Semua Bab Shanum(Aku Yang Kalian Sebut Menantu Tak Berguna): Bab 121 - Bab 130

144 Bab

Bab 121

Shanum masih menatap Mahesa dengan bingung. Kenapa pria ini mendadak ingin bicara empat mata? Terlebih, dari ekspresinya, ada sesuatu yang ingin ia sampaikan dengan serius.Safran, yang duduk tenang sambil menanggapi ocehan Baby Nata di seberang Shanum, hanya mengangkat alis. Tak ada perubahan berarti dalam ekspresinya, tapi jelas ia menyadari ketegangan yang tiba-tiba muncul.Shanum akhirnya menghela napas. "Baiklah, sebentar." Ia melirik Safran sejenak sebelum berdiri. "Aku nggak lama."Safran hanya mengangguk kecil. Lalu kembali fokus pada layar ponsel yang masih berceloteh entah tentang apa?Shanum kemudian mengikuti Mahesa keluar restoran. Mereka berhenti di dekat trotoar yang agak sepi. Mahesa berdiri tegap di hadapannya, ekspresinya sulit ditebak."Ada apa, Kak?" tanya Shanum akhirnya.Mahesa menatapnya dalam sebelum mengembuskan napas. "Aku ingin jujur.""Tentang?""Aku dan Rania."Ada sedikit cubitan dari sudut hatinya mendengar nama wanita itu lagi. Otaknya seketika flashbac
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

Bab 122

Keesokan harinya, Shanum bertemu lagi dengan Safran dan terlibat dalam proyek baru seperti yang di sampaikan Daddy Arjuna kemarin. Seperti dugaan, Daddy memang tak pernah salah menilai orang. Shanum diam-diam memperhatikan Safran yang tengah menjelaskan analisisnya di hadapan tim. Cara bicaranya tenang, penuh percaya diri, dan setiap kata yang keluar dari mulutnya terasa begitu berbobot.Saat presentasi selesai, salah satu anggota tim langsung berkomentar, "Penjelasannya detail sekali, Mas Safran. Ini benar-benar membantu kami memahami celah dan potensi proyek ini."Safran mengangguk sopan. "Terima kasih. Aku hanya menyampaikan apa yang aku lihat dari data yang ada. Kalau ada yang kurang jelas, jangan ragu untuk bertanya."Shanum masih terdiam, tapi dalam hati ia membatin, Kapan dia jadi sekeren ini?Tak sadar, ia terus menatap pria itu sampai Safran tiba-tiba menoleh ke arahnya. "Kak Sha, dari tadi diam saja. Ada yang ingin ditambahkan?"Shanum tersentak, buru-buru menggeleng. "Eh,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya

Bab 123

Shanum mencoba meredam kegugupannya dengan menyesap jusnya, tapi tetap saja pipinya terasa panas. Ia menatap Safran dengan ekspresi setengah kesal, setengah tidak percaya."Mending kamu cari yang single. Aku janda, Ran," katanya sambil mengaduk-aduk makanannya, berharap obrolan ini cepat berakhir.Tetapi Safran malah menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan senyum santai. "Terus kenapa? Emang ada aturan yang melarang janda nikah sama pria single?"Shanum melotot. "Bukan gitu, tapi... ya kamu kan bisa cari yang lebih muda, yang belum pernah nikah."Safran terkekeh. "Siapa bilang aku mau yang lebih muda? Aku sukanya yang dewasa, matang, dan tahu cara menghadapi hidup."Shanum hampir tersedak lagi. Ia berdehem, berusaha tetap tenang. "Safran, dengerin. Aku udah pernah gagal dalam pernikahan. Kamu nggak takut bakal repot kalau sama aku?"Safran menatapnya dengan mata yang lebih serius sekarang. "Kak Sha, gagal dalam pernikahan bukan berarti gagal dalam hidup. Dan bukan berarti Kak Sha nggak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya

