Semua Bab Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!: Bab 11 - Bab 20

127 Bab

11. Dia Tidak Pantas!

Darline merasa tak enak hati karena ketahuan berbohong. Dia pun hanya menundukkan wajah. Melihat Darline menunduk, Hayden menaikkan wajah itu dengan jari di dagu Darline. “Jawab aku. Darline, sejujur-jujurnya. Kamu sekarang sekretarisku, Darline. Jika kau berbohong, aku akan langsung memecatmu sekarang juga!” Tiba-tiba suara dominasi itu bercampur kuasa yang tak bisa ditampik Darline. Wanita itu cukup terkejut mendengar Hayden sampai menuntut kejujuran darinya dengan sekeras ini. Darline yang tadinya bertekad menutupi prahara rumah tangganya dengan Willson erat-erat dari Hayden, kini tak berani membantah lagi. Dia pun menjawab lirih, “Iya, Paman. ini—” “Apa yang dia lakukan hingga kau terluka seperti ini? Apa dia menggigitmu?” tanya Hayden lagi dengan pandangan yang menyorot marah. Darline terhenyak, kenapa Paman Hayden bisa serisau ini hanya karena luka kecil di bibirnya? “Nggak, Paman. Dia nggak menggigit.” “Kalau tidak menggigit, lalu dia apakan?” Geramannya yang tertahan
Baca selengkapnya

12. Dia Tak Perlu Tahu ...

Darline terperangah melihat apa yang tertera di medsosnya ini. ‘Apakah yang tadi itu aku salah lihat? Atau memang Willson baru saja meng-unfollow Laura Bella? Kalau iya, kenapa?’‘Jika Willson baru saja meng-unfol Laura Bella, berarti Willson sedang online.’Sangat ingin tahu, gegas Darline menuju inbox, lalu mencari kontak Willson di jajaran friend list miliknya.Ada 900-an friends yang dimiliki Darline. Dia mengetik nama Willson, tapi yang muncul adalah dua akun bernama Willson, tapi bukanlah Willson suaminya.Darline bingung, ‘Kenapa akun Willson tidak bisa kudapatkan?’“Mungkin aku salah ketik,” gumam Darline pada dirinya sendiri.Darline lalu mencoba lagi. Tapi hasilnya tetap sama seperti tadi. Hanya muncul dua akun bernama Willson, tapi bukan suaminya.Darline semakin heran dan penasaran. Dia pun menuju akun Laura Bella lagi. Dari friend list Laura Bella yang jumlahnya sekitar 5000, dia mengetikkan nama Willson.Muncul seratusan akun bernama Willson. Terpaksa Darline melihat sat
Baca selengkapnya

13. Aku di Luar Kota!

“Pam—paman.”Darline mendorong tubuh Hayden ketika dia berhasil meraih kesadarannya.Meskipun saat tangannya menjauhkan dada bidang pria itu dia pun telah menerima beberapa cecapan lembut Hayden, bahkan membiarkan lidah pria itu membelai lidahnya.Mendengar suara Darline –terutama karena Darline masih memanggilnya Paman—Hayden pun seperti tersadar dari mimpi siang bolongnya.“Ma—maaf. Aku ...”Wajahnya teramat menyesal dan Darline bisa melihat kini Hayden tengah kikuk memikirkan bagaimana bersikap terhadapnya.“Jam berapa Willson biasanya pulang?” tanya Hayden akhirnya, setelah mereka terdiam cukup lama.“Biasanya jam begini sudah sampai,” sahut Darline lagi. Hayden pun mengangguk.“Oh. Tapi kenapa sepertinya rumahmu tidak ada orang sama sekali.”“Err, sepertinya begitu. Mungkin Ibu dan Lissa sedang pergi.”Jawaban itu mendapatkan tolehan kepala dari Hayden. Pria itu menatapnya lagi teramat lekat, seakan lupa atas ciuman yang seharusnya tak terjadi barusan.Entah apa arti tatapan Hayd
Baca selengkapnya

