Home / Romansa / TERPERANGKAP HASRAT MAFIA KEJAM / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of TERPERANGKAP HASRAT MAFIA KEJAM: Chapter 11 - Chapter 20

50 Chapters

Bab 11 Mendengar Suara Desahan

Arsana masih sibuk berada di ruangan rahasia, bahkan studio foto tidak dibuka olehnya. Arsana masih berusaha mencari bukti yang harus di dapatkannya. Mata Arsana tiba-tiba tak sengaja melihat burger yang ada di samping laptop dengan gambar burger yang ada di laptopnya. Gambar burger yang di laptopnya adalah burger pertama saat di restoran dan burger yang di sampingnya saat ini adalah burger kedua. Arsana melihat burger yang ada di dalam laptop tersebut sangat berbeda dengan yang dibawa pulang olehnya. “Ternyata mereka punya dua bahan utama? mengapa aku baru kepikiran sekarang.” monolog Arsana, sambil terus menatap burger yang ada di dalam laptopnya. Burger itu terlihat pucat keabu-abuan, sedangkan daging sapi yang ada di dalam burger kedua terbuat dari daging sapi asli.Arsana tersenyum senang, tidak sia-sia seharian berada di ruang rahasia nya. ****Arsana telah tiba di vila milik Zayver, mata Arsana membulat melihat apa yang ada di hadapannya saat ini.“Arsana!” Matteo terkejut
Read more

Bab 12 Terasa Begitu Mual

Arsana mengikat rambut hitamnya dengan wajah yang kini dipoles dengan make-up tebal, membuat wajah Arsana selalu terlihat berbeda ketika menggunakan make-up.Arsana tidak pernah menggunakan make-up kecuali jika sedang menjalankan misi atau bertugas."Apa yang sebenarnya harus kita bantu?" tanya Zahra, yang baru saja bangun dari tempat tidur Arsana."Aku ingin kalian membantu saya mengalihkan perhatian penjaga yang berada di depan," kata Arsana."Arsana, sejak kapan kamu kesulitan menghadapi penjaga di depan?" canda Zahra sambil tersenyum."Sejak aku menikah dengan Zayver! Apakah kamu tidak melihat berapa banyak penjaga di depan gerbang pada malam hari?" tanya Arsana.Zahra dan Leana mencoba mengintip dari balkon kamar Arsana dan terkejut melihat beberapa penjaga yang berada di depan gerbang."Astaga, ternyata Zayver sangat ketat menjaga istrinya," kata Leana dalam monolognya."Tadi siang tidak sebanyak ini," Zahra terlihat heran dengan banyaknya penjaga yang Zayver tugaskan di rumah
Read more

Bab 13 Menarik Tengkuk Lehernya

Orang itu kembali menyerang menyerang Arsana dengan naik ke atas meja menyebabkan, kepala orang yang sudah terpotong dibunuhnya menggelinding terjatuh ke lantai. Arsana segera menghindar menjauhi pisau yang terus saja mengarah padanya. Dor! Arsana menembak ke arah tangan orang itu di saat pisau hampir saja melayang ke arahnya, beruntung arah sana bisa menghindarinya.Arsana kembali menembak kedua kaki orang itu untuk melumpuhkan nya. “Arghhhhh…” orang yang terlihat seperti psikopat itu mengerang kesakitan. Arsana segera memborgol kedua tangannya. Walaupun Arsana tahu orang itu tidak akan bisa melarikan diri lagi. Arsana dengan cepat menghubungi atasannya, mengirim semua bukti-bukti yang telah di fotonya sebagai barang bukti dan juga tanda jika tugasnya telah selesai memecahkan kasus tersebut. Arsana segera pergi saat polisi yang dikirim oleh atasannya dalam perjalanan. Arsana tidak perlu ikut campur lagi, setelah misinya selesai–itu sudah bukan urusannya lagi. ****Pagi hari b
Read more

