Home / CEO / Belenggu Cinta Sang Billionaire / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Belenggu Cinta Sang Billionaire: Chapter 11 - Chapter 20

296 Chapters

Bab 11. Mengantar Livia

“Aku akan berangkat lebih awal. Aku harus mengantar Livia.”Suara Kaivan berucap seraya memasang dasi kala Krystal membuka kedua matanya. Dia melirik Krystal sebentar—wanita itu masih mengerjapkan mata beberapa kali.“Kamu ingin mengantar Livia? Maaf aku bangun terlambat,” kata Krystal dengan nada yang merasa tidak enak. Pasalnya, Kaivan sudah rapi sedangkan dirinya masih baru bangun.“Ya, aku akan mengantar Livia,” jawab Kaivan dingin dan datar.Krystal sedikit menundukan tubuhnya—melihat tubuhnya masih polos tanpa sehelai benang pun yang melekat di tubuhnya itu. Hanya selimut tebal yang membalut menutupi tubuhnya. Bayangan Krystal langsung mengingat tentang tadi malam. Di mana dirinya dan Kaivan kembali melakukan pergulatan panas. Jika raut wajah Krystal sedikit malu. Lain halnya dengan Kaivan yang terlihat tidak memedulikan itu. Kaivan hanya memasang dasi dan terlihat begitu acuh.“Krystal,” panggil Kaivan dengan nada pelan dan tersirat tegas.“Ya, Kaivan?” jawab Krystal seraya men
Read more

Bab 12. Berdansalah Denganku

Kaivan duduk di kursi kerjanya seraya menyandarkan punggungnya dan memejamkan matanya lelah. Setelah mengantar Livia ke bandara, Kaivan memang langsung menuju ke kantor. Meski sudah berada di kantor, tapi Kaivan tampak enggan menyelesaikan pekerjaan.Terdengar suara interkom masuk membuyarkan lamunan Kaivan. Sesaat Kaivan mengembuskan napas kasar. Dengan raut wajah kesal, Kaivan menekan tombol hijau dan menjawab, “Ada apa? Kenapa menggangguku?”“Tuan Kaivan maaf mengganggu Anda. Tapi Nyonya Elisa datang ingin bertemu Anda, Tuan,” ujar sang sekretaris dari seberang sana.Kaivan berdecak mendengar ucapan sekretarisnya itu. Elisa—ibunya yang sering dia hindari malah datang ke kantor. Kepala Kaivan selalu pusing tiap kali bertemu dengan ibunya itu.“Katakan padanya, aku sedang meeting.”“Tuan, maaf tapi Nyonya Elisa mengatakan jika Anda meeting maka meeting itu harus berhenti sekarang juga. Saya tidak berani, Tuan.”Kaivan mengumpat dalam hati. Benar saja, pasti ibunya itu akan membuat ma
Read more

Bab 13. Seperti Pernah Melihatnya

“Kaivan, aku ingin menjenguk adikku setelah itu aku akan pergi ke mall sebentar. Aku ingin membeli sepatu balet.”Suara Krystal berucap lembut seraya menghampiri Kaivan yang tengah duduk di sofa kamar berkutat pada MacBook-nya.“Kamu ingin menjenguk adikmu?” ulang Kaivan memastikan kala Krystal sudah duduk di sampingnya.“Iya, aku ingin melihat keadaannya,” balas Krystal pelan.Kaivan mengangguk singkat. “Bersiaplah. Aku akan mengantarmu.”“Eh?” Krystal tampak terkejut. “Kamu ingin mengantarku? Tapi Kaivan setelah aku dari rumah sakit, aku ingin membeli sepatu balet. Nanti kamu lama menungguku, Kaivan. Lebih baik tidak usah. Aku sendiri saja.”“Aku ingin membeli sesuatu di mall,” ucap Kaivan dingin dan raut wajah tanpa ekspresi.Bulu mata lentik Krystal bergerak-gerak mengikuti mata wanita itu yang tampak mengerjap. “Kamu ingin membeli sesuatu? Ingin beli apa, Kaivan? Kamu bisa titipkan padaku biar kamu tidak lelah harus ke mall,” ujarnya pelan menawarkan diri.“Tidak perlu. Aku sendi
Read more