14. Tugas Ke Luar Negeri?

“Darline! Darline!” seru tamu Darline dari luar pintu. Seruan yang cukup keras itu membuat Darline buru-buru membuka pintu, sebelum tetangga sebelah rumah mendengar dan mengira yang tidak-tidak. “Paman! Ada apa?” tanya Darline pada Hayden yang terlihat resah. Belum sedetik, tampak kedua bola mata Hayden membelalak lebar. “Darl ... darl ... Darline,” serunya lagi dengan susah payah, terbata-bata, sambil menelisik tampilan Darline. Darline ikut memindai tubuhnya sendiri dan baru menyadari dia hanya mengenakan jubah mandi dengan rambut panjangnya dililit handuk. “Arrgh! Tung—tunggu bentar, Paman!” ‘Ini memalukan!’ seru Darline dalam hati. Dia gegas berlari masuk ke kamar dan berpakaian dengan pantas. Lima menit kemudian, dia sudah mengenakan blus dengan celana pendek selututnya. “Paman ngapain, kenapa masih di sini?” tanya Darline cemas. Di rumah hanya ada dirinya. Dia takut ada tetangga yang memergoki mereka berdua di sini dan malah menjadi fitnah. “Aku—aku melihat kau sendir
Baca selengkapnya

15. Aku Hayden, Takkan Menyakitimu ...

Hari pertama di negeri singa, Darline langsung mengekor Hayden menghadiri rapat produk terbaru mereka, yang mana perusahaan akan meluncurkan mobil sport limited edition yang hanya diproduksi satu saja di satu negara.Hayden tampak begitu berkharisma dan penuh wibawa saat menyampaikan presentasinya. Darline sampai tak bisa memalingkan tatapannya dari pria matang itu.Ada rasa yang berbeda mengalir di penjuru nadinya setiap kali dia menatap ke arah Hayden dan pandangan mata mereka berdua saling bertemu.‘Oh, Tuhan, ini tidak baik buatku. Aku bisa jatuh dalam dosa lagi kalau terlalu sering memandangi Hayden!’ Rintihan hati kecil Darline membuat wanita itu tak tenang. Namun tetap saja, tidak mungkin bagi Darline untuk tidak memandangi Hayden.Belum satu menit dia berdoa dan bertekad untuk tidak menatap ke arah Hayden terus menerus, Darline sudah mendapati dirinya kembali menatap ke wajah tampan nan matang pak boss nya itu.Di hari ke-dua, mereka menghadiri acara balap mobil yang disponso
Baca selengkapnya

16. Masih Berstatus Istri

“Darl ... Darline ...” ucap Hayden sampai hampir tersedak ketika menyadari apa yang tengah dilakukan Darline.Bibirnya berusaha menyingkirkan bibir Darline, melepaskan diri. Namun, Darline malah makin menjadi.Pengaruh alkohol dari minumannya, serta rasa frustrasinya, membuat Darline gelap mata.Malam ini, Darline hanya ingin kelegaan. Pelampiasan. Apapun akan dia lakukan asalkan segala rasa pahit di hatinya ini bisa tersembur lepas dari dirinya.Dan Hayden seperti penawar bagi racun yang bersemayam dalam hatinya.“Aku menginginkanmu, Paman. Seperti malam itu,” ucap Darline saat dia melepas pagutannya untuk sesaat.Namun, bibir ranumnya kembali melumat bibir Hayden sekejap kemudian. Bukan itu saja, jemari lentiknya pun membelai dada kokoh Hayden menimbulkan gesekan panas bagai bara api.Aroma napas mereka saling merasuk, kehangatan tubuh mereka pun saling menguar.Untuk sesaat, Hayden terbuai. Dia mulai menerima lumatan bibir Darline.Pria itu bahkan mengeratkan pelukan mereka.Kembal
Baca selengkapnya

17. Darline Karyawanku!

Darline begitu terkejut mendengar suara Willson yang berteriak kasar di telepon.Dia sangat tak menyangka Willson akan langsung menyecarnya sekasar itu. Menyesal rasanya dia mengangkat telepon dari Willson di tempatnya berdiri sekarang ini. Karena ketika dia melirik Hayden, pria itu terlihat sama terkejutnya dengan dirinya.“Kenapa dia harus sekasar itu memarahimu?” geram tertahan Hayden diucapkannya dengan kedua gigi yang masih mengatup.Tentu saja, suara keras Willson di telepon menguar dari ponselnya dan terdengar oleh Hayden.Darline merasa sangat dipermalukan Willson.“Maaf, Pak,” bisik Darline lirih sambil menjauh dari Hayden seraya menutup ponselnya dengan tangan agar suara Hayden tidak masuk dan terdengar oleh Willson.Saat dia telah tiba kembali di dekat gedung showroom yang kini sepi karena customer berkumpul menyaksikan show dari Ms. Lin, Darline mulai menjawab Willson dan berkata pada suaminya itu dengan nada menenangkan.“Willson, dengan kamu marah-marah tadi, aku berangg
Baca selengkapnya

