Home / Urban / Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang: Chapter 31 - Chapter 40

302 Chapters

Hancurnya Reputasi Arman

Orang-orang yang tadi menjagokan perusahaannya Arman ikut-ikutan melancarkan protes.“Tolong jelaskan apa yang sebenarnya terjadi! Ini pasti ada kesalahan!”“Mitoba Ltd. Co. adalah salah satu perusahaan di bawah naungan Gigantio Group. Apakah Charta Group melupakan itu?”“Kalaupun ada nominator yang harus dicoret, itu mestilah Wistara Group!”“Benar! Beberapa waktu yang lalu Wistara Group nyaris bangkrut. Merekalah mestinya yang dicoret dari daftar nominator, bukan Mitoba Ltd.Co.!”Mendengar para pebisnis ulung di Kota HK itu membelanya, Arman membusungkan dada.Senyum angkuh menghiasi wajahnya. Dia menatap si pembawa acara seolah-olah pria yang berdiri di balik podium itu adalah anak buahnya.Dan dia tak sedikit pun peduli kalaupun kata-kata pembelaan mereka itu menyinggung Keluarga Wistara.Di mata Arman, terpilihnya Wistara Group sebagai salah satu nominator saja sudah sebuah keganjilan.Sedangkan Henry dan kedua anak lelakinya, melihat sejumlah orang di acara lelang itu tiba-tiba
Read more

Terima Syarat, atau Kemenangan Dibatalkan

Agnes menatap layar ponselnya dengan alis hampir menyatu di tengah.Sedikit pun dia tak mengerti pada apa yang dikatakan si pengirim yang entah siapa itu.Agnes pun mengirim pesan balasan.[Siapa ini?]Dia menunggu, tapi tak juga ada jawaban.Dia pun mengirim pesan lainnya.[Kalau kau tak juga membalas pesanku, akan kublokir nomormu ini!]Beberapa saat kemudian, terlihat seseorang itu tengah mengetik sesuatu.Dan pesan-pesan balasan darinya itu datang juga.[Aku adalah pemilik Charta Group.] [Berdasarkan keterangan dari suamimu, kau sebenarnya memiliki potensi untuk mengelola bisnis.] [Tapi, selama ini, kau tak diberi ruang dan kesempatan oleh keluargamu untuk menunjukkan apa yang kau bisa.][Dan sekarang aku memberimu kesempatan itu.][Gunakanlah sebaik mungkin!]Membaca pesan-pesan tersebut, Agnes justru semakin bingung.Orang ini mengaku dirinya pemilik Charta Group. Apakah itu mungkin?Dia curiga ini hanya prank. Dan jujur saja, baginya ini sama sekali tidak lucu.Pertama, bagaim
Read more

Potensi yang Dimiliki Agnes

Dalam perjalanan pulang, di mobil, Agnes mengarahkan pandangannya ke jendela.Dia tengah memikirkan lagi pesan-pesan chat dari si pengirim misterius itu.Di dokumen penyerahan proyek yang ditunjukkan ayahnya tadi, Agnes melihat namanya tercantum di situ, sebagai orang yang akan mengelola proyek tersebut.Ini persis dengan apa yang dikatakan seseorang yang entah siapa itu.Bagaimana mungkin ini kebetulan belaka?Agnes telah mencoba menghubungi seseorang itu lagi, lewat chat. Dia juga mengancam lagi akan memblokir nomornya.Namun, belum ada respons. Seseorang itu seperti membiarkan Agnes untuk menerka-nerka.“Ingat, Agnes, besok pagi ketika kau berhadapan CEO Charta Group, jangan sedikit pun kau menyinggung soal rencana kita tadi. Robert yang akan mengelola proyek ini, meskipun yang tertulis di dokumen adalah namamu,” kata Henry.Agnes tak merespons. Dia sebenarnya tak peduli juga kalaupun proyek prestisius yang baru saja mereka menangkan ini ditangani oleh kakak sulungnya.Tapi apa-ap
Read more

