Home / Urban / Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang: Chapter 41 - Chapter 50

302 Chapters

Robert Kehabisan Kata-Kata

“Agnes, k-kau…”Robert tak mampu melanjutkan kata-katanya.Melihat Agnes mendekat ke arah Felisia, dia langsung membayangkan sesuatu yang buruk akan menimpanya.“Nona Agnes, bagaimana kabar Anda? Apakah Anda sakit?” tanya Felisia.Agnes menggelengkan kepala.“Saya sehat-sehat saja, Bu Felisia. Sekitar semingguan yang lalu saya memang dirawat inap di rumah sakit, tapi sekarang saya sudah sembuh. Bu Felisia bisa lihat sendiri, saya segar-bugar sekarang,” jawab Agnes.“Ya, saya bisa melihat itu. Karena itulah saya mempercayakan proyek kami kepada Anda, Nona Agnes,” tanggap Felisia.Deg!Robert merasakan sesuatu yang tak kasat mata menancap di dadanya.Dia mendadak sulit bernapas. Pandangannya sesaat kabur.“Jadi, Pak Robert, apakah Anda ingin mengatakan sesuatu kepada saya?” pancing Felisia.Melipat kedua tangannya di dada, wanita itu menunjukkan posisinya yang lebih tinggi dari Robert.“Mungkin saya perlu mengingatkan Anda, Pak Robert, bahwa dalam dokumen penyerahan proyek yang ditandat
Read more

Penembak Misterius

Bunyi tembakan itu mengagetkan orang-orang di sekitar situ.Kaca belakang mobilnya Morgan pecah. Di jok depan, Morgan tampak menunduk.Apakah tembakan itu mengenainya?Mengira itulah yang terjadi, si pengendara motor misterius itu memutar sepeda motornya dan melajukannya ke arah berlawanan.Sebagai pengendara motol yang andal, tak ada masalah baginya kalaupun celah-celah antarmobil cukup sempit.Dan ketika kemacetan sudah mulai terurai pun, dia bisa menghindari mobil-mobil yang melaju ke arahnya dengan baik.Ketika dia nyaris tiba di perempatan, dia belokkan sepeda motornya ke sebuah gang kecil di sebelah kanannya.Terus saja dia melajukan sepeda motornya itu ke sana, berbelok-belok dari satu gang ke gang lain, membuat orang-orang atau apa pun itu yang kebetulan berada di sana terpaksa menyingkir.Lalu, setelah beberapa lama, dia sampai di sebuah jalan yang agak lebar.Di situ dia melajukan sepeda motornya dengan kecepatan yang lumayan tinggi, hingga akhirnya dia melambat saat akan ti
Read more

Rasa Takut yang Kuat

Rosa, si penembak misterius, baru saja tiba mansionnya yang mewah.Mansion ini bukan hanya tempat tinggal baginya, tapi juga markas.Di sini, dia menyimpan semua senjata dan informasi intelejen yang dimilikinya di sebuah ruangan rahasia.Rosa telah menempati mansion ini sejak tiga tahun lalu. Mansion ini adalah hadiah dari Jenderal Donald atas performanya yang selalu memuaskan pria itu.Di sini, kita bukan hanya bicara soal performa Rosa sebagai agen intelijen, tetapi juga sebagai teman ranjang.Dalam tujuh tahun pengabdiannya kepada negara di bawah bimbingan dan perlindungan Jenderal Donald, Rosa telah beratus-ratus kali berhubungan badan dengan salah satu tentara paling berkuasa di militer itu.Masuk ke kamarnya, Rosa segera melepaskan jaket mantelnya, juga menanggalkan semua yang dia kenakan.Ditaruhnya baju luar dan baju dalamnya itu di keranjang cucian. Bau roti menguar dari lengannya saat dia mengendusnya.Di mata orang-orang, Rosa dikenal sebagai pemilik sekaligus pengelola tok
Read more

