini adalah karakter asli Keluarga Halim? Membiarkan keponakanmu merengek, berguling-guling di tanah d