18. Jangan Cemas ...

Mendengar pertanyaan Willson, jantung Lissa berdegup kencang.Gadis itu langsung teringat tentang panggilan telepon dari Ringgo -pelayan yang dia titipkan gelas minuman wine yang telah dia bubuhkan obat perangsang- satu hari setelah pesta di Villa Opa Ben.Pada Ringgo Lissa memintanya agar minuman itu diberikan pada salah satu penjaga villa Opa Ben.Rencana Willson yang dijalankan Lisa waktu itu adalah agar penjaga villa Opa Ben yang telah meminumnya pun merasakan panas dan diarahkan untuk menunggu di paviliun kosong belakang taman.Di saat itulah, Willson juga mengirimkan pesan teks pada Darline.Saat pengiriman pesan itu sendiri, Willson sudah pergi dari villa Opa Ben, yang lalu disusul dengan Lissa dan ibunya selepas Lissa memastikan sendiri, Darline sudah ke paviliun kosong belakang taman.Namun, alangkah terkejutnya Lissa ketika hari Ringgo menelpon di siang hari berikutnya.“Maaf, Non Lissa. Minuman kemarin itu sepertinya terminum oleh orang lain.”“Haa? Bagaimana bisa? Kenapa k
Baca selengkapnya

19. Selamat Datang ...

“Sudah beres semua ini. Kamu masih ngapain lagi, Lis?” Bu Mira bertanya pada Lissa yang terlihat sibuk dan repot di kamar.Dia seperti mencari barang yang hilang.“Tunggu, Bu, masih nyari contact lense aku, Bu. Sayang kalau ditinggal.”“Ya, sudah, cepetan!”Bu Mira sudah siap dengan koper dan beberapa dus yang akan dibawanya menuju Bandung.Sebentar lagi, mobil sewaan mereka akan tiba dan mengantarkan dirinya dan Lissa ke kota baru tempat tinggal mereka. Rumah ini akan ditinggalkan dan biar Darline yang mengurus sisanya.Apakah rumah ini akan diberikan pada Darline dengan cuma-cuma?Tentu saja tidak. Ada sesuatu yang terjadi dan dengan rumah ini diberikan pada Darline, maka Willson akan bisa lepas dari semua hal.“Sudah, Bu, ini! Akhirnya kutemukan juga.” Lissa akhirnya muncul dari kamar dan ikut duduk menunggu mobil di ruang tamu.Melihat tidak ada kakaknya di sana, Lissa pun berbisik pada sang ibu, “Bu, apa nggak pa-pa kita tinggalin rumah ini sama Darline?”“Ya, nggak apa-apa lah.
Baca selengkapnya

20. Kalau Sampai Menyakitinya lagi ...

Ketika Darline menuju dapur, dia tak menyadari bahwa kedua tangan Willson sudah terkepal keras. Begitu kesal dan marah Willson pada Darline karena dengan santainya malah mengundang Paman Hayden bertamu di rumah mereka.Namun, tanpa Willson sadari, kedua mata Hayden melihat tangan terkepal Willson.“Apa aku mengganggumu, Willson?” tanya Hayden seraya menancapkan tatapan intimidasi pada Willson.Pria itu segera gugup dan duduk di hadapan Hayden.“Tid- tidak, Paman. Tentu saja tidak.”Meski begitu, dari sikap duduk Willson, Hayden bisa melihat bahwa keponakannya itu teramat gugup juga marah.Hayden dan Mira merupakan saudara sepupu. Ayah Mira dan ibunya Hayden merupakan kakak beradik. Lalu, Ibu-nya Hayden menikah dengan seorang pria berkebangsaan barat, bermarga Lewis. Setahun kemudian, lahirlah kakak perempuan Hayden dalam keluarga Lewis disusul Hayden yang lahir tiga tahun kemudian.Namun, Mira telah lahir hampir satu dekade sebelum kakak perempuan Hayden lahir.Meski begitu, sekalipun
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status