Bab 14 Mencium Arsana

Zayver mencium Arsana dengan kasar. Setelah merasa puas, Zayver melepaskannya. "Seperti ini lebih baik!" ucapnya, lalu menarik tangan Arsana keluar dari kamar.Di sepanjang jalan, Arsana terus saja cemberut. Arsana menyesal telah memakai make-up, terutama lipstik. Jika pada akhirnya, Zayver menghapusnya."Tersenyumlah, atau aku akan semakin merusak riasanmu itu." Zayver berbicara tanpa melihat ke arah Arsana yang berada di sampingnya. Dia hanya fokus pada jalanan yang begitu gelap.Arsana dengan cepat merubah raut wajahnya."Zayver, kita akan pergi kemana? Ini sudah terlalu malam," tanya Arsana. Sejak tadi, Arsana dibuat penasaran karena tidak biasanya Zayver mengajaknya keluar pada malam hari. Apalagi jalanan dari vila milik Zayver menuju jalan raya cukup jauh dan mereka harus melewati jalanan yang gelap dengan pohon-pohon lebat di sekitarnya."Kamu akan tahu nanti."Arsana tidak puas dengan jawaban Zayver, tetapi dia tidak ingin bertanya apa-apa lagi.Beberapa saat kemudian, mereka
Read more

Bab 15 Melayaninya

Zayver terlihat risi dengan kehadiran Arsina. Dia mencoba menjaga jarak, tetapi sayangnya wanita itu seperti lintah yang tiba-tiba menempel pada Zayver. Zayver bisa saja melarangnya untuk menjauh, tetapi entah apa yang ada di dalam benak Zayver saat ini malah membiarkan Arsina makin mendekat padanya.Sudah cukup lama, Zayver belum melihat Arsana kembali dari toilet. Bahkan Zayver sudah muak dengan kehadiran Arsina. Tanpa berkata apa pun, Zayver tiba-tiba bangkit dari sofa.“Zayver, kamu mau ke mana?” Arsina meraih tangan Zayver tiba-tiba. “Eh! maaf, aku tidak sengaja.” Arsina segera melepaskan tangan Zayver, setelah mendapatkan tatapan tajam darinya. “Aku harus menemui istriku!” Setelah berkata seperti itu pada Arsina, Zayver langsung pergi mencari Arsana. Arsina mengepalkan tangannya dengan begitu erat. Saat hendak pergi matanya tak sengaja melihat Zahra dan Leana yang melihat ke arahnya, seperti orang yang sedang mengejek. Hal itu makin membuat Arsina geram, dengan cepat per
Read more

Bab 16 Merobek Baju Arsana

Arsana menautkan keningnya, dia merasa tidak asing dengan pakaian orang yang menolongnya. Arsana tiba-tiba teringat dengan orang yang sempat ditabraknya saat menuju toilet.Ya, lelaki itu yang menolongnya saat ini.Arsana memperhatikan setiap pukulan yang dilayangkan lelaki itu pada ketiga berandalan yang terus menyerangnya. Arsana ingin membantunya. Namun, dia tidak ingin menunjukkan keahliannya di depan orang tak dikenalnya. Sehingga Arsana memilih diam, sampai sebuah tarikan di tangannya membuat Arsana terseret masuk ke dalam mobil."Hei, mengapa kau membawaku masuk ke sini?" tanya Arsana."Aku sudah lelah melawan mereka, jadi lebih baik kita pergi saja!" ucap lelaki yang menarik Arsana masuk ke dalam mobil mewah.Dengan tergesa-gesa, dia menjalankan mobilnya.Hening, tidak ada pembicaraan di antara mereka, untuk sesaat setelah mereka berhasil bebas dari para berandalan. Sebelum akhirnya, Arsana mulai bicara."Terima kasih, sudah menolongku."Arsana menoleh pada orang yang telah me
Read more

Bab 17 Melakukannya Di Atas Sofa

Zayver kembali mencengkram erat leher Arsana, kali ini Zayver benar-benar menggunakan sedikit kekuatannya. Mata Arsana membulat, di saat tenggorokan nya mulai terasa sesak. Dengan mata nyalang, Zayver menatap Arsana, wajahnya merah padam menahan amarah. Arsana berusaha mendorong tangan Zayver di lehernya. Mata Arsana mulai berair, tanpa berniat untuk melawan Zayver. Arsana bisa saja menendang kakinya, agar tangan Zayver di lehernya bisa terlepas. Namun, Arsana sama sekali tidak melakukan perlawanan terhadap Zayver. Arsana terlihat seperti gadis lemah tak berdaya di hadapan Zayver. “Z-Zayver…. Lepas!” Zayver masih saja mencekik leher Arsana, sampai di detik-detik terakhir Zayver melepaskannya dengan kasar. Arsana menghirup nafasnya dalam-dalam, sampai terbatuk-batuk. Belum juga selesai Arsana mengatur pernapasannya Zayver kembali menjambak rambut Arsana dan memberikan tamparan keras padanya. Di saat Zayver sedang melepaskan kancing bajunya, Arsana mencoba bicara. “Zayver, b
Read more