Bab 14. Sekamar Berdua

Krystal mengembuskan napas panjang. Dia menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Tampak raut wajah Krystal begitu cemas. Ya, jelas Krystal cemas. Sejak Maya—teman sesama Ballerina memergokinya bersama Kaivan, membuat Krystal khawatir. Sudah lama rasanya Krystal tidak pernah dekat dengan seorang pria. Dan belakangan ini, Krystal hanya fokus pada pekerjaannya saja. Kepergian kedua orang tuanya membuat Krystal harus semakin giat dalam mencari uang. Dia pun bukan hanya membiayai dirinya, tetapi dia juga harus membiyai sekolah adiknya.“Kamu memikirkan tentang temanmu yang tadi bertemu dengan kita?” Kaivan bertanya kala melihat Krystal sejak tadi terlihat begitu cemas.Krystal mengangguk pelan. “Iya, Kaivan. Apa kamu tidak cemas sama sekali?”Kaivan mengangkat bahunya tak acuh. “Tidak. Aku lihat temanmu itu wanita yang baik. Aku yakin dia tidak mungkin menggosipkanmu di belakangmu. Jika nanti dia kembali bertanya, kamu bisa menjawab dengan tenang seperti yang kamu katakan tadi. Aku adalah teman adikm
Read more

Bab 15. Bersamamu Sebagai Penghangat Malam Ini

“Krystal, berani-beraninya kamu melakukan ini padaku. Apa kamu mencoba merayuku?”Wajah Krystal menegang mendengar ucapan Kaivan. Bahkan jarak di antara keduanya begitu dekat. Embusan napas Kaivan membelai kulit lehernya. Membuat tubuh Krystal meremang.“A-Apa m-maksudmu, Kaivan? Siapa yang menggodamu?” ucap Krystal gugup dan takut. Degup jantungnya berpacu semakin kencang kala jarak mereka begitu dekat dan intim.“Lihatlah tubuhmu,” bisik Kaivan tepat di telinga Krystal.Krystal mengerjap mendengar ucapan Kaivan. Didetik selanjutnya, Krystal menurunkan pandangannya. Menatap tubuhnya sendiri. Ya, Krystal langsung merutuki kecerobohannya. Dia lupa kalau memakai baju berwarna putih. Jelas saja tubuh bagian depannya akan tembus pandang.“A-Aku akan mengganti pakaianku sebentar.” Krystal langsung mengambil bathrobe dan handuk yang ada di sofa. Lalu berjalan terburu-buru masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan Kaivan tersenyum samar melihat Krystal yang lari terburu-buru persis seperti seora
Read more

Bab 16. Siapa Krystal?

Kaivan duduk di kursi kebesaraannya seraya menyandarkan punggungnya. Pagi ini Kaivan berangkat ke kantor lebih awal. Kondisi kesehatan Krystal sudah berangsur membaik. Setelah pulang dari hotel, Kaivan memang memanggil dokter pribadinya untuk memeriksakan keadaan Krystal. Beruntung Krystal tidak demam lama. Ya, tidak dipungkiri Kaivan hampir jarang merawat orang sakit semalaman. Selama berumah tangga bersama dengan Livia; Kaivan biasanya selalu memanggil dokter pribadi jika Livia sakit. Pun yang merawat Livia biasanya adalah pelayan bukan dirinya. Namun, bukan berarti Kaivan tidak peduli sama sekali. Jika Livia sakit, Kaivan masih tetap memperhatikan. Walau itu adalah sebuah perhatian kecil.“Apa aku mengganggumu, Kaivan Bastian Mahendra?” Suara bariton memasuki ruang kerja Kaivan.Kaivan sedikit terkejut kala ada suara yang menerobos masuk ke dalam ruang kerjanya. Seketika raut wajah Kaivan berubah, menatap sosok Aryan—sahabatnya yang sudah cukup lama meninggalkan Jakarta kini berada
Read more

Bab 17. Apa Kamu Sedang Belajar Bagaimana Menggodaku?

“Kaivan, hari ini aku ingin latihan balet. Aku sudah tiga hari tidak latihan balet. Aku Tidak enak pada teman-temanku jika tidak latihan lagi, Kai.”Krystal berucap pelan di tengah-tengah sarapannya bersama dengan Kaivan. Ya, sudah tiga hari ini Kaivan meminta Krystal untuk beristirahat di rumah memulihkan kesehatannya. Tentu Kaivan akan selalu mengatakan tidak ingin Krystal sakit karena tidak mau disusahkan oleh wanita itu. Well… Perkataan pedas Kaivanlah yang membuat Krystal menurut dan tidak membantah. Pun Krystal tidak ingin menyusahkan Kaivan.“Memangnya tubuhmu sudah membaik?” Suara Kaivan bertanya dengan nada dingin dan raut wajah datar.Krystal mengangguk pelan. “Sudah. Aku sudah membaik.”Kaivan mengambil kopi yang diantar oleh sang pelayan dan menyesapnya perlahan. “Bersiaplah. Aku akan mengantarmu ke tempat latihan baletmu.”Krystal tampak terkejut. “Kamu mau mengantarku, Kai? Tidak, lebih baik jangan. Nanti banyak teman-temanku yang melihat. Maya saja sudah pernah memergok
Read more

