Home / CEO / Terjebak Gairah Paman Billionaire / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Terjebak Gairah Paman Billionaire: Chapter 81 - Chapter 90

279 Chapters

Bab 81 : Meredakan Amarah

“Apa hanya kita saja yang makan malam?” Kirana bingung, dia menoleh ke Masayu lantas pelayan yang berdiri di dekatnya. Kirana menunggu penjelasan dari siapapun tapi nihil. Hanya kebingungan yang menyelimuti benaknya saat ini. “Apa Mama tidak mau menjawab? Apa sesuatu terjadi saat aku tidak di rumah tadi?” Kirana mencecar Masayu karena penasaran.“Sudah makan saja! Mama setelah ini mau keluar karena ada urusan.” Masayu membalas dengan sangat santai. Sedangkan Kirana kesal menyadari dia ketinggalan sebuah informasi yang mungkin saja penting. Kirana tidak bisa menikmati makan malam, apalagi dia baru saja pulang dari jalan-jalan bersama teman-temannya hingga perut pun masih terasa kenyang. “Mama, aku ingin mengadakan pesta di rumah utama akhir pekan ini,” ucap Kirana sambil mengaduk-aduk makanan di piring tanpa berniat menyuapkannya ke dalam mulut. “Tidak usah aneh-aneh, minta izin ke Pamanmu sendiri. Apa kamu tidak tahu kalau Mama saat ini sedang dalam masa percobaan?” Masayu mengu
last updateLast Updated : 2023-12-18
Read more

Bab 82 : Melihat Bintang

Shanaya tak mengerti mau ke mana sebenarnya Oriaga mengajaknya bicara. Pria itu masuk ke kamar ganti lalu mencari-cari sesuatu dan keluar dalam keadaan bingung karena tidak menemukan barang yang dia cari."Apa kamu tidak punya jaket tebal?" Shanaya menggeleng karena memang tidak memiliki barang itu. Alisnya semakin bergelombang saat Oriaga kembali masuk dan keluar membawa jaketnya. "Ayo!" Oriaga mengajak pergi sambil meraih tangan Shanaya. Dalam diam Shanaya pun merasa lega karena Oriaga mau menggandengnya seperti ini. Dia pun buru-buru mengeratkan jemari sambil sedikit menarik ke dua sudut bibir."Kita mau ke mana?" Tanya Shanaya yang semakin penasaran karena Oriaga mengajaknya masuk ke lift. "Melihat bintang!""Apa kita akan menempuh perjalanan jauh? Tapi kamu belum makan malam, bagaimana kalau nanti masuk angin?" Shanaya menyergap lengan Oriaga untuk menahan pria itu. Namun, Oriaga malah tersenyum dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Shanaya semakin kaget karena lift itu
last updateLast Updated : 2023-12-19
Read more

Bab 83 : Curiga Tapi Berpura-pura

Diam-diam sepanjang malam Oriaga membaca buku diary milik ibunda Shanaya. Sebelum tidur Shanaya memang sudah memintanya untuk melanjutkan membaca diary itu esok hari. Namun, semakin menyimak setiap halaman demi halaman tulisan milik wanita yang melahirkan istrinya itu, Oriaga semakin menyadari sesuatu. Hari berikutnya Oriaga bangun lebih awal dan mendapati buku diary yang semalaman dia baca berada di atas perut. Perlahan dia bangkit dari atas ranjang dan memastikan tidak mengganggu tidur Shanaya. Oriaga melangkah menuju meja belajar sang istri dan meletakkan buku diary dengan sampul berwarna cokelat tua itu di sana. Sejenak Oriaga tertegun menatap inisal nama di atas buku harian itu, sebelum menoleh ke Shanaya yang masih meringkuk lelap di atas ranjang. Jam masih menunjukkan pukul empat pagi, tapi entah kenapa seolah ada yang berbisik di telinga Oriaga untuk turun melihat suasana rumahnya. Oriaga pun ke bawah, dia membuat beberapa pelayan yang sudah bangun kaget bukan main. Bahkan
last updateLast Updated : 2023-12-19
Read more

