Semua Bab Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!: Bab 21 - Bab 30

127 Bab

21. Are You Alright?

Tanpa perlu ditanyakan, pikiran Darline langsung menuduh Willson yang mengambil dua kotak perhiasan emasnya.Tentu saja siapa lagi? Darline selalu menyelipkan kunci laci di tumpukan baju terbawahnya. Dan hanya Willson yang mengetahui hal tersebut.Lagipula, sudah berulang kali Willson menyinggung tentang perhiasan itu dan mencoba ‘meminjam’-nya dari Darline.“Sekali ini saja, Darline. Bulan ini aku nggak punya uang sisa, Sayang. Mau biaya servis mobil dari mana lagi?Kalau tidak diservis, nanti cepat rusak. Ayolah! Sekali ini saja, aku meminjam perhiasanmu untuk kugadai. Aku sudah tidak mempunyai uang lagi.”“Biarkan aku meminjam perhiasanmu untuk kugadai, Darline. Supaya rumah baru kita cepat selesai.”Masih banyak kali Willson berusaha meminjam perhiasan itu dengan berbagai alasan. Beruntung Darline selalu menolaknya dengan tegas.“Perhiasan ini adalah mas kawin dari kamu untuk aku, Willson. Jadi, ini adalah milikku sendiri. Hak-ku sendiri. Tidak ada hak-mu di perhiasan ini. Kalau k
Baca selengkapnya

22. Ambang Batas (1)

  Apakah ini semacam pertanda bahwa Willson tidak menginginkan dirinya lagi? Bahwa Willson sudah memutuskan untuk membiarkan pernikahan mereka hancur? Darline pun memutuskan menjawab dengan sopan. Darline: [I’m okay, Paman.] Sent! Tak lama, balasan dari Hayden datang lagi. [Oke, Darl. Aku harap kamu sangat baik-baik selalu. Ingat, jangan ragu menelponku jika Willson bertindak kasar lagi! Dan satu lagi, berhenti memanggilku paman! Sudah kubilang, aku tidak mau menjadi pamanmu!] Darline semakin meneteskan air mata ketika membaca perhatian yang tergores di pesan chat dari pak boss-nya itu. Sejujurnya, sebagian dirinya ingin mengungkapkan apa yang baru saja dia alami pada Hayden. Tapi rasa malu yang menyelimuti dirinya lebih besar dari segala rasa pahit yang mendekam dalam dadanya. Darline pun mengetik lagi meskipun pandangannya terhalang oleh kaca ponsel yang sudah retak, juga air mata
Baca selengkapnya

23. Yang Sudah Diatur Sebelumnya

“Dengan semua ini apa Anda masih mau berkelit?”Suara keras dan kasar pria itu membuat Darline tersadar dari lamunan singkatnya. Hati dan pikirannya benar-benar tak tahu harus berbuat apa.Diam-diam Willson membalik nama rumah ini menjadi namanya, tapi pada akhirnya rumah ini dipakai untuk jaminan pinjaman dari rentenir.Ini sama saja bohong. Justru Willson terlihat sedang memanfaatkan namanya, mengambil keuntungan dari nama Darline.“Berapa yang harus saya bayar agar tidak diusir dari rumah ini?” tanya Darline pada akhirnya.“Tiga puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah!” sahut pria di hadapan Darline.Kembali Darline merasakan lemas di sekujur tubuhnya. Uang segitu besar, dari mana dia harus mendapatkannya?“Jika tidak membayar, saya harus keluar dari rumah ini?”“Iya, Bu! Kan sudah kita bahas tentang ini! Sekarang ditanyakan lagi!”“Apa nggak bisa kasih keringanan? Beri saya tambahan 3 hari lagi? Untuk berkemas?” Darline berusaha menawar agar dia bisa mendatangi Willson dan meminta
Baca selengkapnya

