Home / Romansa / Terjebak Sandiwara Bos Besar / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Terjebak Sandiwara Bos Besar: Chapter 21 - Chapter 30

114 Chapters

21. Konsekuensi

“Tentu saja ada, dia darah daging mu, cucu ku…” Interaksi dingin antara dua pria itu membuat Lita membeku di tempatnya. Jerry menatap ke arah Lita untuk bertanya, tapi akhirnya Ardan membuka suara lebih dulu. “Arlendra Argantara.” Pria tua itu menggangguk. “Arlendra Argantara Harsato.” Keduanya berpandangan dengan tatapan yang sama dinginnya. “Sudah terlanjur begitu.” “Kita kan bisa mengubahnya.” “Pa!” “Dia cucu ku, Ardan. Seharusnya sejak kamu mengakui secara terbuka bahwa dia anak mu, kamu juga sadar penuh bahwa darah keluarga Harsato mengalir padanya.” ‘Haahh… apa keluarga mereka tidak mengenal yang namanya komunikasi baik-baik?’ Lita langsung bangkit dari tempat duduknya. Ia menatap ke arah Ardan dan Jerry secara bergantian. “Teruskan obrolan kalian, jika sudah selesai, panggil saya.” Perempuan itu langsung melangkah pergi sambil menenangkan Alen yang tampak kaget dengan suasana yang tidak menyenangk
last updateLast Updated : 2023-12-07
Read more

22. Cincin perjanjian

Ardan sudah duduk dengan tenang saat Lita baru saja keluar dari ruangan tersebut. Ia sempat memandangi perempuan itu dalam waktu lama sebelum kemudian fokusnya teralihkan oleh sapaan seorang fotografer. Lita mendekat ke arah pria itu lalu berbisik pelan. “Anda harus menjelaskan semuanya kepada ku setelah ini.” “Ya,” jawab Ardan singkat. Ia mengeluarkan sebuah kotak cincin dari sakunya lalu memberikan salah satu cincin itu ke Lita. Cincin bermata black shappire dengan hiasan berlian kecil di sampingnya itu dipesan secara khusus oleh Ardan dari Kanada sejak satu bulan setelah pertemuan pertamanya dengan Lita. “Pakai ini dan jangan pernah dilepas sebelum perjanjian kita berakhir,” bisik Ardan pelan. Ia meraih tangan Lita cepat lalu memakaikan cicin itu di jari kanannya sebelum karyawan di studio foto itu mendekat. Pria itu begitu dekat dengannya sampai aroma parfum yang dipakai seolah ikut melingkupi tubuhnya. Ia berusaha mempertahankan ekspresi datarnya meski sedang merasa sangat k
last updateLast Updated : 2023-12-07
Read more

23. Kehilangan diri

Lita terdiam begitu mendengar ucapan neneknya. Rasa panik yang tiba-tiba muncul kembali membuat perutnya terasa mual. “Ya? ada apa?” “Ada seorang pria yang datang, dia membawakan banyak baju dan makanan. Katanya dia dekat dengan mu sejak lama, tapi memangnya dia siapa, Lita?” “Dia tidak mengatakan sesuatu kan?” tanya Lita cemas. “Memangnya ada apa? Siapa dia? Dia hanya bilang kamu akan menceritakannya sendiri ke nenek dan kakek?” Perempuan itu menggigit bibir bawahnya. Ia mengutuk pria itu dalam hatinya. “Ehmm, maaf nek, bisa tolong berikan hp nya ke dia sebentar?” Suara menjadi hening sejenak dan hal itu semakin membuat perasaan Lita tidak nyaman. “Kamu bisa menerima telepon ternyata?” Suara dingin pria itu membuat Lita semakin panik. “Aku baru saja bangun… .” “Begitu? Bukannya kamu berniat kabur?” ‘Apa dia sedang tidak di dekat nenek sampai berani bicara begitu?’ “Aku tidak melakukan itu, kalau aku memang berniat kabur pasti aku kembalikan dulu uang yang kamu berikan… .”
last updateLast Updated : 2023-12-08
Read more

