Home / Urban / Pembalasan Dendam Sang Duda Kaya / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Pembalasan Dendam Sang Duda Kaya: Chapter 71 - Chapter 80

93 Chapters

71. Panggilan Darurat

“Jadi …,” Ben menghela napas sambil menatap Aslam. Jari-jari pemuda itu sibuk menari di atas papan ketik laptop yang seolah-olah muncul dari udara kosong. “… adikmu ini seorang peretas?”“Jangan menyebutnya seperti itu!” larang Ashana sambil meletakkan jari telunjuknya di depan mulut. Ia lalu berbisik. “Dia selalu memandang dirinya jauh lebih tinggi dari para peretas yang hanya suka bermain-main.”“Lalu aku harus menyebutnya apa? Kamu bilang selama ini dia diam-diam membantumu menggali informasi, kan?”“Yah, begitulah.”“Berarti benar dia adalah peretas. Peretas ilegal!”Brak!Ben dan
last updateLast Updated : 2024-01-18
Read more

72. Mata Abu-Abu (2)

Tok! Tok!Kedua mata Elina terbuka lebar mendengar suara ketukan di kejauhan. Dalam keadaan masih mengantuk ia mencoba mengingat apakah ada tetangga yang meminta izin untuk melakukan pembangunan atau tidak. Cukup lama ia berpikir, hingga kantuk hampir kembali membuatnya terlelap.Sayangnya, ketukan itu terdengar semakin keras. Sambil menggerutu, Elina bangkit dan berjalan ke luar kamar untuk memastikan sumber suara. Menyadari bahwa suaranya berasal dari pintu masuk di lantai satu, Elina sempat melirik Pram yang masih tertidur nyenyak. Bimbang antara membangunkan sang suami atau tidak. Sebab bisa saja sosok yang berada di balik pintu adalah maling yang hendak merampok rumah mereka.Namun, maling seperti apa yang datang ke rumah incarannya dengan mengetuk pintu terlebih dahulu?
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

73. Menyingkap Rahasia

Tubuh Elina ambruk di ambang pintu. Kedua matanya menatap horor gadis yang entah sejak kapan mengikutinya. Kini gadis itu menyeringai dengan begitu menyeramkan. Senyuman itu ... bukanlah senyuman yang bisa diperlihatkan seorang gadis."S-siapa kau? Kenapa kamu melakukan ini kepadaku?" Ia bertanya dengan putus asa, tetapi suaranya hanya sedikit lebih keras dari bisikan. Tidak mungkin ada yang bisa mendengar selain dirinya. "Hantu itu tidak ada. Hantu itu tidak ad—""Kamu kenapa, Sayang?"Elina menoleh ke arah Tony yang masih berdiam di tempat. Melihat Elina panik dan ambruk seperti itu tidak membuat pria itu berlari menghampiri ke sisinya. Seketika amarah Elina bergumul di hatinya. Dengan sekuat tenaga ia bangkit dan menghambur ke pelukan Tony."Kenapa diam saja? Apa kamu tidak lihat dia? Lakukan sesuatu!" teriak Elina sekuat tenaga. Kalau saja ia sedikit lebih tenang, ia akan merasa malu telah menjadi pusat perhatian semua orang di sana.Tony tersenyum lebar. "Tentu saja aku lihat. Bag
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

74. Rindu yang Terpendam

Ada sesuatu yang menyentuh keningnya. Lebih tepatnya, membentur. Tidak terlalu sakit, tetapi Denver menggeram karena merasa tidur nyenyaknya terganggu.Benda itu datang lagi. Kali ini membentur salah satu sudut matanya. Itu berbahaya! Mau tidak mau Denver sudah sadar sepenuhnya, tetapi sakit kepala yang tiba-tiba melanda membuatnya memejamkan mata erat-erat.Seolah-olah seseorang menggenggam otaknya kuat-kuat, napas Denver sampai terengah-engah menahan sakit. Apa yang terjadi? Ia hanya ingat bahwa sebelumnya ia sedang mengikuti Elina menggunakan salah satu mobil baru Ben. Mobil yang masih begitu mulus dan nyaman digunakan. Mampu membuatnya membuntuti Elina tanpa ketahuan dan tanpa takut kehilangan jejak. Mobil yang ia tidak tahu keberadaannya sekarang.Jangankan mobil, ia sendiri tidak tahu kenapa ia kini berbaring di permukaan lantai berbahan aneh serta di dalam ruangan yang dingin dan sesak.Denver mengubah posisinya menjadi duduk saat sebuah ba
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more

75. Sera

“Masih bocah rupanya. Pantas saja suka main rumah-rumahan,” celetuk seorang pria dengan kaus dan celana hitam yang sobek di banyak titik. Kalung perak yang dikenakannya terlihat terlalu berkilau untuk dikatakan sebagai perhiasan asli. Sedikitnya sinar matahari yang memasuki peti kemas dipantulkan oleh bandulan yang memiliki ukiran seperti tengkorak. “Kesempatan terakhir. Kamu mau mengaku sendiri atau kami yang akan memaksa pengakuan itu keluar dari mulutmu dengan cara ekstrem?”Denver terpaksa menengadah saat pria lainnya menarik paksa rambut palsu yang masih terpasang erat di kepalanya. Padahal sepertinya mereka semua tahu bahwa dirinya hanya remaja laki-laki yang menyamar menjadi seorang gadis, tetapi tidak ada satu pun yang memerintahkannya untuk melepas penyamaran. Tampaknya mereka menikmati kesempatan untuk menarik rambut panjangnya dengan sekuat tenaga.
last updateLast Updated : 2024-01-24
Read more

