Home / Romansa / Terjerat pesona mafia / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Terjerat pesona mafia : Chapter 41 - Chapter 50

62 Chapters

S2 : Chapter 41 - Permintaan

Nicholas terlihat mencengkeram kerah Sonny—Salah satu orang kepercayaannya. Raut wajahnya tampak menahan murka, lelaki itu begitu memendam letupan api yang ingin sekali di semburkan."Harus berapa lama lagi aku menunggu, HAH?!" bentaknya marah.Sony yang merasa menjadi samsak hanya meneguk salivanya kesat. Dalam setahun ini dirinya selaly terkena semprotan sang tuan. "Tuan, mohon tenang—""Tenang katamu, kau tau semua terasa memuakan, di bawah kendali ular itu dan beraninya dia—""Kau tidak berpikir aku tidak tau di mana jalang itu kan?" Kata-kata itu tergiang kembali bagai keset rusak.Setahun ini dia mencari keberadaan Caroline yang seperti tertelan bumi, dan ular itu berkata... tidak mungkin kan?Sialan! Otak Nicholas yang menangkap jawaban yang sangat tidak ingin dia benarkan.Dan seakan belum cukup perkataan ular itu..."Menurut, atau aku akan dengan mudah menjadikan nasibnya seperti Michelle." Karen lanjut membombandir lewat pesan, memberi peringatan yang rasanya semakin
Read more

S2 : Chapter 42 - Pulau terasingkan

Di sebuah pulau terpencil yang berada di barat daya bagian selatan.Pulau bernama Madarina yang keberadaannya tidak tertera di peta, pulau tak berpenghuni namun kaya akan alam.Kenapa pulau tersebut tidak terendus media, padahal jika di kelola akan sangat berpengaruh bagi negara.Jawabannya hanya satu. Yaitu keluarga Winslet. Yea, pulau itu milik mereka yang mereka alih fungsikan sebagai tempat bersembunyi, terlebih ada perkebunan sebagai salah satu alat pencaharian keluarga tersebut.Dan pulau itu juga yang telah menyembunyikan Caroline William selama setahun ini. Dan terjawab sudah bagaimana Nicholas begitu susah mencari keberadaan istrinya. Tentu saja karena campur tangan ular betina itu."WHAT ARE YOU SAY?" Dengan mata melotot lebar seakan bola mata cokelat itu keluar karena tak tahan dengan kelopak yang melebar. Belum bentakan nyaring yang terdengar menggema di segala sudut."T-tuan Nicholas tengah dalam perjalanan ke pulai Madarina." Lagi sang anak buat menginformasikan."SIALAN
Read more

S2 : Chapter 43 - Penawaran dan Imbalan

Di taman rumah yang saat ini ditempati Caroline— wanita itu terlihat tengah berjalan-jalan dengan kondisi kaki telanjang di rerumputan hijau, tidak lupa dengan tongkat di tangannya untuk membantunya berjalan.Udara segar yang terus terembus membuat sejuk menghinggapi tubuh mau pun jiwanya dan membuat Caroline merasa baik karena bisa menekan akan angan-angannya yang tengah melayang-layang tanpa arah tujuan.Dengan sangat hati-hati Caroline menyusuri jalan dengan menggerak-gerakkan tongkat di tangannya.Hanya meratapi nasib, Caroline rindu akan warna-warni dunia, rindu melihat semua itu, tapi sekarang kegelapan yang menjadi temannya, hanya warna itu yang selama setahun ini menemaninya. Mungkin Caroline harus sedikit bersabar, mungkin jalan Tuhan untuk menolongnya masih dalam perjalanan, begitu pun seseorang itu—Seseorang yang diharapkannya.Dia mungkin hanya perlu sedikit waktu lagi, yea sedikit waktu lagi.Tapi sampai kapan kau akan menunggu, Caroline?! Teriak batinnya yang tidak sabar
Read more

