Semua Bab Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!: Bab 31 - Bab 40

127 Bab

31. Ketahuan Lagi?

Masih ada waktu sekitar lima belas menit sebelum pukul lima petang. Karena semua pekerjaannya sudah beres, tidak ada lagi surat masuk yang urgent yang perlu segera ditelaah Pak Boss, maka Darline pun membereskan tasnya dan meletakkan tas di atas meja kerjanya yang juga sudah rapi dan bersih.Tidak ada apa-apa di atas mejanya kecuali tas-nya.Darline pun duduk sambil memikirkan apa yang akan dia lakukan selepas pulang kerja.Agendanya sore ini adalah mendapatkan beberapa pakaian rumah, tidur, serta kerja yang masih tertinggal di rumahnya.Tadinya, Darline ingin membeli saja, tapi setelah dipikir-pikir, dia sedang membutuhkan uang dan belum gajian. Daripada membeli lebih baik mengambil yang tertinggal di rumah.Teringat olehnya bahwa jendela kamar terbuat dari kaca. Dan tidak ada terali kecil lagi di baliknya. Jadi, jika dipecahkan, dia akan bisa memasuki kamar dengan mudah.Lagipula, rumah itu sudah diambil rentenir, kenapa dia tak boleh merusaknya?Sedang berpikir, intercom-nya berbun
Baca selengkapnya

32. Rencana Hayden

Sisa hari itu dilalui dengan sedikit perdebatan antara Darline dan Hayden. Hayden berkilah bahwa hukuman Darline adalah menemaninya sepanjang malam Jumat itu hingga sepanjang weekend, tapi Darline berkilah dia memiliki urusan pribadi yang harus dia kerjakan sepanjang weekend. Diberikan alasan urusan pribadi membuat Hayden merasa tertolak. “Memangnya urusan pribadimu itu apa sampai-sampai menghabiskan waktu sepanjang weekend? Kamu jangan bilang ingin mencari Willson sepanjang weekend ini!” Suaranya jadi terdengar berat dan penuh wibawa mewanti-wanti Darline. “Nggak lah, Mas. Ngapain aku mencari dia?!” kilah Darline. “Ya, siapa tahu? Cinta seringkali membuat buta!” Disinggung seperti itu, Darline kembali terlihat muram dan berdiam diri. Hayden merasa tak enak, lalu meraih dan menggenggam tangannya. “Sorry, aku bukan bilang kamu cinta buta padanya. Aku hanya menerka, masih ada sisa cinta di hatimu untuk Willson.” Darline menggeleng kecil lalu menoleh pada Hayden. “Nggak ada, Mas.
Baca selengkapnya

33. Mana Darline?

Sabtu pagi, Willson bersiap menuju villa Opa Ben.Dia mengenakan pakaian semi formalnya dan saat Laura Bella keluar dari toilet, Willson sedang menata rambut lalu menyemprot parfum di pakaiannya.“Kamu udah mau pergi ke Opa Ben, Will?” tanya Laura Bella yang membiarkan rambut panjangnya terurai di bahu lalu dengan handuk melilit tubuhnya dia mendekati Willson, memeluknya dari belakang.“Bell! Jangan membasahi bajuku,” kata Willson ketika merasakan percikan air dari rambut Bella.“Nggak! Handukku udah kering kok. Ini dari rambut, nggak akan membasahi bajumu. Tapi ...”Tangan Laura Bella merayap mengelus dada Willson di depannya. Bibirnya didekatkan ke telinga Willson lalu dia berbisik, “Apa kamu yakin Ringgo bisa dipercaya?”Willson menghela napasnya. Itu juga pertanyaannya pada Lissa waktu itu. Namun, Lissa sudah meyakinkannya bahwa masih lebih baik Ringgo daripada membayar penjaga untuk berbohong.Willson sempat terkejut saat itu. “Kenapa harus membayar penjaga untuk berbohong? Kalia
Baca selengkapnya