Hukuman Bagi Indra

Kedua satpam itu memukuli Indra berkali-kali. Bahkan, mereka juga menghajarnya dengan sengatan listrik.Dan mereka tak berhenti meski Indra merengek-rengek meminta ampun.Berbeda dengan Indra, kedua satpam itu mengenali Morgan.Seminggu yang lalu, setelah insiden di mana Alex ditampar dan diturunkan posisinya oleh Morgan, mereka langsung tahu kalau Morgan bukan orang sembarangan.Hari itu juga, saat Felisia mengantar Morgan keluar, sang CEO Charta Group memberitahu mereka kalau Morgan adalah pemilik Charta Group yang baru.“Cukup!” kata Morgan.Barulah, kedua satpam itu berhenti menghajar Indra.Pada saat ini kondisi Indra sudah cukup parah.Bukan hanya mukanya penuh memar, rambutnya pun acak-acakan dan dasi yang dipakainya sudah tak keruan.“Sekarang, kau mau mengakui kesalahanmu? Aku masih berbaik hati, memberimu kesempatan kedua,” ujar Morgan.Indra menatap Morgan dengan takut. Dia tak tahu siapa pria ini, tapi jelas sekali kedua satpam yang dipanggilnya itu begitu patuh padanya.
Read more

Betapa Culasnya Keluarga Wistara

“Jangan asal bicara! Sadari posisimu!” hardik Henry.“Sepertinya bertemu dengan CEO Charta Group membuatmu lupa diri, Agnes. Ingat, meski nama yang tertulis di dokumen adalah namamu, akulah pada kenyataannya yang mengelola proyek itu,” ujar Robert.Agnes menunduk sambil memegangi pipinya yang memerah terkena tamparan.Dia sungguh sedih. Tak ada seorang pun yang membelanya, padahal mereka adalah keluarganya.“Kau paham itu, Agnes? Jawab aku kalau aku bertanya!” hardik Henry lagi.“Iya, Pa. Aku paham,” jawab Agnes, masih sambil menunduk.Di saat-saat seperti ini, dia kembali merindukan Morgan.Suaminya itu selalu membelanya dalam situasi apa pun, terutama setelah dia bebas dari penjara.Lagi-lagi Agnes menyesal karena telah meminta suaminya itu pergi, hanya karena dia tak bisa memberikan penjelasan yang masuk akal soal hal-hal mencurigakan yang dilihat Agnes.Bagaimana kalau seandainya suaminya itu menyembunyikan sesuatu karena harus melakukannya?Bagaimana jika, untuk saat ini, tak men
Read more

Terdesak, Haruskah Morgan Mengungkapkan Jati Dirinya?

Hari sedang terik-teriknya.Morgan tiba di sebuah pusat pelatihan ilmu bela diri.Memasuki ruang di antara pintu depan dan arena berlatih, dia langsung dihampiri seorang pria berkepala plontos.“Ada yang bisa dibantu?” tanya pria itu.Dari gelagatnya dan caranya menatap Morgan, terlihat sekali dia curiga.Morgan saat ini memang masih mengenakan setelan businessman-nya, meski tak lagi dilengkapi jas.Tentu saja agak aneh orang dengan penampilan seperti itu mendatangi pusat pelatihan ilmu bela diri.“Aku ingin bertemu dengan Allina. Dia sedang ada di sini?” cetus Morgan.Si pria berkepala plontos itu semakin menaruh curiga padanya.“Ada keperluan apa kau dengannya? Sudah mengatur janji?”Morgan menggeleng.“Banyak orang ingin bertemu dengannya dan tak semua bisa. Harus mengatur janji dulu, itu pun daftar tunggunya bisa panjang,” ucap si pria berkepala plontos.Morgan tahu orang ini hanya mengulur waktu. Dia pun menatapnya dengan malas, lalu menyodorkan padanya kartu namanya.Di kartu na
Read more

Duel yang Menarik, Tapi...

Apa yang dikatakan Morgan itu menarik perhatian si pria yang menantang Allina.“Siapa kau? Aku tak pernah melihatmu. Apa kau juga murid di tempat ini?” tanyanya.Morgan tersenyum miring. Dia kemudian berkata, “Kalaupun aku berlatih di sini, itu bukan sebagai murid, tapi master.”Sengaja Morgan menunjukkan arogansinya, untuk memancing amarah pria itu.Dan tampaknya dia berhasil.“Mau sini kalau kau berani! Akan kupatahkan tulang lehermu!” teriaknya.Morgan, tentu saja, kembali tersenyum miring. Dia lalu melangkah sambil memasukkan kedua tangannya di saku celana.“Apa yang kau lakukan? Kau tak perlu menyeret dirimu ke dalam masalah yang bukan masalahmu!” tegur Allina sembari berjalan menghampiri Morgan.Morgan berhenti melangkah, mendekatkan wajahnya ke wajah Allina.“Aku punya tawaran. Jika aku bisa mengusir orang-orang ini dan memastikan mereka tak akan pernah mengganggumu dan murid-muridmu lagi, kau akan melakukan apa yang kuminta tadi.”“Dan aku tak perlu memberitahumu siapa diriku
Read more

