Home / CEO / Terjebak Gairah Paman Billionaire / Chapter 261 - Chapter 270

All Chapters of Terjebak Gairah Paman Billionaire: Chapter 261 - Chapter 270

279 Chapters

Extra Part 13 : Kedatangan Orangtua

Pagi itu Amora baru saja selesai mengurus Issa dan Xavi. Dia dibuat terkejut dan berjalan terburu-buru menuju pintu karena ada yang menekan bel beberapa kali. “Tolong gendong Xavi dulu,” pinta Amora ke Isaak sambil melangkah ke arah pintu. Beruntung hari itu Isaak tidak pergi jogging dan langsung melaksakan ucapan Amora. Dia mengambil Xavi dan menimang agar anaknya itu tidak rewel. Amora sibuk mengikat rambut, dia sampai tidak sempat melihat dulu siapa yang datang dan langsung membuka pintu, hingga Amora sangat terkejut saat melihat siapa yang berdiri di hadapannya saat ini. “Mama, Papa.” Amora kehilangan kata-kata, dia tak menyangka kedua orang tuanya berada di Indonesia dan bahkan berdiri di hadapannya sekarang. Amora sangat syok sampai kelepasan mengumpat menggunakan bahasa Belanda. Menyadari itu dia pun buru-buru menutup mulut takut keceplosan untuk ke dua kalinya. Amora sampai menoleh ke Isaak yang sedang menggendong Xavi. “Kenapa reaksimu begitu?” tanya ibunda Amor
last updateLast Updated : 2024-05-21
Read more

Extra Part 14 : Nasib Hubungan Kirana Andra

Malam itu Kirana duduk dengan tangan gemetar. Dia benar-benar grogi karena akan bertemu dengan orang tua Elkan. Jari jemari tangannya terlihat terus bergetar, bahkan dia sampai meremas berulang kali untuk menutupi kegugupan. Namun, sayang tetap saja tidak berhasil. Kirana menengok ke ponselnya yang ada di atas pangkuan, lantas beralih ke arah pintu private room di salah satu restoran ternama yang dia datangi bersama Elkan. Kemarin Amora mengabari jika mereka akan makan bersama, hingga sekarang harus menyiapkan diri menghadapi kedua orang tua Elkan yang membuatnya cemas. Elkan melihat Kirana yang gelisah. Dia meraih telapak tangan wanita itu, lantas menggenggam erat. “Jangan terlalu gugup,” ucap Elkan untuk menguatkan Kirana. Kirana menatap Elkan, meski pria itu memintanya tenang, tapi tetap saja dia tidak bisa menyembunyikan gemuruh di dada. “Kenapa kamu sangat gelisah seperti ini? Apa setakut itu bertemu orang tuaku? Kamu yang seperti ini, tak seperti Kirana yang aku kenal,” uc
last updateLast Updated : 2024-05-22
Read more

Extra Part 15 : Hadiah Tak Terduga

Shanaya berada di mobil bersama Pak Wira. Dia memperhatikan jalanan yang dilewati, lantas memandang ke Pak Wira yang duduk di kursi depan.“Sebenarnya kita mau ke mana, Pak? Apa ada yang penting?” tanya Shanaya bingung karena Pak Wira hanya mengatakan jika dirinya harus ikut pergi.Gadis itu menekuk bibir, karena Pak Wira masih tidak mau memberitahu tujuan mereka.“Maaf Nona, saya tidak bisa memberitahu. Ini rahasia jadi tidak bisa dikatakan apalagi dijelaskan,” jawab Pak Wira. Pria tua itu menoleh sekilas ke Shanaya lantas kembali memandang jalanan.Shanaya menyandarkan punggung, dengan kening berkerut menatap Pak Wira yang terlihat tenang. Padahal apa susahnya tinggal menjawab pertanyaan yang dia lontarkan, kenapa seperti sulit sekali bagi Pak Wira hingga membuat Shanaya berpikiran macam-macam.“Apa Pak Wira berniat menculik wanita hamil?” tanya Shanaya sambil memperhatikan reaksi wajah kepala pelayan rumah utama itu.“Mana berani, Nona. Bisa-bisa saya digantung Tuan Oriaga kalau be
last updateLast Updated : 2024-05-24
Read more