34. Menggetarkan Hasrat

Darline bangun pagi di hari libur dengan rencana seperti sebelumnya. Dia harus ke rumah lama untuk memecahkan jendela kamar dan mengambil baju-bajunya. Juga sepatu dan tas.Setelah mengambil semua barang-barangnya itu, Darline juga akan pergi ke rumah baru yang proses pembangunannya sudah terhenti.Dua agendanya itu membuat Darline turun cepat dari kasurnya dan menuju dapur.Ternyata tingkah absurd Paman Hayden yang menyuruh asisten kepercayaannya menyusup ke apartemennya ini sangat menguntungkan Darline.Dia jadi memiliki banyak bahan makanan untuk dia olah. Itu berarti, dia bisa merasakan sarapan pagi yang mengenyangkan sesuai keinginannya sendiri.Dilihatnya atas meja dapur. Selain bumbu dapur yang lengkap, Darline bahkan mendapati roti tawar beserta sebungkus keju di sampingnya.Darline pun berpikir untuk membuat sandwich simpel berupa roti panggang dengan keju dan telur mata sapi di dalamnya.Itu sudah cukup bergizi.Namun, ketika Darline membuka lemari es untuk mencari telur dan
Baca selengkapnya

35. Bawa Mereka Ke Hadapanku!

Di villa Opa Ben ...Begitu kakek tua itu mengingat tentang Darline, pertemuan mereka tiba-tiba saja terasa bagai gading yang begitu banyak retaknya.Willson bergerak gelisah mendengar pertanyaan Opa nya itu. Terutama karena dia baru mengetahui jika Darline pernah memberikan masakannya pada Opa-nya itu.Willson tak pernah mengingat hal itu. Mungkin juga karena selama ini Willson tidak menaruh perhatian pada apa yang Darline lakukan sehingga dia sama sekali tidak menyadari saat Darline membawa masakannya sendiri ketika mereka datang ke villa Opa Ben.Mendadak lidahnya terasa kelu. “Darline ... err ... dia nggak ikut, Opa,” ucap Willson pelan.Andai boleh, dia memilih untuk tidak membahas Darline.“Kenapa dia tidak ikut? Dia tidak sedang sakit, bukan?”“Oh, nggak sakit, Opa. Darline sehat.”“Lalu? Kenapa dia tidak ikut?”Willson melayangkan tatapan pada ibunya sesaat sebelum Bu Mira mengangguk kecil, nyaris tak terlihat.Willson pun berkata lagi pada Opa Ben. “Err, itu karena Darline d
Baca selengkapnya

36. Darline Datang?

Hayden merasakan kegembiraan berlapis-lapis ketika melihat Darline menggunakan ponsel pemberiannya. Tapi ketika dilihatnya dari samping bahwa si pengirim pesan adalah Willson, kegembiraan itu menguap dan berubah menjadi wajah memberengut.“Siapa?” tanyanya berusaha agar Darline tidak mengetahui bahwa dia sudah mengintip si pengirim pesan Darline.Bukannya menjawab, Darline tampak linglung karena harus berpikir ekstra. “Hmm?” Dia balik bertanya masih sambil mengulangi membaca pesan dari Willson.Opa Ben? Kenapa tiba-tiba bisa Opa Ben mengajaknya makan malam bersama?“Pesan dari siapa? Willson?” tuntut Hayden lagi.Kali ini Darline mengangguk, mengiyakan.“Mau apa dia?” tanya Hayden sedikit menyesal tidak mencoba membaca pesan yang tertera di sana tadi.“Dia hanya bilang, Opa Ben memintaku datang ke villa sore ini. Katanya juga, Opa mau makan malam bersamaku.”“Oh!” Hayden tampak terkesiap. Dia sama sekali tak menyangka isi pesan dari Willson mengenai keinginan pria tua yang dipanggilny
Baca selengkapnya

37. Setidaknya, Buktikan Keberadaanmu!

Ringgo tersentak ketika mendengar suara Darline yang tiba-tiba memrotesnya. Semua yang hadir di sana pun menoleh ke arah pintu. Tampak di sana Darline berdiri seorang diri dengan tenang tapi sepasang matanya menyorot marah pada Ringgo yang masih bersimpuh di kaku Opa Ben. “B—Bu Da- Dar—Darli—iiiiiineee ...” ucap Ringgo susah payah karena dia terlalu kaget. Willson mengatakan padanya tadi bahwa Darline tidak akan muncul di villa. Tapi kini, lihatlah! Bagaimana seluruh tubuhnya tidak gementar melihat kemunculan Darline yang tiba-tiba? “Dar—Darline! Bukankah kamu sedang nggak enak badan? Katanya nggak bisa hadir ke sini. lalu kenapa tiba-tiba kamu ada di sini?” Willson tiba-tiba bangkit dan menanyakannya dengan penuh perhatian, tapi Darline mengetahui dengan jelas, bahwa itu semua palsu. “Kenapa, Willson? Sepertinya kamu sangat berharap aku nggak enak badan dan nggak bisa hadir di sini? Apakah agar kamu bisa dengan leluasa memfitnahku?” “Apa-apaan kamu, Darline!” Willson mulai nai
Baca selengkapnya