Dari Lawan, Jadi Lawan

Morgan mengangkat tangannya yang kiri ke arah Allina, membuat tanda agar dia berhenti.Seperti ada yang menahannya, Allina mendadak tak bisa menggerakkan tubuhnya.“Aku harus fokus. Aku sedang memperbaiki tulang-tulangnya yang retak,” ucap Morgan.Sungguh apa yang dikatakannya itu tak masuk akal?Memperbaiki tulang yang retak? Tanpa bantuan alat? Memangnya bisa?Tetapi dari ekspresi yang tampak di wajah Morgan, tak sedikit pun dia terlihat bergurau.Dia pun terus menatap ke perut Garda dengan tingkat fokus yang tinggi.Dan, seperti yang dikatakannya, perlahan-lahan kondisi Garda sepertinya membaik.“Kau benar-benar… memperbaiki tulang-tulangnya yang retak?” tanya Allina.Morgan tak menggubris pertanyaan itu, sebab dia belum selesai.Memang dia telah memperbaiki posisi tulang-tulang punggungnya Garda, tapi dia masih harus merekatkannya.Dan dia pun perlu memadatkannya, untuk menggantikan retakan-retakan kecil yang hilang.Bahkan bagi seorang tabib jenius sepertinya pun, proses penyembu
Read more

Janji Setia Agnes

"Siapa yang kau hubungi?" tanya Arman."Seorang petinggi di militer. Donald namanya. Dia berutang budi kepada ayahku sebab ayahku dulu meminjaminya puluhan juta saat dia harus menyogok untuk lolos tes. Sewaktu-waktu, aku memintanya melakukan sesuatu untukku. Dia tak punya pilihan lain selain melakukannya," tutur Jojo.Arman mengangguk-angguk. Lalu sesuatu melintas di benaknya."Kalau begitu, bisakah kau minta dia melakukan sesuatu untukku?" cetusnya."Bisa saja. Apa yang kau inginkan, Kawan?" tanggap Jojo."Aku ingin dia menyingkirkan si keparat Morgan dari kota ini, kalau bisa bahkan dari negara ini.""Morgan? Menantu tak berguna Keluarga Wistara itu?""Ya. Dia berani menamparku di depan Keluarga Wistara. Tadi di acara lelang dia juga mengancamk…[9:05 PM, 10/24/2023] Ardy-sensei: "Siapa yang kau hubungi?" tanya Arman."Seorang petinggi di militer. Donald namanya. Dia berutang budi kepada ayahku sebab ayahku dulu meminjaminya puluhan juta saat dia harus menyogok untuk lolos tes. Sewa
Read more

Kebohongan-kebohongan Robert

Di ruang kerjanya, di kantor Wistara Group, Robert sibuk melakukan panggilan telepon untuk memastikan eksekusi proyek yang mereka dapatkan dari Charta Group berjalan lancar.Meski usianya belum juga 40 tahun, kemampuannya menjalankan bisnis sudah terbilang yahud.Itu karena, sedari kecil, oleh ayahnya, dia memang dididik dan dipersiapkan untuk menjadi penerusnya kelak.Dan bagi orang dengan tingkat percaya diri yang tinggi seperti Robert, menggarap proyek bernilai ratusan triliun seperti ini adalah tantangan.Dia yakin dia bisa melakukanya dengan baik. Dan jika dia bisa melakukannya dengan baik, bukan hanya reputasi Wistara Group yang akan melonjak naik, tetapi juga reputasinya.Saat ini Robert masih ada dalam bayang-bayangnya ayahnya, Henry Antonius Wistara. Dia bertekad suatu saat nanti dia bisa berdiri setara dengan ayahnya, bahkan melampauinya.Hari itu semuanya berjalan lancar dan Robert mendapati rasa percaya dirinya meningkat.Namun, sekretarisnya tiba-tiba masuk membawa berita
Read more
PREV
123456
...
31
DMCA.com Protection Status