S2 : Chapter 44 - Pulang

Di atas ranjang berukuran 120×200 sepasang suami istri yang baru bertemu kembali itu berbaring—lebih tepatnya si pria yang sedikit menyanggahkan kepalanya di antara bantal dan headboard sedangkan sang istri bersandar nyaman di dada bidangnya.Hanya keheningan yang tercipta di kamar itu, di balik jendela kaca tampak daun-daun dari pohon-pohon membuat gemerisik karena tertiup angin hujan yang agak kencang.Tangan Nicholas terus mengelus surai wanitanya dengan lembut, sampai kemudian Caroline memecah keheningan itu."Nic, bagaimana kabarmu selama ini." tanyanya bernada lirih, tangan lentiknya merambat dari dada ke leher dan terus maju sampai bisa meraba wajah Nicholas.Caroline membuat senyum tipis di bibirnya, bagaimana wajah suaminya setelah setahun ini? Ah ia sangat merindukan wajah tampan yang selalu memberikan tatapan datar dan dingin itu. "Aku sangat merindukanmu." Caroline memeluk erat tubuh suaminya dengan sayang.Tuhan, ia benar-benar telah jatuh pada lelaki itu. "Aku pun Car
Read more

S2 : Chapter 45 - Berduka

Setibanya di tempat tujuan yaitu Las Angeles Amerika. Nicholas langsung membawa istrinya ke suatu tempat yang sudah di pastikan aman terlebih dari seorang Karen Winslet.Tentu saat ini bukan waktu yang tepat mempertemukan istri tua dan istri muda, dan Nicholas pun masih tak rela bila di haruskan jujur akan status barunya.Dia agak khawatir respon Caroline, wanita itu bukan wanita tipe yang pasrah-pasrah saja. Meski kondisinya sekarang yang berubah 90% tapi tak memungkinkan wanitanya akan pergi kan?Ahh kenapa begitu rumit sekali!"Beneran mau pergi?" Caroline menggenggam erat tangan besar Nicholas dengan kedua tangan mungilnya. Mereka kini sudah berada di ranjang sebuah vampiliun blok b dari mansion minimalis yang di bangun di dalam hutan—jauh dari pemukiman penduduk tentu saja. Dan beberapa bodyguart di tugaskan berjaga dalam 24 jam."Kita baru saja bertemu kembali,"Caroline yang menatap kedepan tampak sendu tak rela melepas suaminya yang beberapa menit lalu melapor harus pegi karen
Read more

S2 - Chapter 46 - Pemakaman

Selasa, 07.45 AM. London Inggris. Di sebuah kamar dengan dominasi warna putih Caroline dengan bekas air mata tampak berbaring terlelap di ranjang besar berukuran kingsize. Kedua kelopak matanya tampak bergerak-gerak, siap terbuka, keningnya pun berkerut kala di rasa tidurnya ada terasa terganggu.Suara halus bersama elusan lembut di pipinya seketika membuatnya terbangun dari alam mimpi."Eum, " gumamnya tak jelas."Wake up hanny," "Mommy?""Yes it's mom. Waktunya bangun, kita harus mengantar kakakmu untuk terakhir kalinya." Lirih Elina dengan raut muramnya yang memprihatinkan.Caroline yang sadar akan hal itu seketika bangun, setelah menangis habis-habisan semalam karena mengetahui alasan kenapa kakak kandung yang baru di ketahuinya ini harus sampai berbaring tidak berdaya di rumah sakit dan pada akhirnya tidak kuat untuk bertahan.Ya Caroline tau dan amat merasa bersalah. Kejadian satu tahun yang lalu ternyata merugikan. Dan Caroline tidak bisa untuk tidak menyalahkan dirinya send
Read more

S2 : Chapter 47 - Ayah yang berengsek

Setelah kurang dari satu jam perjalanan, Caroline dan ibunya akhirnya sampai di pintu gerbang Mansion milik Albert—suami Elina sekaligus ayah yang baru ditemuinya beberapa jam lalu.Dan kala gerbang raksasa itu terbuka tampak lah pekarangan luas dengan kanan kiri pepohonan yang menghiasi jalan, tidak lupa di tengah-tengahnya terhampar ukiran patung air terjun dengan ukuran sedang yang di kelilingi bunga warna warni yang tampak cantik.Sedangkan si pusat utama—yaitu bangunan tinggi nan kokoh dengan luas berhektar-hektar memiliki kesan modern dengan dominasi warna cerah. Namun sayangnya Caroline tidak bisa melihat pemandangan indah itu."Kita sampai," beritahu Elina kala mobil yang tengah di tumpanginya berhenti."O... ohh," Caroline mengangguk mengeratkan genggaman tangannya pada tangan sang ibu, lalu ikut bergerak untuk keluar di bantu sang ibu.Berjalan saling bersisian, Caroline mengikuti langkah sang ibu. Menapaki bangunan yang menjadi tempat tinggal keluarganya untuk pertama kal
Read more