38. Bukti Lain!

“Bukti konspirasi?” Willson nyaris meledak dalam ketakutan saat dia mendengar kata-kata pamannya itu.“Bukti konspirasi gimana maksudnya, Paman? Aku tidak berkonspirasi dengan siapapun, apalagi dengan Ringgo!” seru Willson lagi dengan kepanikan tingkat dewa.“Oh ya? Kalau kau tidak berkonspirasi dengan Ringgo, berarti it’s okay menonton rekaman ini sama-sama, iya kan?”Willson bingung sesaat. Diliriknya Lissa karena setahunya Lissa sempat mengatakan bahwa CCTV di paviliun sudah tidak terpasang lagi. Juga bahwa semua CCTV sudah dicabut enam bulan yang lalu.Willson mengira bahwa tidak mungkin ada bukti rekaman CCTV antara Lissa dan Ringgo karena tidak ada lagi kamera CCTV. Lagipula, tidak mungkin Lissa sebodoh itu menjalankan aksi dari rencana mereka tanpa menyadari adanya kamera CCTV, bukan? Pastilah Lissa bertemu tatap dengan Ringgo di tempat tersembunyi.Dengan berpegang pada pemikirannya itu, Willson pun mengira bahwa pamannya hanya sekadar gertak sambal. Dia pun balas menantang de
Baca selengkapnya

39. Ada Apa Antara Paman dan Istriku?

Willson gegas bersimpuh di kaki Opa Ben. Opa Ben paling membenci perselingkuhan. Jika Opa Ben tahu dia memiliki wanita lain semasa masih berstatus suami dari Darline, maka dia bisa dicoret dari daftar ahli waris Opa Ben.Jangankan warisan, untuk mendapatkan bantuan modal butik saja hanya akan tinggal mimpi. Apalagi untuk mendapatkan restu menikahi Laura Bella. Itu mimpi tak terjangkau!“It—itu tidak benar, Opa! Itu editan! Aku nggak kenal dengan wanita itu! Itu pastilah editan dari seseorang yang hendak menjatuhkan namaku!”“Willson!” Hayden yang geram kali ini karena selalu apa yang dia tampilkan dianggap editan.“Kamu menuduhku membuat-buat foto ini, hah? Kalian ini, dari tadi selalu bisanya hanya berkilah ‘ini editan’. Apa tidak punya argumen lain yang lebih berkelas?!”“Paman! Kenapa paman seakan ngotot sekali ingin aku terlihat bersalah di mata Opa? Apa salah yang pernah aku perbuat pada Paman?”“Aku tidak sedang membalas dendam padamu, Willson. Aku hanya menunjukkan kebenaran ya
Baca selengkapnya

40. I'm Sorry ...

Hayden melangkah melewati Willson yang degup hatinya begitu marah mendengar kata-kata sindiran pamannya itu. Tapi di satu sisi, rasa khawatirnya atas keputusan Opa Ben mengenai suntikan dana untuk bisnis barunya lebih besar melingkupi dirinya sehingga willson membiarkan saja Hayden lewat.Dari sudut matanya, terlihat bagaimana pamannya itu menunjuk ke arah pintu, lalu berkata pada istri yang sedang berusaha dia campakkan. “Ayo, Darline, aku rasa kita bisa menemani Opa makan malam hari ini.”Willson menahan perih dan geramnya saat dilihatnya Darline ikut melangkah ke pintu, bersisian dengan sang paman.“Kamu gimana sih, Willson? Kok kamu dengan Laura Bella malah ketahuan begini?” Bu Mira yang sedari tadi menahan kesal tak mampu lagi berdiam.“Ya, aku juga nggak tau, Bu! Tapi itu pasti ulahnya paman!”“Memangnya kamu nggak merasa ada yang ngikutin trus moto-motoin kalian?”“Suerrr nggak merasa, Bu! Paman kan punya orang kepercayaan yang handal untuk nguntit orang. Dasar paman sial! Kena
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status