"Sayang, aku harus berangkat sekarang, ya. Maaf, aku tidak bisa menemani kamu, untuk sarapan." Arman yang tiba-tiba saja, mencium pipi istrinya itu serta berpamitan kepada Dinda, yang sedang menata makanan di atas meja makan."Kok gitu, sih, sayang. Padahal, aku rela bangun pagi-pagi dan membuat sarapan untuk kamu," ucap Dinda dengan berwajah sedih."Maaf, sayang. Hari ini, aku harus cepat-cepat berangkat ke kantor, karena ada berkas yang harus ditanda tangani. Karena aku akan bertemu dengan beberapa kolega, untuk membicarakan tentang beberapa proyek yang sedang berjalan sekarang. Lihatlah, setengah jam lagi, kami akan bertemu. Aku takut nanti terlambat." Arman yang mencoba menjelaskan kepada Dinda."Sia-sia, aku memasak semua ini," ucap Dinda dengan raut sedih. Membuat Arman, tak enak hati jadinya."Ya, sudah. Lebih baik, sayang buatkan aku bekal saja, biar nanti di kantor aku memakannya. Bagaimana?" Tanya Arman yang tersenyum kepada Dinda."Ya, sudah. Tunggu sebentar, ya, sayang." D
Read more