Extra Part 16 : Kelas Hamil

Shanaya terlihat tersenyum-senyum sendiri saat sedang bersiap-siap pagi ini, tentu saja hal itu terpantau Oriaga yang baru saja keluar dari kamar ganti. Pria itu menghampiri Shanaya yang tampak sangat ceria. “Sepertinya kamu sangat bahagia,” ucap Oriaga. “Tentu saja, ini pertama kalinya kamu mau menemaniku mengikuti kelas hamil, aku senang karena pasanganku hari ini bukan instrukturnya,” balas Shanaya. “Aku heran, kamu lebih bahagia dari pada kemarin saat peresmian hotel,” seloroh Oriaga. “Jelas, kan aku sudah bilang,” balas Shanaya. "Anak yang dibuat sama-sama, seharusnya sejak dalam kandungan juga harus diurus sama-sama, termasuk mengikuti kelas hamil,” ujar Shanaya menggoda suaminya. Oriaga hanya tersenyum mendengar ucapan Shanaya. Dia pun duduk di tepian ranjang, lantas meminta Shanaya duduk di sampingnya. Shanaya pun duduk, hingga Oriaga menyentuh permukaan perutnya yang membuncit. “Maaf kalau papa kurang memperhatikanmu dan sering mengabaikan mamamu,” ucap Oriaga
last updateLast Updated : 2024-05-25
Read more

Extra Part 17 : Rindu Wonderflo

“Wah, kamu datang.” Flo —Mantan bos Shanaya terlihat senang melihat kedatangan istri Oriaga itu di sana.Shanaya tersenyum melihat Flo yang buru-buru menghampiri, hingga mantan bosnya itu urung memeluk dan malah terpaku memandang perut Shanaya yang besar.“Kamu sedang hamil?” tanya Flo terlihat terkejut tapi juga tersenyum senang.“Iya, maka dari itu aku datang ke sini, Kak. Sejak kemarin aku selalu membayangkan peanut cake Wonderflo dan ingin memakannya,” jawab Shanaya sambil melebarkan senyum, satu tangan dia pakai untuk mengusap lembut permukaan perutnya.“Tentu saja. Duduklah, biar aku siapkan kue yang kamu inginkan. Aku akan mentraktirmu gratis,” ucap Flo lantas buru-buru kembali ke belakang etalase untuk mengambil sendiri kue yang diinginkan Shanaya.“Tidak usah.” Shanaya sungkan karena ingin ditraktir.“Ini hadiah untuk calon bayimu, tidak boleh mennolak!” ucap Flo setengah memaksa.Shanaya akhirnya mengangguk dan pasrah saja mendapat kue yang dia inginkan itu. Mereka pun duduk
last updateLast Updated : 2024-05-27
Read more

Side Story : Andra (1)

Siang itu Andra tampak semringah, penuh percaya diri berjalan bersama sekretarisnya membawa makanan dan kopi. Andra sengaja pergi ke ruangan Mauri hanya untuk mengantar makan siang.“Untukmu dan teman-temanmu.” Andra bicara sambil meletakkan makanan dan kopi yang dia ambil alih dari tangan sang sekretaris ke atas meja Mauri.Mauri yang masih sibuk bekerja pun terkejut melihat apa yang dilakukan Andra, dia menatap pria itu dengan ekspresi wajah kaget lalu menoleh ke sekeliling. Bukan hanya dirinya, tapi ternyata semua staff yang ada di sana juga terkejut dengan kedatangan Andra secara tiba-tiba.“Apa ini? Kenapa membawakanku makanan dan mengantarnya langsung sendiri?” tanya Mauri menggunakan nada suara yang sangat kecil. Dia menoleh lagi lalu menundukkan kepala seolah sedang berusaha menyembunyikan wajahnya.“Kenapa ke sini tidak bilang dulu?” Protes Mauri.“Apa ada aturan kalau ingin menemui pacar harus laporan dulu? Kalau mau ketemu, bukannya tinggal ketemu,” jawab Andra dengan enten
last updateLast Updated : 2024-05-28
Read more

Side Story : Andra (2)