Bab 84 : Meminta Izin Ke Oriaga

Pelayan rumah yang diutus Oriaga tadi turun dan langsung mencari keberadaan Isaak. Dia sempat bertemu dengan sesama pelayan yang menanyakan kenapa membawa sikat gigi dari lantai atas. Pelayan itu pun menjelaskan sesuai dengan apa yang Oriaga perintahkan, kemudian pergi ke luar untuk menemukan pria yang sedang dirinya cari. Isaak ternyata masih berada di tempat yang sama seperti saat berbincang bersama Oriaga tadi. Pelayan itu pun menyapa memberitahu pesan Oriaga untuk Isaak sambil masih memegang sikat gigi milik Shanaya."Kenapa dia tadi tidak mengatakannya sendiri? Apa baru kepikiran?" Gumam Isaak. Dia mengangguk dan tanpa sengaja matanya tertuju pada sikat gigi berwarna merah muda yang berada di tangan pelayan itu."Tunggu! Sikat gigi siapa itu?" Tanya Isaak yang tiba-tiba memiliki harapan di dalam hati kalau sikat gigi itu milik Shanaya."Ini milik Nona Shana, Tuan tidak sengaja menjatuhkannya, dia meminta saya mencarikan sikat gigi yang sama karena Nona sangat menyukai warnanya,
last updateLast Updated : 2023-12-20
Read more

Bab 85 : Sedang Tidak Baik

“Tentu saja, jika Shanaya mau.”Kirana terlihat memaksakan senyuman, berharap Oriaga akan mengizinkan setelah dia menjawab seperti ini. Namun, di dalam hati gadis itu bersumpah, jika Oriaga masih tidak mengizinkan, maka dia akan melampiaskan kekesalannya pada Shanaya di kampus nanti. Perasaan ini timbul akibat Kirana merasa tersisihkan. Sebelum kedatangan Shanaya di rumah utama hanya dialah satu-satunya tuan putri di sana, Oriaga bahkan selalu menuruti apapun keinginannya tanpa bertanya, tapi sekarang meminta sesuatu ke pamannya saja terasa sangat sulit.“Tapi Shanaya sudah berjanji menemaniku bermain golf Sabtu ini," tukas Oriaga. Kirana yang merasa sang paman akan menarik izin bergegas mengatakan kalau pesta itu akan diadakan di malam hari. "Bukankah Paman bermain golf pagi?" Tanyanya.“Baiklah, kamu boleh mengadakan pesta, dengan catatan tetap menjaga ketertiban dan kenyamanan penghuni lainnya.” Kirana lega dan tersenyum lebar, dia mengucapkan terima kasih berkali-kali ke Oria
last updateLast Updated : 2023-12-21
Read more

Bab 86 : Jiwa Yang Dengki

Oriaga sudah bisa menerka ke mana Isaak akan pergi setelah melihat pria itu mampir membeli seikat bunga matahari. Oriaga mengingat jelas tulisan ibu Shanaya yang mengatakan sangat menyukai bunga itu dalam buku hariannya, bahkan bukan tanpa alasan Seruli memberi nama sang putri 'Shanaya' — yang memiliki arti cahaya pertama dari matahari. "Kita agak menjaga jarak saja, Pak! Aku tidak ingin Isaak tahu sedang dibuntuti." Meskipun memberi perintah ke Pak Ali, tapi mata Oriaga terus tertuju pada Isaak yang sedang berbicara ke penjaga tempat pemakaman umum di mana wanita yang melahirkan Shanaya dikebumikan."Apa Pak Isaak punya saudara yang meninggal di sini, Tuan?"Pak Ali yang penasaran akhirnya memberanikan diri bertanya ke Oriaga. Dia merasa bersalah dan buru-buru meminta maaf saat sang Tuan tak kunjung memberi jawaban."Bapak tidak perlu meminta maaf, si bodoh itu mendatangi makam wanita yang sangat dicintainya."Oriaga menjawab dengan tatapan terus tertuju ke Isaak. Sahabatnya itu t
last updateLast Updated : 2023-12-22
Read more

Bab 87 : Tindakan Kriminal

“Aku membaca buku di perpustakaan.” “Ehem .... lalu?” Shanaya menggerakkan bola mata ke kiri dan kanan karena bingung menjawab Oriaga yang sejak selesai mandi tak henti menanyakan tentang apa yang dia kerjakan seharian. “Mengikuti perkuliahan sampai selesai kemudian pulang.” “Setelah itu apa lagi yang kamu kerjakan?” Oriaga bertanya lagi. Saat ini pria itu berbaring miring di atas kasur sambil menyanggah kepala menggunakan tangan kanan. Di depannya Shanaya duduk bersila memeluk bantal seperti seorang tersangka. “Aku tidur-tiduran di kamar,” jawab Shanaya tanpa curiga. Dia menggaruk tengkuk sebelum melayangkan protes ke Oriaga. “Kenapa kamu bertanya seolah-olah aku baru saja melakukan tindakan kriminal?” “Tersenyum manis ke pria lain, duduk berdekatan dengan pria lain saat kamu sudah memiliki suami bagiku itu tindakan kriminal,” kata Oriaga. Shanaya membentuk huruf O dengan mulut setelah mengerti maksud sang suami. Dia tidak mau Oriaga menyalahkannya dan berkata,” Kamu sudah men
last updateLast Updated : 2023-12-22
Read more