Bab 18 Gerakan yang Cepat

Senyum licik Zayver muncul di wajahnya saat melihat Arsana terdiam, sebelum dia mencuri sebuah kecupan ringan di leher Arsana."Aku akan mengajarimu cara mengedit gambar yang benar," ujarnya dengan suara rendah yang penuh janji.Arsana merasa lega, dalam hatinya bahwa Zayver tidak sempat melihat tampilan layar sebelumnya.Dia mulai memusatkan perhatiannya pada layar monitor, menyerap setiap kata dan gerakan saat Zayver menunjukkan cara mengedit gambar dengan benar.Energi antara mereka berdua berdenyut, mirip dengan sepasang kekasih yang tenggelam dalam cinta satu sama lain.Zayver tampak sangat menikmati saat mengajari Arsana, menjelaskan dengan serius bagaimana membuat gambar menjadi lebih menarik."Sekarang giliranmu," Zayver memberi instruksi, memberikan kesempatan kepada Arsana untuk menerapkan apa yang baru saja diajarkan.Arsana meraih mouse dengan ragu, tangan gemetar sedikit sebelum dia sempat menggerakkannya. Dia berhenti, memutuskan untuk berbicara."Zayver, mungkin sebaikn
Read more

Bab 19 Pelukan Hangat Zayver

Arsana melihat sekeliling kamar dengan kebingungan. Ternyata, dia berada di kamar yang bukan miliknya. Zayver ternyata membawanya ke kamarnya sendiri."Zayver, mengapa kamu membawa aku ke sini?" tanya Arsana dengan suara terkejut.Arsana merasa kebingungan. Biasanya Zayver tidak pernah membawa dia ke kamarnya. Apa yang sedang terjadi dengannya?"Kita harus melakukan apa yang seharusnya dilakukan sepasang suami–istri." jawab Zayver."Apa kamu sudah tidak waras? Kita hampir setiap hari melakukannya, ini sangat merugikan," keluh Arsana dengan nada kesal.Zayver menatap Arsana dengan tajam dan berkata, "Apa maksudmu? Jadi, kamu ingin aku membayar untuk itu?” Arsana terdiam sejenak, terkejut dengan pernyataan Zayver. Dia tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya. "Ya, kamu harus membayar aku mulai sekarang! Aku tidak ingin dirugikan. lagi pula, utang Wijaya kepadamu seharusnya sudah lunas sejak kamu merenggutnya pada malam pertama.” tegas Arsana, menatap Zayver dengan tatapan seakan ti
Read more

Bab 20 Mencuri Ciuman

Sebuah ciuman yang tiba-tiba mendarat di bibir Zayver, membuat Arsana terkejut dengan ulahnya sendiri, sampai menutupi bibirnya yang mencium Zayver sekilas. Arsana melirik ke arah Zayver, yang matanya masih tertutup rapat. Napasnya terhenti sejenak, merasa lega bahwa dia berhasil mencuri ciuman tanpa Zayver sadar.Arsana, dengan rasa penyesalan yang mendalam, bergumam pelan. Dia merasa bodoh karena apa yang baru saja dia lakukan. Dia membalikkan badannya, membelakangi Zayver, berusaha melupakan apa yang baru saja terjadi.Namun, dibalik mata yang terpejam, Zayver tersenyum tipis. Dia mendengar gumaman Arsana yang tidak jelas, dan dia tahu bahwa Arsana sedang menyesali perbuatannya. Senyumnya makin lebar, mengetahui apa yang baru saja terjadi.****Pagi yang cerah, sinar matahari menerobos masuk ke dalam ruangan rumah sakit tempat Arsana masih terlelap dalam tidurnya. Tak lama kemudian, Arsana terjaga, mengusap sebelah matanya yang masih berair, dan menoleh ke sisi tempat tidur yang k
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status