Andra memijat kening yang terasa pening. Makan siang bersama ayah Mauri hancur berantakan karena sikap Abraham yang sangat keras. Dia dan Mauri bahkan harus kembali ke perusahaan sendiri-sendiri karena situasi yang terjadi.Sesampainya di perusahaan, Andra terlihat gontai berjalan menuju lift. Hingga tanpa sengaja pemuda itu melihat Oriaga yang berjalan dari arahnya.Andra sama sekali tak menatap ke arah Oriaga. Dia berjalan sambil menatap lurus ke depan seolah tak melihat pria itu. Oriaga pun tampak biasa saja seolah tak melihat Andra, keduanya saling melewati satu sama lain tanpa menyapa. Namun, tak lama Andra tiba-tiba menghentikan langkah, lantas membalikkan badan hingga menatap punggung sang paman.“Apa Paman sibuk?” tanya Andra tiba-tiba.Oriaga menghentikan langkah mendengar pertanyaan Andra, bahkan Aston juga ikut berhenti saat melihat atasannya itu memaku kaki.Oriaga menoleh Aston lantas melirik ke Andra yang sedang menatapnya.“Tidak juga,” jawab Oriaga, “kamu pergilah dulu
last updateLast Updated : 2024-05-30
Read more

Side Story : Andra (3)

Malam menjelang, Mauri tampak berjalan keluar dari lift menuju lobi sambil menempelkan ponsel di telinga, gadis itu sedang menerima panggilan dari Andra. “Maaf karena tak bisa mengantarmu pulang. Aku masih ada urusan penting yang harus diselesaikan,” ucap Andra dari seberang panggilan. “Iya tidak apa-apa. Nanti aku kabari kalau sudah sampai kos,” balas Mauri sambil memulas senyum. Mauri bicara sambil berjalan keluar dari lobi untuk mencari taksi. Dia sama sekali tidak mau membahas pertemuan mereka dengan sang papa siang tadi. “Ya, hati-hati di jalan.” Mauri mengangguk mendengar ucapan Andra. Dia pun mengakhiri panggilan lantas memasukkan ponsel ke tas. Mauri berjalan menuju pangkalan taksi yang ada di samping perusahaan, hingga tiba-tiba saja ada seorang pria mendekat, lantas menariknya dan memaksanya masuk mobil. “Siapa kamu? Lepas!” Mauri berusaha memberontak. Pria itu terus menarik paksa, lantas memaksa Mauri masuk mobil yang terparkir dengan mesin menyala. “Tung
last updateLast Updated : 2024-06-01
Read more

Side Story : Andra (4)

“Kenapa Papa bicara begitu ke Andra?”Mauri memprotes sikap ayahnya yang keterlaluan ketika bicara dengan Andra.Abraham menatap tak senang melihat Mauri memprotes sikapnya, meskipun sudah biasa baginya sang putri bersikap seperti ini.“Meski Papa lebih tua, tapi tak seharusnya Papa bersikap tak sopan seperti itu. Bukan begitu caranya!” Mauri kembali bicara karena kesal.“Sekarang kamu pilih, ibumu atau pacarmu itu!” perintah Abraham tak peduli dengan protes putrinya.Mauri tentu saja terkejut mendengar ucapan ayahnya.“Ibumu sedang sakit keras, apa kamu masih kekeh ingin membantah?”Mauri sangat syok mendengar apa yang dikatakan oleh papanya itu.“Kenapa Papa tidak bilang?” tanya Mauri yang cemas dan panik.“Mauri, bisa saja papamu berbohong agar kamu ikut dengannya,” ucap Andra menahan tangan Mauri untuk mencegah gadis itu pergi karena takut jika Abraham tak jujur.“Mama memang punya penyakit, aku tidak bisa diam saja Ndra,” ucap Mauri sambil menatap Andra.Mauri pun melepas perlaha
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

Side Story : Andra (5)

Andra berjalan tergesa di koridor rumah sakit pagi itu. Saat sampai di salah satu bangsal, dia mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Mauri. Andra sengaja berkunjung untuk mengecek kondisi Mauri dan juga menjenguk ibu kekasih hatinya itu. “Apa kamu masih berada di rumah sakit?” tanya Andra saat panggilan itu dijawab Mauri. “Iya, aku sejak semalam masih di sini agar bisa menjaga Mama dengan baik,” jawab Mauri dari seberang panggilan. “Aku sekarang di rumah sakit, berapa nomor kamar Mamamu?" Setelah melempar pertanyaan Andra menghentikan langkah kaki, dia heran karena tak mendengar suara Mauri dari seberang panggilan, bahkan tak lama panggilan dengan kekasihnya itu pun terputus. Andra pun menoleh sekretarisnya yang kebetulan memang datang bersamanya, tanpa diperintahkan sekretaris itu menuju meja perawat dan menanyakan kamar ibunda Mauri. Tak berselang lama Andra pun tiba di lantai tempat ibu Mauri dirawat, keponakan Oriaga itu menatap lekat ke pintu kamar inap, hingga mel
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more
PREV
1
...
232425262728
DMCA.com Protection Status