24. Kamu Permata, Dia Kotoran!

“Pam—paman Hayden? Kenapa bisa tiba-tiba ada di sini?”Darline yang gelisah melupakan lagi larangan Hayden untuk memanggilnya paman.“Ck! Tentu saja aku tidak bisa merasa tenang. Jadi, aku iseng kembali ke sini untuk mengecekmu. Namun kau malah duduk di luar seperti anak ayam-” Belum selesai Hayden mengeluarkan kekesalannya, dia melihat memar di wajah Darline ketika wanita itu mengangkat wajahnya. Sontak Hayden langsung berubah berang.“Kenapa wajahmu?” tanya cepat seraya menghampiri dan duduk di samping Darline. Dagu Darline diangkatnya dan wajah itu kembali dihadapkan padanya untuk melihat lekat-lekat memar di pipi atas Darline.“Apa Willson memukulmu?” geramnya tertahan seraya menahan geraman marahnya.Kali ini, Darline tak ingin membela Willson lagi. Dia sudah teramat sakit hatinya karena ulah Willson. Darline pun diam dan menunduk.“Sudah kubilang, telepon aku kalau dia mengasarimu lagi! Kenapa tidak kau lakukan?” Hayden kehilangan kesabarannya hingga dia tanpa sadar menaikkan n
Baca selengkapnya

25. Ada Yang Aneh ...

Darline sudah menolak, tapi Paman Hayden tetap memaksa agar mereka ke kediamannya dulu, baru kemudian dia akan mencarikan tempat bermalam untuk Darline. “Duduk sini, Darline. Aku akan mengambil kantung es batu dulu.” Hayden meninggalkan Darline duduk di sofa ruang tamunya. Tak lama kemudian, pria itu sudah kembali dengan sekantung es batu dengan kain handuk kecil di tangannya. “Tahan sedikit, ya,” kata Hayden dengan penuh kelembutan. Masalahnya, tekanan yang dia berikan saat mengompres pipi lebam Darline tidak sama lembut dengan suaranya. “Arrgggh!” erang Darline tertahan. Dia meringis perih ketika lebam itu ditekan. Rasa dingin menyengat Darline, menimbulkan perih, tapi hanya sesaat. Setelahnya, dia merasa lebih baik meski Darline masih terlihat mengernyit menahan rasa sakitnya. “Makanya ... sudah kubilang hubungi aku kalau dia mulai kurang ajar, tapi kenapa kau keras kepala sekali? Malah bilang mau cas HP! Asal kau tahu, aku sebenarnya belum benar-benar pulang ke rumah dari ta
Baca selengkapnya

26. Rencana Jebakan?

“Sudah kuduga. Rasanya tubuhku menjadi panas dan gelisah sehabis meminum itu. Apakah minuman itu dicampur obat perangsang?” Darline sampai menoleh ketika Hayden mengatakan hal itu pada si penelpon. Dia bertanya-tanya minuman apa yang Hayden minum yang bercampur obat perangsang? Melihat Darline menoleh dan seakan ingin tahu terhadap percakapannya, Hayden menekan tombol speaker dan suara Gael pun terdengar jelas. “Iya, Bos. Dari rekaman kamera CCTV terlihat salah satu keponakan Anda menaruh sebungkus obat di minuman itu. Lalu dia menitipkannya pada pelayan. Hanya saja, tak lama kemudian, pelayan dipanggil untuk melayani tamu dan dia meninggalkan minuman di meja dapur. Saat itulah, Boss datang dan menanyakan minuman yang bisa Boss minum dan pelayan menunjuk ke arah dapur. Mungkin Boss salah mengira minuman mana yang ditunjuknya sedangkan pelayan itu pun sedang buru-buru pergi, sehingga Boss malah meminum wine yang berisi obat. Setelah boss pergi dari dapur dan pelayan itu kembali, d
Baca selengkapnya

27. Cari Rekaman Di Paviliun

Di ibukota ini, Hayden menempati unit penthouse dari apartemen yang dibelinya sebagai tempat tinggal selama dia mengurusi perusahaan di Indonesia. Apartemen itu sendiri menyasar kalangan kelas atas. Meski begitu, unit di lantai pertengahan merupakan unit yang lebih terjangkau untuk kalangan kelas menengah.Di situlah, Hayden menyewa untuk tempat tinggal Darline sementara ini.“Daripada susah payah mencari lagi di tempat lain, apalagi hari sudah malam. Lagipula aku mengenal seseorang yang menyewakan unit apartemen miliknya di lantai bawah. Aku tinggal menghubunginya lalu kunci bisa minta di manajer apartment.”itu alasan yang Hayden lontarkan agar Darline bersedia disewakan apartemen di lantai tengah. Padahal sebenarnya dia hanya ingin Darline tinggal berdekatan dengannya. Meskipun sementara, itu cukup berarti bagi Hayden.“Ini masih terlalu mewah, Paman,” elak Darline ketika mereka sudah mengambil kunci di manajer apartemen dan melihat isi dalam dari unit yang disewakan Hayden untukny
Baca selengkapnya

