Home / Romansa / Pernikahan Paksa Pewaris Arogan / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Pernikahan Paksa Pewaris Arogan: Chapter 141 - Chapter 150

365 Chapters

142. Kecelakaan

"Tunggu, aku akan menyuruh pelayanku untuk mengantarkan minuman."Rafael segera mengangkat ponsel dan menghubungi pelayannya.Tidak lama kemudian, beberapa kaleng minuman beralkohol diantar oleh beberapa orang pelayan.Dengan pendekatan tawar-menawar, akhirnya mereka mencapai kesepakatan yang memuaskan semua pihak.Rafael menarik tangan Aiyana untuk segera berlalu dari sana."Buang mereka ke laut setelah mereka tertidur semuanya!" titah Rafael kepada para pelayannya."Baik, Tuan Rafael!"Mereka berjalan kaki kembali ke cafe."Terima kasih, Tuan Rafael. Saya benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi jika Anda tidak datang.""Mengapa temanmu masih belum tiba?"Aiyana terdiam dan memutuskan untuk tidak menjawab. Dia juga tidak bisa menceritakannya secara detail kepada Rafael mengenai Edward dan Emily.Tiba-tiba suara memalukan keluar dari perutnya.Kruk! Kruk!"Astaga, ini memalukan sekali," u
last updateLast Updated : 2024-01-05
Read more

143. Tanggung jawab seumur hidup.

Truk dari arah berlawanan tersebut yang melaju dengan kecepatan tinggi juga tidak dapat terlepas dari kecelakaan. Truk itu membanting sisi jalan yang lain lalu terbalik.Boom!Ledakan yang dahsyat terjadi, menghasilkan suara keras dan kilatan lampu yang menyilaukan.Mobil sport metalik milik Edward hancur berkeping-keping, dan serpihan-serpihan kaca berserakan di sekitarnya. Truk juga tidak luput dari kerusakan, dengan bagian depannya yang penyok dan mesin yang mengeluarkan asap dengan sedikit api kecil tersisa.Edward merasa sangat sakit di berbagai bagian tubuhnya, tetapi dia masih sadar."Emily ... "Saksi-saksi yang berada di sekitar lokasi kecelakaan segera berhamburan untuk memberikan pertolongan. Mereka memanggil tim penyelamat dan petugas kepolisian. Edward dan Emily terjebak di dalam reruntuhan mobil mereka, mengalami luka-luka serius.Edward melihat kedua kaki milik wanita itu terjepit bagian depan mobil."Emily!" pan
last updateLast Updated : 2024-01-05
Read more

144. Aku akan melupakan Adelia.

Edward terbangun dengan perlahan di ruang perawatan rumah sakit. Pandangannya buram saat ia mencoba mengenali sekelilingnya.  Ranjang putih yang bersih, bau antiseptik yang khas, dan bunyi mesin-mesin medis menjadi latar belakang di pagi yang tenang. Saat ia mencoba menggerakkan tubuhnya, Edward merasakan rasa sakit yang menghantam tubuhnya. Tubuhnya terasa lemah dan terbungkus oleh perban.Setelah beberapa saat menyesuaikan diri, ingatannya pun kembali. Kecelakaan, Emily yang terjebak di dalam mobil, dan janjinya untuk bertanggung jawab.Dia sudah melupakan tentang Aiyana yang masih berada di Cafe ataupun di mana wanita hamil itu berada saat ini.Edward hanya bisa berharap Aiyana sudah pulang ke rumah dan semua baik-baik saja.Dengan hati yang penuh kekhawatiran, Edward memalingkan pandangan ke arah ranjang sebelahnya. Di sana, Emily terbaring tak bergerak. Wajahnya masih pucat, dan wanita itu tetap tidak sadarkan diri dengan beberapa perala
last updateLast Updated : 2024-01-06
Read more