Bab 124

Setelah beberapa hari penuh kecanggungan, akhirnya Safran mengambil inisiatif untuk berbicara langsung dengan Shanum.Sore itu, setelah meeting selesai, dia menunggu sampai ruangan kosong, lalu memanggil Shanum yang sudah berkemas untuk pulang."Kak Sha, sebentar," katanya, suaranya lebih tenang dari biasanya.Shanum, yang sudah bersiap untuk pergi, menatapnya dengan hati-hati. "Ada apa?""Duduklah dulu. Aku ingij bicara."Shanum langsung waspada. "Bicara apa? Kalau soal kerjaan, bicarakan saja nanti pas meeting lagi. Tapi kalau soal hal lain. Lupakan! Aku sedang tak minat membahas apa pun sama kamu!"Safran menarik napas berat mendengar jawaban antipati dari Shanum, lalu dengan pelan ia berkata, "Aku hanya ingin minta maaf, Kak Sha."Shanum terkejut. "Minta maaf?""Ya." Safran mengusap tengkuknya, sedikit canggung. "Aku sadar kalau aku terlalu terburu-buru mengambil tindakan. Aku tidak sabaran menunjukan perasaanku sebenarnya tanpa perduli perasaan Kak Sha yang pasti syok. Pada akhir
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

Bab 125

Hari libur tiba, Shanum merasa butuh udara segar. Ia memutuskan mengajak Baby Nata jalan-jalan ke mall. Sekadar membeli beberapa kebutuhan dan membiarkan putranya melihat-lihat dunia luar.Shanum berjalan santai di lorong mall sambil mendorong stroller Baby Nata. Kadang ia mampir ke toko yang menarik di matanya. Sekedar melihat-lihat atau kalau memang ada yang diinginkan ia akan beli. Tak lupa, Shanum juga membeli perlengkapan bayi untuk jagoannya.Shanum sudah selesai membeli beberapa perlengkapan bayi dan merasa sudah waktunya untuinya pulang. Akan tetapi, ia melihat si kecil masih terlihat bersemangat, matanya berbinar-binar setiap melihat lampu-lampu toko yang berwarna-warni."Nata, sudah cukup ya? Kita pulang sekarang, ya?" Shanum menunduk ke arah bocah itu. Meminta atensinya.Baby Nata menggeleng keras, tangannya menunjuk ke arah toko mainan di seberang. "Mau! Mau!"Shanum menghela napas, lalu tersenyum pasrah. "Baiklah, lima menit saja, ya."Wanita itu pun mendorong stroller ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-18
Baca selengkapnya

Bab 126

Mereka akhirnya menemukan sebuah restoran yang cukup nyaman dan tidak terlalu ramai. Safran dengan sigap menarikkan kursi untuk Shanum sebelum duduk di seberangnya, sementara Baby Nata tetap lengket di pangkuannya."Nata mau makan apa?" tanya Safran sambil melihat menu."Ciken!" seru Baby Nata antusias.Shanum mencibir. "Hish! Baru juga sebentar, seleranya udah sama kayak kamu."Safran terkekeh. "Itu namanya bonding, Kak Sha."Shanum mendelik. "Bonding kepalamu!"Pesanan mereka datang tidak lama kemudian. Baby Nata mulai makan dengan lahap, sementara Shanum masih berusaha mengabaikan tatapan intens Safran.Akhirnya, ia menyerah dan menghela napas panjang. "Safran, aku serius. Jangan main-main soal perasaan kayak tadi.""Siapa bilang aku main-main?" Safran meletakkan sendoknya, menatap Shanum dengan serius. "Aku nggak sebercanda itu kalau soal hati."Shanum tercekat. Ia buru-buru memalingkan wajah, berpura-pura sibuk memotong ayam di piringnya."Kak Sha," panggil Safran lagi, suaranya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-19
Baca selengkapnya

Bab 127

Jika menuruti ego, Shanum ingin sekali bilang sama Daddy untuk mundur, atau ganti proyek agar tak harus bertemu Safran lagi. Akan tetapi itu kan tidak bisa. Shanum akan dianggap tidak profesional dan mencampur adukan masalah pribadi dan bisnis. Lagipula, meski tidak dalam satu proyek pun, seperti akan sulit bagi Shanum menjauh dari Safran. Entah kenapa, semesta saat ini seolah mendukung untuk terus bertemu pria itu. Contohnya tak hanya kemarin saat di mall. Hari ini pun, ketika Shanum ke restaurant, salah satu usahanya. Dia bertemu kembali dengan pria itu. Shanum ingin pura-pura tidak lihat saja tadinya, atau lari. Tetapi pria itu radarnya kuat banget. Matanya sangat jeli menemukan keberadaan Shanum. Ya Tuhan ... Shanum mulai putus asa. "Kakak di sini juga? Ngapain? Kencan ya?" tanyanya asal ketika menghampiri Shanum yang berdiri di belakang kasir. "Ngaco! Kamu kali yang kencan. Aku sih lagi liat-liat usahaku." Shanum mengibaskan tangan tak terima. "Usaha?" beonya sejenak bingung
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