Kelemahan Donald

Meski memegang pistol, Rosa tak bisa menembak lagi. Sebuah kekuatan misterius menahan kedua tangannya untuk bergerak. Saat ini, dia tak ubahnya manekin di toko baju. Sementara itu di hadapannya, sosok yang tadi tampaknya hanya pria biasa itu kini terlihat begitu agung, sekaligus menakutkan. Rosa seperti sedang berhadapan dengan raksasa, bukan manusia. "Aku tak terbiasa menghajar wanita, jadi aku akan memberimu kesempatan untuk bicara. Kenapa kau diperintahkan membunuhku?"Ucapan itu sebenarnya biasa saja, tetapi entah kenapa, ketika sampai di telinga Rosa, otaknya dengan cepat memprosesnya sebagai ancaman. Rosa akan terkejut jika saat ini dia bercermin. Wajahnya yang biasanya tampak menarik itu kini begitu jelek. "Aku tahu kau agen intelijen yang andal. Tentunya, seseorang sepertimu bisa mengukur kekuatan orang yang kau hadapi, dan dengan cepat kau bisa menyadari situasimu saat ini. Jangan menyia-nyiakan kesempatan yang kuberikan."Rosa menelan ludahnya sendiri. Apa yang dikataka
Read more

Upaya Merebut Kembali Proyek

Di sebuah rumah di kawasan timur Kota HK…Prang!!!Donald melempar gelas wine di tangannya ke lantai. Pecahan-pecahan gelas itu berserakan di antara genangan cairan berwarana merah.“Sialan! Sialan kau, Bocah Tengik!” rutuknya.Dia adalah salah satu tentara paling berkuasa di militer saat ini, dan baru saja, dia diancam dan ditekan oleh orang yang usianya 20-an tahun di bawahnya, dan orang itu berhasil.Donald memang menyukai Rosa hingga di tingkatan di mana dia merasa tak bisa hidup tanpa agen kesayangannya itu.Sebenarnya dia menyadari kalau itu bisa dijadikan senjata oleh seseorang untuk menekannya. Tapi, sebab percaya pada kemampuan Rosa, dia tak pernah mengkhawatirkannya.Tak pernah dia menduga ada seseorang yang bisa menyandera Rosa, apalagi sampai benar-benar mengancam nyawanya.Kini dia mau tak mau harus memikirkan ulang permintaan spesial Jonathan Weiss padanya itu.Donald berutang budi dan menaruh hormat kepada ayahnya Jonathan, tapi kepada pria itu sendiri, dia sebenarnya b
Read more

Tipu Daya Jonathan Weiss

Di sebuah rumah di kawasan timur Kota HK…Prang!!!Donald melempar gelas wine di tangannya ke lantai. Pecahan-pecahan gelas itu berserakan di antara genangan cairan berwarana merah.“Sialan! Sialan kau, Bocah Tengik!” rutuknya.Dia adalah salah satu tentara paling berkuasa di militer saat ini, dan baru saja, dia diancam dan ditekan oleh orang yang usianya 20-an tahun di bawahnya, dan orang itu berhasil.Donald memang menyukai Rosa hingga di tingkatan di mana dia merasa tak bisa hidup tanpa agen kesayangannya itu.Sebenarnya dia menyadari kalau itu bisa dijadikan senjata oleh seseorang untuk menekannya. Tapi, sebab percaya pada kemampuan Rosa, dia tak pernah mengkhawatirkannya.Tak pernah dia menduga ada seseorang yang bisa menyandera Rosa, apalagi sampai benar-benar mengancam nyawanya.Kini dia mau tak mau harus memikirkan ulang permintaan spesial Jonathan Weiss padanya itu.Donald berutang budi dan menaruh hormat kepada ayahnya Jonathan, tapi kepada pria itu sendiri, dia sebenarnya b
Read more

Morgan Sang Penyelamat

Jonathan memapah Agnes yang telah separuh sadar itu ke sebuah ruangan.Ruangan itu terkunci, dan untuk bisa memasukinya seseorang harus menggunakan kartu akses istimewa.Jonathan, tentu saja, memiliki kartu akses tersebut sebab dia adalah salah satu member premium eksklusif di Restoran G.Pintu terbuka, dan Jonathan membawa Agnes masuk.Arman, yang sudah lama menunggu kemunculan mereka berdua, tersenyum lebar lalu menjulurkan lidahnya."Semuanya lancar?" tanyanya."Lancar, Kawanku. Semuanya berjalan sesuai rencan," jawab Jonathan.Mereka berdua memang telah merencanakan semuanya, mulai dari kemunculan Jonathan di restoran di dekat kantor Wistara Group hingga tawaran darinya agar Agnes menghadiri gala dinner.Dan kini, bersama mereka di ruangan khusus untuk tamu kehormatan itu, Agnes telah kesulitan membuka kelopak matanya.Dia masih bisa mendengar bebunyian dan suara-suara, tetapi otaknya sudah tak bisa lagi memprosesnya dengan baik."Seleramu memang yahud, Bro. Wanita ini, harus kuak
Read more