145. Di mana Pewaris Arogan itu?

Sesaat setelah Melinda mengakhiri pembicaraannya dengan bayi dalam rahimnya, tiba-tiba perutnya mulai terasa sakit. Rasa sakit yang semakin intens menandakan bahwa saat kelahiran sudah dekat. Dengan napas terengah-engah, Melinda segera mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Afgan. "Aahh, sakit ...," rintih Melinda sambil memegang perutnya dengan gelisah. Sebelah tangannya masih berusaha untuk menghubungi nomor Afgan. Namun, ketika nada dering terdengar, Afgan hanya melirik malas panggilan dari istrinya. Dia tampak tidak terlalu tertarik untuk menjawab. Melinda merasa cemas dan kecewa. Meski dalam keadaan sakit, dia mencoba sekali lagi. "Panggilan dari Melinda," bunyi pemberitahuan di ponsel Afgan, tetapi kali ini pun, pria itu hanya menghela nafas dan mengabaikannya. Melinda merasakan kekecewaan dan ketidakpastian di tengah-tengah rasa sakit yang semakin meningkat. "Afgan, tolong ... aku sakit!" Melinda merintih dengan wajah yang mulai pucat dan
last updateLast Updated : 2024-01-06
Read more

146."Melinda, semua ini adalah siasatmu, bukan?"

"A-aku tidak tahu, Dad." Melinda menjawab dengan canggung dan suara bergetar.Melihat itu, Bayu segera menyela, "tadi dia hadir sebentar lalu pergi karena ada urusan di hotel yang mendesak.""Mendesak? Apa yang lebih penting daripada keluarganya?" Achmed mulai merasa kemarahan berkumpul di dadanya.Melinda mencoba tersenyum dan menyambut mereka dengan hangat, meskipun hatinya masih terbebani oleh perasaan kesedihan dan kecewa. "Terima kasih, Mom, Dad. Kami sangat bersyukur atas dukungan dan kehadiran Anda di sini."Ayah Afgan melangkah mendekati bayi yang tertidur dengan damai. "Cucu kami sudah lahir, ya? Bagaimana kabarnya?"Melinda merasa haru melihat kebahagiaan di wajah mertuanya. "Iya, Dad. Dia adalah anugerah terindah dalam hidup kami."Mereka melanjutkan memberikan selamat dan berbicara tentang momen indah yang baru saja mereka alami. Melinda mencoba untuk menikmati kebersamaan ini, tetapi kekosongan di hatinya tetap terasa."Y
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more

147. Mengapa hatiku terasa kosong?

Melinda masih menunggu perkataan Afgan. Mereka saling menatap tajam cukup lama sampai akhirnya Afgan melanjutkan kalimatnya, "kamu mengatur sehingga dia harus mengambil shift malam. Apa tujuanmu?"Melinda langsung tertawa dalam menanggapi pertayaan tersebut. Tawanya malah membuat Afgan merasa tersudutkan dan kembali melayangkan tatapan tajam."Jelaskan!" seru Afgan menaikkan suaranya sehingga bayi dalam ranjang box di samping mereka menangis seketika."Afgan! Bayi kita terkejut karena suaramu! Kamu gila!"Afgan berdiri dan melangkah ke arah box bayi, ditatapnya bayi yang menangis itu dengan tatapan semu. Pria itu sama sekali tidak merasa memiliki ikatan apa pun terhadap bayi yang sudah lahir tersebut."Dia ... mengapa hatiku terasa kosong," gumam dalam hati. Pria itu hanya mematung melihat bayi yang menangis terus tanpa ada niat untuk menggendongnya.Sampai seorang perawat yang masuk dengan langkah tergesa-gesa karena Melinda memencet tombol panggil."Ada apa? Mengapa bayimu menangis
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more

148. Ulu hati yang sakit!

"Apa yang ingin kamu berikan kepadaku?" Afgan melayangkan tatapan tajam kepada perawat cantik yang sedang berada di hadapannya."Sebuah rekaman video yang sudah pasti akan membuatmu sangat terkejut." Perawat yang bernama Fiona itu tidak hentinya mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang kerja Afgan yang sangat mewah.Afgan mengerti orang-orang yang biasa memeras dan tergiur dengan kemewahan. Dengan lincah tangannya segera menuliskan sebuah nominal yang fantastis ke selember kertas cek di hadapannya lalu menandatanganinya."Seharusnya sudah cukup. Berikan rekaman itu!" seru Afgan sambil menyodorkan selembar cek tersebut. Suara yang tegas dan lantang membuat Fiona tersentak mundur."A-aku ... punya syarat!""Katakan!" Afgan menurunkan tempo suaranya dan mengepalkan kedua tangan dengan erat."Aku ingin bekerja di kantor. S-sudah merupakan keinginanku dari dulu supaya bisa bekerja di sebuah perusahaan mewah. I-Ibuku yang menginginkanku menjadi s
last updateLast Updated : 2024-01-08
Read more