76. Di Malam Nahas Itu

“Dari awal aku sudah menyangka kalau mereka tidak sehebat itu. Tapi ternyata mereka lebih bodoh lagi,” ucap Aslam dengan angkuh. Ia tidak henti-hentinya membanggakan semua yang berhasil ia lakukan di hadapan Ben. “Selain jabatan bos, selebihnya urutan kepemimpinan mereka berantakan. Belum lagi beberapa anak buah yang haus kekuasaan. Sistem komunikasi mereka juga terlalu sederhana dan mudah dibobol. Tanpa aku ikut campur pun, mereka pasti akan hancur cepat atau lambat.”“Aku mengerti. Sampai kapan kamu akan terus membahasnya?” Ben mengusap wajahnya frustrasi. Tubuhnya bersandar kepada dinding putih yang sudah sangat ia kenali. “Kenapa memangnya? Lebih baik mendengarkan kisah heroikku daripada melamun sampai Denver dan gadis itu sadar.”“Mereka hanya sedang t
last updateLast Updated : 2024-01-25
Read more

77. Aku yang Payah

Sepanjang perjalanan menuju panti, Ben terus saja gelisah hingga beberapa kali menekan klakson di saat tidak diperlukan. Beberapa pengendara di sekitarnya kesal hingga melempar umpatan, tetapi Ben tidak peduli. Ia harus segera sampai ke tempat tujuan. Tidak boleh ada waktu yang terbuang sedikit pun.Rossa mungkin tengah berada dalam bahaya.“Argh! Apa mobil payah ini tidak bisa lebih cepat lagi?” gerutunya sambil memukul setir mobil mewahnya. Kendaraan roda empat itu telah ia pacu dengan kecepatan di atas rata-rata. Kalau saja polisi di sekitarnya bekerja dengan benar, mungkin Ben telah ditilang sejak tadi. Saat ini hanya sesama pengendara lain yang sibuk menegurnya. Tidak terhitung berapa kali ia hampir membuat orang lain celaka karena berbelok mendadak.Ben yang menggila menjadi semakin tidak terkendal
last updateLast Updated : 2024-01-27
Read more

78. Rahasia Alisya

“Nenek berhubungan dengan orang jahat.”Kertas kusut di tangannya terasa lebih berat dari bongkahan besi. Kedua tangan Ben bergetar menahan beban mental yang tulisan di kertas itu berikan kepadanya, tetapi ia menolak untuk berhenti membaca. Setiap kata yang tergores merupakan curahan hati dari mendiang anak tunggalnya. Ia ingin memindahnya semuanya ke dalam kepala dan menyimpannya rapat-rapat.“Aku sungguh tidak tahu harus apa.” Tulisan Alisya terlihat begitu berantakan, dengan jejak tinta mengotori halaman kertas putih. Setiap goresan di hurufnya tidak terlihat lurus dan tegas, melainkan penuh lekukan yang menunjukkan betapa bergetar jemari sang penulis saat menuliskannya. Bahkan beberapa kata tertulis dengan begitu tipis hingga sulit dibaca. “Preman itu … dia pasti juga mengancam Nenek, sama seperti Nenek mengancamku. Nene
last updateLast Updated : 2024-01-29
Read more

79. Sesama Lelaki Gagal

“Bukan dia, aku benar-benar yakin. Meskipun aku menutup mata terhadap apa pun yang dilakukan istriku selama ini, aku masih dapat mengingat siapa saja yang pernah berurusan dengannya. Salah satu kelemahan Elina adalah selalu menyimpan data para pegawainya di sembarang tempat tanpa waspada.” Pram terus menunduk selama berbicara. “Aku bahkan pernah melihat wajah Tony dan mengingatnya sampai sekarang. Aku yakin tidak pernah ada foto gadis ini di daftar Elina.”Ben hampir merasa bersalah saat ia mendapati dirinya menghela napas lega. Kedua tangannya yang mengambil kembali foto Ashana dari tangan Pram juga menunjukkan rasa takut yang sempat meliputi dirinya. Apa ia benar-benar sempat mengira bahwa orang yang dibayar Elina untuk meneror keluarganya adalah Ashana? Ashana yang selama ini telah memberikan banyak bantuan kepadanya secara cuma-cuma. Ashana yang tidak pernah meninggalkannya bahk
last updateLast Updated : 2024-01-30
Read more

80. Siaran Berita Dramatis

Korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, eksploitasi pegawai, penggelapan uang, pemalsuan dokumen, bisnis ilegal, dan percobaan pembunuhan. Tuntutan yang dikenakan kepada Elina seakan-akan tidak berujung. Tulisan yang berjalan cepat di bagian bawah layar televisi terus mengulang-ulang berita tentang wanita itu. Sebab hampir seluruh negeri terguncang oleh kenyataan bahwa ada seorang perempuan tua yang mampu melakukan semua kejahatan itu dalam waktu yang lama tanpa terdeteksi oleh pihak kepolisian.Sumber amarah masyarakat pun terbagi, bukan hanya kepada Elina tetapi juga kepada pihak berwajib yang dinilai lalai. Bukan hanya satu atau dua kali, melainkan sangat sering hingga hampir tidak ditemukan kasus yang berhasil dipecahkan dan diselesaikan sendiri oleh polisi di kota Patah dan sekitarnya. Setidaknya, begitulah yang disampaikan oleh penyiar di televisi.Ben menelan
last updateLast Updated : 2024-01-31
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status