24. Kebohongan

Lita menatap neneknya dengan perasaan bersalah yang memenuhi dadanya. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. “Maaf nek, sebenarnya dia suami ku… .” Ekspresi kaget nenek Kinanti terlihat jelas. “Kamu bercanda?” “Aku serius…, maafkan aku nek.” Kakek Karsam muncul dengan ekspresi bingung. “Ada apa ini? Kenapa ekspresi kalian berdua serius begitu?” Wanita tua yang sejak tadi ada di samping Lita akhirnya berdiri kemudian duduk di sebelah suaminya yang baru datang. “Ituloh pak, katanya nak Ardan itu suaminya Lita… dia ini bercandanya ada-ada saja.” Pria tua di seberang Lita itu mengerutkan keningnya. “Benar itu Lita?” “Iya… .” Kedua pasangan yang sudah renta itu berpandangan satu sama lain dengan ekspresi bingung. “Loh, memangnya kapan kalian menikah?” “Ehmm, ceritanya rumit… .” Perempuan bermata coklat itu akhirnya mulai menceritakan tentang semuanya. Tentu saja sesuai dengan skenario yang sudah di
last updateLast Updated : 2023-12-08
Read more

25. Permintaan maaf pertama

Suasana ruang bercat putih itu masih hening meski sinar matahari sudah masuk melalui jendela. Seorang perempuan terbaring di ranjang dan seorang pria tampak sedang tidur dalam posisi duduk di sofa dekat pintu. Mata perempuan itu terbuka perlahan. Kesadarannya yang baru pulih mulai mencium aroma yang dibencinya. ‘Aku di rumah sakit?’ Setelah berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan diri dengan cahaya di ruangan itu, ia mulai mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Tatapan matanya terhenti pada sosok pria yang sangat dibencinya. Kemeja yang dipakai laki-laki itu masih sama dengan yang ia lihat semalam. ‘Dia menunggu disini?’ tanya Lita dalam hati sambil memperhatikan ekspresi tenang pria tersebut. Pandangan matanya beralih ke arah jendela. Ia menghela nafas panjang. Kepalanya terasa sakit lagi saat mengingat semua kejadian beberapa hari ini. Waktu terasa lambat berjalan bagi Lita. Tiga hari bersama Ardan seperti satu tahun lamanya. Ia bahkan meragukan dirinya jika memang semua it
last updateLast Updated : 2023-12-09
Read more

26. Rasa bersalah

Lita langsung kehilangan rasa penasarannya begitu mendengar jawaban itu. Meski kesal dengan jawaban pria tersebut, perempuan itu membenarkan ucapannya. ‘Ya, dia bahkan bisa membeli waktu hidup ku… .’ “Semua dilakukan karena ia menyayangi putranya,” ucap Zan menambahkan. Perempuan itu tidak merespon ucapan pria berkacamata tersebut. Ia enggan mendengar lebih banyak omong kosong yang akan membuat telinganya semakin risih. Tidak lama kemudian mobil hitam itu sampai di kediaman Ardan. Lita sempat merasa takjub dengan rumah yang jauh lebih minimalis dari yang pernah ia datangi di Semarang. Rumah bercat putih dengan kombinasi coklat tua itu terlihat elegan. Ukurannya memang terlihat tidak terlalu besar jika dilihat dari depan, tapi sebenarnya rumah tersebut memanjang ke bagian belakang. “Alen bangun, kita sudah sampai,” bisik Lita di telinga bocah itu. Alen membuka matanya perlahan. Ia mengeratkan pelukannya ke Lita. “Aku mau ikut ma
last updateLast Updated : 2023-12-09
Read more

27. Kenyataan

Lita menggunakan waktu liburnya untuk segera menyesuaikan diri di rumah itu. Ia mendapat beberapa penjelasan terkait statusnya dan hal yang harus dilakukan sebagai salah satu penghuni rumah tersebut. Perempuan itu juga mendapat informasi tambahan dari pekerja rumah tangga yang telah merawat Ardan sejak kecil. Rumah yang ditinggalinya saat ini adalah rumah mendiang ibu kandung Ardan, sedangkan rumah yang diberikan oleh ayahnya tidak pernah digunakan. Hal yang membuatnya terkejut adalah informasi tentang lantai kedua yang sebelumnya disebut tidak boleh didatangi siapa pun. Karti juga menjelaskan bahwa dirinya sebenarnya juga tidak diperbolehkan menginjakan kaki di lantai atas. Wanita paruh baya itu mengaku sempat terkejut dengan Ardan yang meminta salah satu ruangan kamar atas disiapkan untuk ‘istri’nya. Lita sebenarnya enggan mendengarkan lebih banyak, tapi Karti terus berbicara dan menceritakan banyak hal. Obrolan tersebut sempat membuatnya penasaran dengan kehidupan pria yang s
last updateLast Updated : 2023-12-11
Read more