Bab 18. Masih Ada Aku

“Nyonya Krystal?” Seorang pelayan menyapa Krystal yang berbalik arah tidak jadi masuk ke dalam ruang makan.“Eh? Iya?” Krystal terkejut kala pelayan melangkah menghampirinya. Krystal menjadi salah tingkah. Dia pun terlihat sedikit panik.“Nyonya mau ke mana? Tuan sudah menunggu di ruang makan. Beliau meminta Anda untuk sarapan,” ujar sang pelayan memberitahu.“I-Iya, nanti aku ke sana. Sebentar aku ingin membalas pesan temanku,” kata Krystal yang mencari alasan. Wajahnya mengulas senyuman kaku.“Baik, Nyonya. Kalau begitu saya permisi.” Sang pelayan menundukan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Krystal.Krystal mendesah lega kala sang pelayan yang sudah pergi. Ya, sejak tadi malam di mana Kaivan memergoki dirinya yang menonton film membuat Krystal sungguh malu. Rasanya Krystal ingin sekali melarikan diri ke kutub utara dan tidak lagi bertemu siapa pun. Untungnya tadi malam Kaivan tidak menyerangnya. Pria itu malah tidak henti tersenyum-senyum sepanjang malam karena memergok
Read more

Bab 19. Menghindar dari Wartawan

“Masih ada aku.”Seketika Krystal terperangah terkejut mendengar ucapan Kaivan. Lidahnya bahkan nyaris tidak mampu mengeluarkan kata-kata. Bersamaan dengan debaran jantungnya yang berpacu keras.“M-Maksudmu?” tanya Krystal yang memberanikan diri untuk bertanya.“Maksudku masih ada aku yang akan membantu hidupmu sampai kontrak pernikahan ini selesai. Jadi kamu tidak usah khawatir,” jawab Kaivan dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.Raut wajah Krystal berubah. Ya, tentu saja Krystal tahu bahwa ada Kaivan yang akan membantu kehidupannya ‘Selama Kontrak Pernikahan ini Selesai’ Krystal menyadari akan hal itu. Meski hanya sementara tapi Krystal tetap bersyukur akan hal itu.Kini Krystal hanya diam kala Kaivan menjawab itu. Dia tidak lagi berucap sepatah kata pun. Hanya raut wajah wanita itu terlihat berbeda dari yang sebelumnya.Suara ketuk pintu terdengar menghentikan keheningan yang membentang di ruang rawat itu. Baik Kaivan dan Krystal langsung mengalihkan pandangan mereka ke arah pin
Read more

Bab 20. Nama yang Tidak Asing

“Aku berangkat. Kamu istirahatlah. Lebih baik tidak perlu latihan balet. Di rumah saja.”Kaivan berucap seraya memasang aroloji di pergelangan tangannya. Tatapannya mulai teralih pada Krystal yang tengah duduk di sofa kamar seraya menikmati teh madu hangat yang baru saja diantarkan oleh pelayan.“Apa hari ini kamu akan pulang malam, Kai?” tanya Krystal pelan.“I think so. Hari ini aku memiliki banyak meeting,” jawab Kaivan datar.Krystal mengangguk pelan. “Oh, ya. Apa kamu sudah menghubungi Livia? Maksudku bagaimana kabarnya sekarang?” tanyanya lembut yang ingin tahu kabar Livia.“Baik. Dia baik,” jawab Kaivan dengan nada yang masih sama. Datar dan dingin seolah enggan bicara. Namun, Kaivan memang seperti itu. Intonasi bicaranya seperti tengah berbicara dengan musuhnya sendiri.Ya, Kaivan memang selalu mendapatkan kabar dari Livia. Meski terkadang Kaivan tidak menjawab telepon dari Livia namun Livia tetap memberikannya sebuah pesan. Kaivan bukan bermaksud tidak ingin menjawab telepon
Read more
PREV
123456
...
30
DMCA.com Protection Status