28. Datang Bersama

Lissa sampai mengucek matanya untuk memastikan isi pesan yang dikirimkan Willson padanya.Seharusnya dia sudah bisa memperkirakan bahwa tugasnya akan tiba di fase ini. Jadi, seharusnya dari awal Lissa sudah memperkirakan bahwa konspirasinya bersama Ringgo -menutupi kesalahan mereka mengenai wine yang terminum orang lain- pasti akan terbongkar juga.Willson meminta rekaman CCTV Darline bersama penjaga memasuki kamar yang sama dan bermalam di sana, baru keluar dari sana ketika pagi menjelang.Lissa kelabakan. Dia gegas mengambil ponsel dan menghubungi Ringgo.Ketika akhirnya Ringgo menjawab, Lissa gegas menyecarnya.“Ringgo! Kamu harus tolongin aku! Willson minta rekaman CCTV di paviliun tempat eksekusi rencana kita pada Darline. Kamu bisa kan, cariin, tapi kalau dapat, kamu lihatin dulu siapa yang bersama Darline. Laporin dulu ke aku, baru nanti aku kasih tahu lagi apa yang harus dilakukan selanjutnya. Bisa, kan?”Di ujung telepon ada jeda sejenak. Pria muda yang telah tinggal di villa
Baca selengkapnya

29. Jangan Sampai Terlihat!

Sungguh sangat romantis sebenarnya. Tapi malah membuat DArline heran, sekaligus resah. Hayden menekan tombol B menuju basement sementara Darline masih menanti jawaban dari Pak Boss-nya itu. “Mas, kenapa bisa ke tempatku sih? Mas sengaja ya mau jemput-jemput aku ke kantor segala? Padahal semalam di chat katanya sampai ketemu di kantor.” Darline memanyunkan bibirnya mencibir pesan chat yang sangat berbeda dengan kelakuan pria itu pagi ini. “Sudah kubilang tadi, kan? Kebetulan mau ke kantor, jadi aku samperin dulu. Kali aja pas momennya. Dan eeeh, bener, kau juga baru mau berangkat. Jadi ya sama-sama saja!” Darline merasa tak percaya. Dia pun mendelik Hayden. “Masa sih? Kok aku nggak percaya ya?” “Terserah! Kalau nggak percaya ya terserah. Yang penting sekarang kita harus segera berangkat kantor! Oh ya, coba kulihat dulu bekas lebammu kemarin." Hayden tiba-tiba saja meraih dagu DArline dan mengarahkan wajah Darline ke arahnya. Ditelisiknya lekat hingga membuat DArline deg-deg-an, me
Baca selengkapnya

30. Ada Hukuman Lho!

“Err ... Ng—nggak kok, Bu, saya dari pintu samping.”Terlalu gugup membuat Darline malah berbohong. Dia menyesalinya tak sampai sedetik kemudian.“Ah, Ibu lihat dengan jelas, kamu masuk dari pintu belakang. Pake nengok kanan kiri lagi, kayak takut terlihat orang. Kamu datang dengan siapa memangnya?”“Errr, itu, annuu ...” Darline semakin gugup hingga, apalagi tatapan Bu Alma semakin lekat menelisik wajahnya, mencari kejujuran di sana.Tak sanggup dipandangi seperti itu oleh atasannya yang Darline yakin berusia di pertengahan tiga puluhan, Darline pun menunduk sambil menjawab lirih, “Iya, Bu, tadi dari pintu belakang soalnya ...”Saat itulah ide baru pun muncul. Darline menambahkan, “Soalnya tadi Bapak sempat manggil saya pas mobilnya lewat mau ke parkiran. Jadi, saya samperin dulu.”“Oh ... ya kalau begitu, kenapa harus bilang dari pintu samping tadi! Kamu ini!”Darline yang mendapat ceramah dari Bu Alma hanya tersenyum malu. Sekali lagi, dia mendapatkan delikan tajam -yang kali ini j
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status