28. Hanya sebatas perjanjian

Alen terlihat terkejut dengan suara keras itu. Ia menatap Lita dengan ekspresi cemas. Bocah itu mendekat ke Lita lalu memeluknya erat. “Alen takut?” “Itu nenek yang waktu itu kan?” “Iya, Alen mau menyambutnya?” “Kata papa, Alen tidak boleh dekat-dekat orang itu.” “Hmm… Kalau begitu Alen masuk kamar saja ya?” Bocah itu mengangguk lalu bangkit dari tempatnya kemudian berlari menuju kamarnya. Ekspresi Lita langsung berubah begitu Alen masuk kamar. Ia tidak suka dengan kehadiran ibu tiri Ardan tersebut. Perempuan itu melangkah menuju halaman depan dan mendapati Isana sedang memarahi Karti. “Selamat sore… mama. Maaf terlambat menyambut, silakan masuk.” Pandangan wanita tua itu beralih ke arah Lita yang baru saja muncul. Tatapan matanya menyelidik dari ujung rambut hingga ujung kaki istri dari anaknya. “Oh kamu sudah memutuskan untuk menampakkan diri? Sepertinya penampilan mu terlihat lebih berbeda?” B
last updateLast Updated : 2023-12-11
Read more

29. Masalah Baru

“Alen terbangun dan menanyakan mu, dia menangis karena mengira kamu pergi…” Lita menatap Ardan dengan ekspresi kesal. “Lain kali tolong jangan sampai membuatnya terbangun.” Perempuan itu melangkah menuruni tangga lalu menuju kamar utama yang terletak di lantai satu. Dahinya sempat mengernyit karena Ardan berjalan di belakangnya. “Kamu tidak menunggu di atas saja? Akan ku beritahu kalau Alen sudah tidur lagi.” “Aku akan menunggu di depan kamar.” Pria itu tidak menyebutkan alasan ia sebenarnya ikut turun. Ia tidak ingin dikira sedang membuat alasan. Lita masuk ke kamar tersebut dan mendapati Alen sedang duduk menghadap pintu. “Kamu terbangun?” Mata bocah itu tampak sembab. “Alen bermimpi buruk.” “Mimpi apa?” Lita naik ke atas ranjang lalu mengusap kepala bocah itu. “Mimpi mama pergi… .” Mata Alen kembali berkaca-kaca. “Mama tidak pergi kok,” ucap Lita sambil memeluk Alen. “Tapi mama tidak ada saat
last updateLast Updated : 2023-12-12
Read more

30. Perubahan suasana

Selama perjalanan, Lita kembali memikirkan tentang suasana kantor. Ia menerka respon rekan kerjanya yang mungkin telah mengetahui bahwa perempuan yang dulu sempat menjadi bahan gosip itu tidak lain adalah dirinya. ‘Walau kenyataannya tidak seperti itu, keadaannya sekarang justru begini… Aku harus bagaimana?’ “Sudah sampai, silakan turun dulu. Saya akan kembali untuk mengantar pak Ardan ke tempat lain.” Ucapan Zan membuyarkan lamunan Lita. Namun perempuan itu masih belum beranjak dari tempat duduknya. Ia tiba-tiba teringat ucapan Ardan. ‘Jangan menundukkan kepala mu kepada siapa pun.’ “Anda tidak perlu khawatir tentang suasana kantor,” ucap Zan tiba-tiba. “Terimakasih.” Perempuan itu akhirnya turun dari mobil setelah memastikan suasana di depan gedung itu tidak terlalu ramai. Lita menghela nafas panjang lalu pandangannya diarahkan lurus ke depan dengan ekspresi datar. Berkali-kali ia mengulang perkataan Ardan, ‘jangan menundukkan kepala kepada siapa pun.’ Suasana kantor cukup
last updateLast Updated : 2023-12-13
Read more
PREV
123456
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status