Home / Romansa / TERPERANGKAP HASRAT MAFIA KEJAM / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of TERPERANGKAP HASRAT MAFIA KEJAM: Chapter 31 - Chapter 40

50 Chapters

Bab 31 Kehilangan Kehangatan

Arsana yang kini berada di ruang rahasianya mencoba mencari tahu tentang pekerjaan Zayver melalui komputernya. Namun, Arsana tidak menemukan proyek besar seperti yang terlihat dalam gambar diambil dari ruang kerjanya.Saat Arsana sedang fokus pada gambar proyek tersebut, tiba-tiba dia teringat dengan Edward yang terlibat dalam perdagangan manusia. Arsana tidak dapat menyembunyikan rasa kecewanya terhadap Edward, yang sebelumnya dianggap sebagai rekan kerja. Dengan ragu, Arsana menatap nomor ponsel Edward yang masih tersimpan di kontak teleponnya, namun dia mengurungkan niatnya untuk tidak menelepon Edward.Arsana kemudian mengetik pesan dan mengirimnya pada rekan timnya, meminta data pelaku yang sudah ditangkap pada kejadian minggu lalu. Dalam waktu singkat, Arsana mendapatkan beberapa identitas para pelaku yang telah ditangkap. Namun, dahi Arsana mengkerut setelah membaca nama Edward yang ternyata telah tertangkap dan saat ini berada di tahanan.Setelah sejenak terdiam, tanpa berpiki
Read more

Bab 32 Melanjutkan Rencananya

Huek! Huek! “Kau, mau aku panggilkan dokter?” tanya Zayver yang masih berdiri di samping Arsana. “Tidak perlu, aku baik-baik saja! Lebih baik, kamu pergilah bekerja.”“Ck! Kau memang keras kepala,” ucap Zayver memilih pergi ke kamarnya tanpa memperdulikan Arsana. Arsana terdiam, mendadak rasa mualnya menghilang saat Zayver pergi. “Sepertinya, aku alergi dengan pria itu!” Arsana bergumam sambil berjalan keluar dari kamar mandi. Matanya membulat, menatap tanggal yang ada di ponselnya. “Tidak mungkin! Aku-” Dengan wajah menunduk Arsana menatap ke arah perutnya yang masih rata, wajahnya terlihat cemas.**** Arsana terlihat murung saat menatap makanannya dengan tatapan kosong, seolah-olah pikirannya sedang melayang ke tempat yang jauh.Arsana terus menatap makanannya tanpa sepatah kata pun. Ekspresinya begitu suram, seakan-akan memperlihatkan beban pikiran yang terlalu berat baginya untuk diungkapkan. Suasana hening tercipta di sekitarnya, hanya suara sendok yang berada di tangan
Read more

Bab 33 Ciuman yang Lembut

Arsana segera datang ke klub malam dengan kecepatan luar biasa dan menyelinap keluar diam-diam tanpa diikuti para pengawal. Dia mengenakan topeng yang menutupi setengah wajahnya, seperti biasanya untuk menyamar sebagai Arsa. Klub itu sangat ramai, musik berdentum keras dan lampu-lampu berkelap-kelip, tetapi dia langsung menuju ke ruangan belakang. "Arsa, aku sangat senang kau datang kembali," kata manajer dengan nada lega. "Aku kira kamu tidak akan mau datang lagi! Sudah lama sekali sejak terakhir kali kamu bekerja di sini.""Ada apa, sampai kamu harus menelponku dan berbicara seperti itu padaku?" tanya Arsana dengan nada tegas."Bos besar ada di sini dan dia ingin bertemu denganmu. Dia tidak akan menerima alasan apapun. Hanya kamu yang bisa menenangkannya," jawab manajer dengan suara bergetar.Dia mengangguk, mengerti. Bahkan Arsana juga tahu siapa orang yang disebut bos besar itu. Arsana melangkah masuk ke ruang VIP, tempat biasa dia menemui Zayver sebelumnya. Di sana, dudukla
Read more

