"Tahu apa, sayang?" Arsen hanya menanggapi Airina tanpa banyak basa-basi, ia membiarkan istrinya menikmati setiap pijitannya. Selama hidup, ia tidak memanfaatkan asisten rumah tangga. "Kita butuh asisten rumah tangga, kalau di rumah baru aku mau ada itu. Bukan karena apa-apa, Arsen. Tapi kamu sadar gak kalau kita selalu kerepotan," celetuk Airina. Entah, bagaiamana bisa isi kepala ke duanya bersinambungan. "Iya, nanti saja biar ibu yang cari ya," Airina hanya mengangguk, ia hanya bisa menuruti setiap ucapan Arsen. Sejak bebal, ia selalu saja terkena imbas dari sifatnya satu itu. "Kenapa diam? Apa ada bagian yang sakit lagi?" berondong tanya Arsen. "Tidak ada," singkat jawaban Airina membuat Arsen membalik posisi istrinya. "Aaa!" teriak Airina. Sepasang manik mata itu saling bertemu, Arsen dengan sengaja mendekatkan wajahnya pada Airina. Detak jantung yang kian memburu, nafas yang sudah saling bersahutan. Satu kecupan pada bibir Airina lembut. "Eh ...," desis Airina. Setela
Read more