Bab 128

Shanum masih merasa kesal setelah pertemuannya dengan Reksa di proyek tadi. Emosinya campur aduk. Bukan karena rindu atau masih cinta, tapi lebih kepada muak dan kecewa yang kembali memeluk hatinya. Meski begitu, ia berusaha menampilkan wajah tenang.Safran, yang peka menangkap perubahan ekspresi Shanum sejak tadi, akhirnya mengambil inisiatif. "Ayo, kita makan es krim dulu."Shanum menoleh, mengernyit. "Hah? Ngapain?""Biar kamu nggak tambah bete," jawab Safran santai. "Lagian, tadi aku lihat ada kafe es krim enak di dekat sini. Siapa tahu bisa bantu kamu lebih rileks."Shanum memutar bola matanya. "Aku nggak selemah itu, Safran. Aku baik-baik saja."Safran menyilangkan tangan di dadanya. "Oh ya? Baik-baik saja tapi mukanya kayak mau ngebanting kursi?"Shanum mendesah kesal. "Aku cuma muak. Bukan berarti aku butuh es krim."Safran menyeringai. "Jadi, kalau aku bilang ini demi aku, kamu masih tetap nolak?"Shanum memincingkan mata. "Demi kamu? Emang kenapa?""Karena aku juga butuh ses
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

Bab 129

Shanum terdiam. Bukan karena tak bisa berkata-kata, melainkan sengaja memang tak ingin berkomentar apa pun. Dia ingin menghindari pembahasan tentang perasaan bersama Safran. Katakan Shanum pengecut. Tetapi mau bagaimana lagi? Shanum nyatanya memang belum siap membuka hati lagi untuk siapa pun. Jadi, mau Shaki, Safran atau pria mana pun memperlihatkan keseriusan mereka. Shanum tak ingin tahu.Seolah memahami isi pikiran Shanum, Safran hanya bisa mendesah penuh beban. Dia mengerti jika yang namanya perasaan memang tak boleh di paksakan. Akan tetapi, mau sampai kapan menunggu?Apa waktu 15 tahun belum cukup?"Udah sore nih, pulang, yuk!" Seolah mengalihkan pembahasan, Shanum pun mengajak Safran untuk pulang. "Okey." Safran pun setuju. Mereka lantas menghabiskan sisa es krim di mangkuk masing-masing. Setelah itu pulang. Tentu saja sebelumnya Shanum memesan satu ember es krim untuk di bawa pulang. Sebab ingat sang bunda juga pecinta makanan manis plus dingin itu. Kurang dari tiga puluh
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-01
Baca selengkapnya

Bab 130

Daddy Arjuna menoleh ke arah Shanum dengan ekspresi penuh arti."Sejak kapan Baby Nata lebih dekat dengan Safran? Apa kamu sering ke sini tanpa sepengetahuan saya, Saf?" tanyanya dengan nada menggoda.Safran menggeleng. "Tidak pernah, Paman. Saya hanya beberapa kali saja bertemu Baby Nata. Saya juga tidak tahu kenapa Baby Nata jadi seperti ini sama saya?"Plok!Bunda Karina tiba-tiba bertepuk tangan. "Ah, iya aku ingat! Saat pertama kali bertemu pun, di pesta penyambutan itu, Baby Nata langsung mendatangi Safran dan terlihat nyaman dengan Safran," beritahu Karina tentang ingatan saat di pesta.Daddy Arjuna melirik Safran lagi. "Begitukah? Lalu setelah dari sana, kalian ada bertemu lagi?" Arjuna seperti menyelidiki sesuatu.Safran mengangguk dengan jujur. "Bertemu di Mall.""Tidak sengaja!" Shanum menambahkan. Agar kesalahpahaman tidak semakin dalam."Dan Baby Nata langsung memanggil 'Pipi'." Nyatanya Safran malah menambah kecurigaan orang-orang di sana. "Benarkah?" tanya Bunda Karina
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status