Bab 34 Kemarahan Zayver

Hari ini Arsana pergi mengajar, Zayver sudah tahu pekerjaan Arsana selain menjaga studio, dia juga menjadi guru relawan.Orang-orang suruhan Zayver masih terus mengikuti pergerakannya, membuat Arsana semakin terhambat dalam menjalankan misinya. Setelah selesai mengajar, Arsana berniat untuk mengunjungi Zahra kembali, tetapi sebelum pergi ke tempat Zahra. Arsana datang ke sebuah mall yang tak jauh dari rumah sakit dimana Zahra bekerja. Arsana terus berjalan-jalan, berbelanja begitu banyak barang dan dipegang oleh semua pengawalnya lalu dia pun masuk ke dalam klinik kecantikan, berpura-pura untuk menjalani perawatan seperti yang dilakukan pada saat itu. Para pengawalnya pun menunggu di luar klinik tanpa curiga. Arsana dengan lihai menyelinap keluar dari pintu belakang klinik, memastikan tidak ada yang menyadarinya. Setelah berhasil lolos dari pengawasan, Arsana bergegas menuju rumah sakit tempat Zahra, bekerja. Setibanya di rumah sakit, Zahra terlihat kaget melihat Arsana tiba-tiba
Read more

Bab 35 Menemukan Jalan Keluar

Zayver menembak kaki masing-masing pengawalnya yang ceroboh. Ruangan dipenuhi jeritan kesakitan, tetapi Zayver tidak peduli. Matanya bersinar dengan kebencian."Kalian tidak becus menjaga Arsana!" teriaknya, suaranya bergetar oleh kemarahan. "Temukan dia, atau kalian akan merasakan akibat yang lebih buruk lagi!"Para pengawal hanya bisa mengangguk dengan kesakitan, berjanji dalam hati untuk menemukan Arsana secepat mungkin. Namun, di balik janji mereka, ketakutan dan kegelisahan terus mengintai, bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada Arsana.Zayver menatap para pengawalnya yang tergeletak di lantai dengan ekspresi dingin. Mengabaikan jeritan kesakitan mereka, dia merogoh saku dan mengeluarkan ponselnya. Dia menekan beberapa tombol dan menelepon asistennya."Cari Arsana melalui setiap CCTV yang ada di jalanan. Gunakan semua sumber daya yang kita miliki. Aku ingin laporan secepatnya," kata Zayver dengan nada tegas."Siap, Tuan!" jawab asistennya singkat sebelum sambungan telepo
Read more

Bab 36 Melarikan Diri

Arsana tahu bahwa dia harus melawan untuk bertahan dan bisa keluar dari tempat yang tidak diketahuinya saat ini. Dengan tekad yang kuat, dia mempersiapkan diri untuk menghadapi musuh selanjutnya yang berada di luar.Arsana diam-diam keluar dari ruangan tersebut, melihat ke sana kemari dengan tatapan penuh waspada sambil membawa dua senjata.Dari balik tembok, Arsana menghitung berapa jumlah orang yang berjaga di dalam bangunan tersebut.Ada beberapa orang berjaga di lorong yang harus dilaluinya. Arsana mengatur nafasnya, menyusun rencana dalam pikirannya. Dia harus bergerak cepat dan tepat. Dengan kecekatan yang dimilikinya, Arsana mengendap-endap mendekati penjaga pertama. Sebelum penjaga itu sempat menyadari kehadirannya, Arsana dengan cepat menekannya dari belakang dan membungkam mulutnya. Dengan gerakan cepat menggunakan pisau kecil yang dia ambil dari penjaga sebelumnya, Arsana berhasil mengakhiri nyawa penjaga itu tanpa suara.Arsana melanjutkan langkahnya dengan hati-hati, menj
Read more

Bab 37 Menutupi Tubuhnya

Arsana berlari tanpa arah di dalam hutan yang lebat dengan pohon-pohon di sepanjang jalan, langkah kakinya cukup kesulitan oleh semak-semak yang tebal dan sedikit berduri. Napasnya terengah-engah, di setiap tarikan dan hembusan udara terasa berat di dadanya. Tubuh benar-benar lelah dan lemah, perutnya yang kosong terasa perih. Belum lagi, rasa sakit yang menjalar akibat tendangan kasar dari anak buah Kimchi di perutnya. Namun, rasa takut yang mencekam memaksanya untuk terus bergerak, mencari jalan keluar agar tidak kembali tertangkap.Matanya yang berkaca-kaca, liar mencari celah di antara pepohonan tinggi yang seakan menutup seluruh jalan. Langkahnya sering terhenti oleh akar-akar besar yang menjalar di tanah, membuatnya tersandung beberapa kali. Namun, Arsana tidak punya pilihan lain, dia harus terus berlari. Sesekali menoleh ke belakang, bayangan ketakutan membuatnya yakin bahwa ada seseorang yang mengejarnya. Wajahnya terlihat kacau, keringat bercucuran, rambutnya berantakan,
Read more