Bab 88 : Black Card

"Ini!" Oriaga menyerahkan sebuah kartu ke Shanaya saat gadis itu mengantarnya sampai halaman rumah seperti biasa."Ingat! Hari ini kamu harus mengikuti apa yang aku mau." Oriaga mengulang perkataannya kemarin. Dia sengaja bersikap dingin agar Shanaya semakin tak enak hati."Lalu, apa yang harus aku lakukan?" Tanya Shanaya sambil memandang kartu itu sebelum menggenggam dan menurunkan tangan ke sisi badan."Aku akan mengatakannya lewat pesan." Oriaga membalas datar dan semakin membuat perasaan Shanaya semakin tak karuan. Setelah mengatakan itu Oriaga menuju mobil dan meminta Pak Ali segera membawanya pergi ke kantor.Pak Wira dan beberapa pelayan yang berada di sana pun bisa merasakan sikap berbeda Oriaga ke Shanaya. Namun, tentunya tak berani untuk menggunjing dan berkomentar karena tentu saja jika sampai Oriaga mendengar, mereka bisa terkena hukuman."Apa Nona butuh sesuatu?" Tanya Pak Wira. Shanaya membuang napas sampai pundaknya luruh. Hal ini membuat Pak Wira menyadari bahwa san
last updateLast Updated : 2023-12-23
Read more

Bab 89 : Pergi Bersama

Meski awalnya ragu melakukan saran dari Oriaga, tapi Shanaya berakhir turun ke lantai dua mencari keberadaan Isaak. Dia berpikir mungkin saja Isaak memiliki selera fashion yang mirip dengan Oriaga, sehingga suaminya itu menyuruhnya meminta bantuan.“Apa paman Isaak ada di kamar?” Gumam Shanaya. Dia terlihat memegang erat ponsel di depan badan menggunakan ke dua tangan. Shanaya sedikit takut mengetuk pintu kamar Isaak dan hanya mematung beberapa saat di depan. “Shana, kenapa ada di sini?” Jantung Shanaya hampir saja melompat keluar mendengar suara Isaak yang fasih berbahasa Indonesia. Dia menoleh ke arah suara itu datang seraya memulas senyum penuh kecanggungan. “Pa-paman Isaak,” sapa Shanaya. Terlalu kikuk, dia bahkan mengangkat tangan kanan dan melambai. Menyadari tingkah Shanaya yang lucu, Isaak pun tak bisa menahan tawa. Dia mendekat dan berhenti tepat di depan gadis itu lalu bertanya,” Aku tidak ingin besar kepala, tapi apa kamu mungkin sedang mencariku?” Shanaya mengangguk
last updateLast Updated : 2023-12-24
Read more

Bab 90 : Putri Kandung

“Dari mana Paman tahu?” Isaak mati kutu, bibirnya terbungkam dan dia tidak bisa segera membalas pertanyaan Shanaya. Beruntung gadis itu tak curiga dan kembali berkata — “Ah … pasti suamiku yang cerita, iya ‘kan?” “Benar, Ori pernah bercerita padaku.” Isaak merasa lega, hampir saja dia membuat kesalahan yang mungkin saja bisa membuat Shanaya bingung dan berpikiran buruk tentangnya. Tempat pertama yang Isaak dan Shanaya kunjungi adalah sebuah butik. Shanaya pun mengekor Isaak lalu memperhatikan pria itu mengeluarkan kartu yang sama seperti yang Oriaga berikan padanya. Hanya dengan memperlihatkan kartu itu, karyawan butik seketika berdatangan mendekat kemudian salah satunya membalik tanda di depan pintu dari buka menjadi tutup. Shanaya pun mengangguk-angguk paham, dulu dia juga pernah melihat Oriaga melakukan ini. “Paman Isaak, tadi suamiku juga memberiku kartu yang sama.” Shanaya bicara sambil mengeluarkan black card milik Oriaga. Hal ini membuat pelayan toko hampir terkena serang
last updateLast Updated : 2023-12-24
Read more
PREV
1
...
7891011
...
28
DMCA.com Protection Status