149. Rahasia Pewaris Arogan.

Afgan mematut dirinya di depan cermin dalam kamar mandi yang ada di ruangan kerjanya yang mewah. Wajah tirus dengan jambang tipis yang tumbuh dan rambut yang tidak tersisir rapi membuat penampilannya terlihat kacau.Afgan berulang kali mencuci wajahnya dengan air dari kran wastafel yang mengir, tetapi tetap tidak mampu menghilangkan rasa lelah dan gundah dalam dirinya."Sepertinya aku harus pulang ke rumah dan berendam dalam yacuzi, mumpun Melinda masih berada di Rumah Sakit."Akhirnya Afgan memutuskan untuk membawa mobilnya kembali ke rumah. Sudah hampir dua bulan, pria itu tidak pulang ke rumahnya. Semua waktu yang ada dihabiskannya di hotel dalam sebuah ruangan tanpa tempat tidur. Terkadang, Afgan tertidur di depan laptop dan terkadang, dia tertidur di sofa.Sampai di dalam kamarnya, Afgan membuka pakaiannya dengan rasa enggan."Ternyata aku juga melupakan diriku untuk sekedar mandi!" seru Afgan sambil mengernyitkan alis saat mencium pakaiannnya sendiri.Dengan langkah santai, Afg
last updateLast Updated : 2024-01-08
Read more

150. Penyesalan dan ketakutan Afgan.

"Tidak! Bik Minah!"Brak!!Afgan merasakan seperti tulang punggung yang patah. Kesakitan atas kayu balok yang menimpa tubuhnya yang kecil.Dia dapat merasakan panas yang membakar dan mendengar suara ledakan kecil. Pemandangan itu menjadi semakin gelap, hingga Afgan merasa seolah-olah dirinya tenggelam dalam lautan api.Samar-samar dia melihat di dalam kobaran api itu, Adelia melambaikan tangan dengan senyum hangat. Di sebelahnya ada Bik Minah dan sisi lainnya adalah Ayah Adelia."Tidak! Jangan tinggalkan aku!" teriak Afgan dengan panik.Afgan terbangun dengan napas tersengal-sengal, tubuhnya diliputi keringat dingin. Matahari pagi bersinar cerah melalui jendela kamar tidurnya yang luas. Dia duduk tegak di tempat tidur, masih terpukul oleh mimpi buruk yang baru saja ia alami.Hatinya berdegup kencang, dan wajahnya pucat. Kemeja tidurnya juga sudah asah dengan keringat. Afgan mencoba mengusir bayang-bayang mimpi itu dari pikirannya, tet
last updateLast Updated : 2024-01-08
Read more

151. Penyesalan Afgan

Achmed Al-Futtaim dan Kanya, orangtua Afgan, mendengar kabar yang mengguncang ketenangan hidup mereka. Kabar tentang keadaan besan  mereka yang tiba-tiba shock dan sakit membuat mereka merasakan kegelisahan yang mendalam. Wajah mereka tergambar dengan ekspresi khawatir dan takut saat mereka melangkah dengan langkah cepat menuju rumah sakit.Dalam perjalanan menuju rumah sakit, pikiran Achmed dan Kanya penuh dengan pertanyaan dan kekhawatiran. Mereka saling pandang, dan mata mereka mencerminkan kekhawatiran yang mendalam. Mereka tidak bisa membayangkan bahwa kehidupan mereka akan berubah dalam sekejap karena situasi yang tak terduga ini."Sungguh, apa yang terjadi?" ucap Achmed dengan suara serak, mencoba menenangkan dirinya sendiri sekaligus hati istrinya, Kanya. "Semoga ini hanya sebuah kejadian yang sementara dan semuanya akan baik-baik saja.""Benar, saya tidak bisa membayangkan perasaan Adelia seandainya dia masih hidup. Kita sekeluarga berhutang terama
last updateLast Updated : 2024-01-09
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
37
DMCA.com Protection Status