Bab 38 Lebih Lembut

Setelah dokter selesai memeriksa Arsana dan memastikan bahwa kondisinya stabil, Arsana kembali berbaring di tempat tidurnya. Saat dokter keluar dari ruangan, keheningan melingkupi mereka. Tiba-tiba, Arsana merasakan sentuhan lembut di perutnya. Ia melihat Zayver yang duduk di sampingnya, tangannya meraba perutnya dengan penuh perhatian."Zayver, apa yang kamu lakukan?" tanya Arsana dengan suara bergetar. Mata mereka saling bertemu, ada kebingungan dan ketakutan di mata Arsana, sementara di mata Zayver, terlihat campuran emosi yang sulit diartikan."Kenapa kamu tidak memberitahuku tentang kehamilanmu?" tanya Zayver dengan nada tegas namun penuh kekecewaan. "Kenapa kamu menyembunyikannya dariku?"Arsana menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian untuk menjawab. "Aku tidak ingin melahirkan anak dari pria kejam sepertimu, Zayver," jawabnya dengan suara gemetar. "Aku takut. Aku takut kamu akan marah padaku dan tak ingin menerima kehadiran bayi ini, ttu sebabnya aku berenca
Read more

Bab 39 Ingin menyentuh

Arsana berhenti sejenak, mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Perasaan gelisah dan cemburu mulai merayap dalam dirinya. Arsana memperhatikan gerak-gerik wanita yang tampaknya berusaha menarik perhatian Zayver dengan cara yang tidak biasa. Meskipun hatinya diliputi kecemasan, Arsana memutuskan untuk tidak mengganggu dan membiarkan Zayver bersama wanita yang mencoba memainkan perannya. Dengan hati yang berat, Arsana berbalik untuk mencari manajernya, karena dialah orang yang menyuruhnya datang dan ingin mempertanyakan siapa wanita tersebut.Namun, Arsana tak kunjung bertemu dengan atasannya hingga membuatnya lelah dan memilih pergi ke ruang ganti, bersiap untuk pulang.Setibanya di sana, Arsana mendadak penasaran dan ingin mencari tahu siapa wanita yang telah berani menyamar sebagai dirinya.Ketika Arsana masuk ke dalam ruang khusus tempat para wanita merias diri, dia tak sengaja melihat wanita yang sebelumnya bersama Zayver telah kembali dan akan melepas topengnya.‘Kenapa cepat
Read more

Bab 40 Sebuah Kecupan

Arsina melangkah ke arahnya dengan percaya diri. "Aku datang untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku dan juga memberitahumu sesuatu, Arsana. Mulai saat ini, kamu harus pergi dari kehidupan Zayver. Dia adalah milikku. Kamu hanyalah istri pengganti,” ucap Arsina dengan tatapan sinisnya."Arsina, kamu tidak punya hak untuk mengusirku dari hidupnya. Zayver adalah suamiku," katanya dengan suara tegas.Arsina tertawa sinis. "Suamimu? Kamu bercanda, kan? Kamu tahu bahwa seharusnya aku yang menikah dengan Zayver."“Ya, seharusnya memang seperti itu, tetapi sayangnya ayahmu telah memilihku dan membuatku menikah dengan Zayver, jadi aku tidak perlu repot-repot memikirkan masa depanku.”“Arsana, kau benar-benar tidak tahu diri! Zayver adalah milikku, sekarang kamu pergi dari rumah ini,” usir Arsina, sambil menunjuk ke arah pintu seakan dialah pemilik rumahnya.Arsana menarik napas dalam-dalam, berusaha keras mengendalikan emosinya yang berkecamuk dalam hatinya yang selalu sensitif se
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status