Tuduhan dan Kesalahpahaman

Orang-orang berseragam khusus itu adalah pengawal-pengawal pribadinya Jonathan.Mereka yang tadi berjaga di belakang restoran langsung merangsek masuk saat mendengar bunyi keras yang dihasilkan dari pintu yang didobrak Morgan.Dan baru saja, mereka melihat tuan mereka tertimpa pintu dan tak sadarkan diri.“Cepat turunkan wanita itu! Sekarang juga!” teriak salah satu dari mereka lagi.Mereka tak tahu, sosok yang mereka todong itu bisa saja melumpuhkan mereka semua dengan mudah.Tapi, saat ini, Morgan tak ingin melakukan itu. Yang menjadi fokusnya saat ini adalah Agnes.Istrinya itu harus diberi pertolongan sesegera mungkin atau sesuatu yang buruk bisa terjadi pada tubuhnya.“Dengar, aku hanya akan memperingatkan kalian sekali saja. Menyingkirlah atau kalian semua kubuat cacat!”Saat mengatakannya, Morgan membiarkan aura Dewa Perang-nya keluar, sehingga orang-orang berseragam khusus itu tercekat.Memang mereka masih menodongkan pistol ke arah Morgan, tapi tiba-tiba mereka tak bisa berge
Read more

Keberanian Agnes

"Semuanya, kepung dia!" seru si pria di samping Bram.Segera saja, anak-anak buahnya yang baru masuk itu melangkah maju, mengepung Morgan dari berbagai sisi.Mereka tampak berani, tentu karena saat ini Morgan tak mengeluarkan aura Dewa Perang-nya.Tetapi haruskah dia melakukannya lagi?Kembali, Morgan menatap istrinya yang berdiri jauh di belakang. Dia tak tahu apa yang dipikirkan wanita itu sekarang. Yang dia lihat: istrinya itu tampak bingung.Kemudian dia melihat tamu-tamu undangan lain yang kini juga berada jauh di belakang, yang masih menatapnya dengan penuh penghakiman seolah-olah mereka tahu betul apa yang tadi terjadi. Sayangnya memang, tak satu pun dari orang-orang itu mengenalnya; Morgan belum lama menjadi pemilik Charta Group dan belum sempat berinteraksi membahas bisnis dengan orang-orang ini.Sekarang dia agak menyesali keputusannya untuk tak mengajak Felisia. Kalau wanita itu ada, mungkin dia bisa mencoba menyadarkan orang-orang ini kalau mereka telah diperdaya.Morgan
Read more

Keputusan Mengejutkan Ethan Weiss

Yang baru saja berteriak itu adalah Ethan Weiss. Sosok kharismatiknya langsung mengubah suasana ketika dia masuk ke restoran.Dan dia tak sendiri. Bersamanya ada seseorang yang sangat familier bagi Morgan: Jenderal Yudha.“Apa maksudnya semua ini? Bukankah yang kau adakan malam ini di sini adalah gala dinner, Bram? Kenapa aku melihatnya berbeda?”Ethan Weiss mengatakannya sambil menghampiri Bram, adiknya. Bram tampak terkejut, dan bingung.“Ethan, si barbar itu menghajar anakmu sampai kakinya patah. Sekarang kita akan menghukumnya. Apakah itu salah?” protes Bram.Bram menatap Morgan yang berdiri di tengah kepungan setengah lingkaran itu. Tatapannya sulit diartikan.“Benarkah itu, Anak Muda? Kau yang menghajar Jonathan dan membuat kakinya patah?” teriak Ethan, lantang.Tanpa dia meminta, orang-orang yang mengepung dan akan menghajar Morgan itu memberi jalan bagi Ethan. Kini Ethan dan Morgan bisa saling menatap satu sama lain tanpa terhalangi siapa pun.“Benar. Aku yang melakukannya,” k
Read more
PREV
1
...
34567
...
31
DMCA.com Protection Status