S2 : Chapter 48 - Harus pergi

Di kamarnya Caroline mengembuskan napasnya agak kasar. Beberapa hari sudah dilewatinya di mansion ini dan rasanya membuat Caroline bosan.Meski beberapa waktu lalu memang dirinya selalu mendapat ucapan rendah penuh ejekan dari Nyonya Allin—si perusak berbisa. Itu lah julukannya pada wanita yang menjadi mama tirinya itu. Dan sekali pun Caroline tidak sudi menganggap wanita itu sebagai mamanya. Dan bukan Caroline namanya jika wanita itu hanya diam saja. Karena jelas Caroline bukan tipe wanita sabar dan pendiam. Wanita itu lebih suka di tantang atau menantang."Nic. Kapan kau ke sini lagi, Aku merindukanmu." lirihnya dalam keheningan kamar.Sudah seminggu dirinya tinggal bersama keluarga kandungnya, dan sudah empat hari Nicholas meninggalkannya dan sampai sekarang pria itu belum juga menemuinya lagi.Cup"Eh!"Caroline melongo saat mendapat kecupan tiba-tiba di pelipisnya.CupSatu kecupan lagi mendarat di dahinya."Nic?" Caroline menebak.Tidak ada jawaban."Nic? Kau kah itu Nicholas?"
Read more

S2 : Chapter 49 - Ancaman

Empat puluh menit di perjalanan akhirnya Nicholas sampai juga di tempat tujuannya.Nicholas langsung keluar dari mobilnya, dengan langkah tergesa memasuki mansion keluarganya. Sesampainya di pintu masuk, pemandangan pertama yang dilihatnya membuat rahangnya mengeras, kedua tangannya terkepal erat menimbulkan otot-otot tangannya bermunculan.Karen Winslet— yang berdiri di depannya tengah menyandera seorang wanita berperut agak buncit yang tengah meringis menahan sakit di perutnya.Adiknya, yea korban sandra itu Nicholatte yang tengah hamil kembali, kandungannya ada di usia 6 bulan."Lepaskan. Adikku. Karen." desis penuh penekanan di setiap kalimatnya. Pria itu terus menghunuskan tatapan tajamnya pada Karen, sedetik kemudian tatapannya beralih pada seorang wanita paruh baya yang ikut di sandra oleh pria berkepala plontos—Ibunya. Andhe Matthew.Bukannya melepas Karen malah terkekeh, wanita itu sama sekali tidak terlihat takut dengan tatapan buas penuh ancaman Nicholas, malah dengan beran
Read more

S2 : Chapter 50 - Kata keramat

Beberapa jam kemudian, langit sudah berganti menggelap. Menampakkan cahaya bulan yang menyinari seluruh bumi meski dengan jarak yang amat sangat jauh sekali.Di rumah sakit Caroline bersiap akan menjalani operasi."Mom, Nicholas bagaimana? Apa dia belum datang?" tanya Caroline meremas pelan tangan sang ibu."Dia pasti datang, sebentar lagi." Beritahu Elina menenangkan.Harusnya yang sekarang mendampingi Putrinya dalam keadaan seperti ini adalah suaminya. Tapi Elina maklum, menantunya itu tengah membereskan sesuatu agar keadaan tetap aman. Dan putrinya selamat."Nanti kapan?" tanya Caroline tidak sabar. "Harusnya dia yang menemaniku sekarang mom," lirihnya pelan, nada suaranya terdengar sedih.Caroline ingin suaminya di sini, menemaninya yang jujur saja merasa takut. Pikiran-pikiran buruk terus menyerang kepalanya, bagaimana bila operasi ini gagal, dan kemudian sesuatu terjadi padanya.Di mana pria itu untuk menghiburnya, menenangkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja.Ohh harapan i
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status