Home / Horor / Tabir Kematian Sahabatku / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Tabir Kematian Sahabatku: Chapter 31 - Chapter 40

120 Chapters

Bab 31: Waktu Satu Minggu

Pandanganku kosong menatap langit-langit kamar. Pikiran ini tak henti-hentinya berusaha mencari bagaimana caranya menemukan si pelaku itu. "Tolong beri aku waktu untuk mencari pelaku tersebut.""Saya beri kamu waktu selama satu minggu." Ucapan Polisi Joshi terngiang-ngiang di telinga. Setelah mengucapkan hal itu tadi, dia memutuskan membawaku pulang ke rumah. Ya, dia membebaskanku. Namun, hanya dalam waktu satu minggu. Setelah itu aku akan benar-benar menerima tuduhan yang ia berikan. Menjadi pelenyap sadis Alina dengan motif cemburu buta pada suaminya. Sangat omong kosong. Dari mana Polisi Joshi berspekulasi bahwa aku bisa membunuh Alina hanya karena motif cemburu buta pada Fadli? Apa tampangku seperti kriminal? Polisi Joshi orang baru di daerah sini, dia warga pindahan dari Jakarta. Yang jadi pertanyaan, dari mana dia dapat informasi semua hal tentang aku, Alina, juga Fadli? Dia bahkan tahu tentang aku yang sempat dekat dengan Fadli
last updateLast Updated : 2023-11-21
Read more

Bab 32: Amarah Bu Sarti

"Mau apa kamu kemari? Hah!" Mata wanita itu memelotot marah. Pintu gerbang yang berbentuk kerangkeng itu lekas didorongnya ke arah kanan dengan kasar. Lantas, dia membanting ember yang digunakannya untuk menampung air keruh yang sekarang isinya sudah berpindah ke tubuhku. Aku memindai tampilan diri yang tidak ubahnya bagai anak bebek bermandikan lumpur. Tega sekali wanita tua itu, begitu besar kebenciannya kepadaku sampai-sampai tanpa segan menyiramkan air comberan ke tubuh ini. Sontak saja bau tidak sedap menguar dari badanku. "Pergi kamu!" Bu Sarti mengacungkan jari telunjuknya. "Tidak sudi saya lihat pemandangan depan rumahku ada seorang pembunuh seperti kamu!" tukas Bu Sarti geram. Matanya berkilat penuh kemarahan. "Bu, apa yang kamu lakukan. Liat, kasihan Tania." Pak Arto datang dan tampak menyesali apa yang diperbuat istrinya. "Buat apa Bapak prihatin sama pembunuh seperti dia? Ingat Pak, anak kita Alina meninggal itu gara-gara
last updateLast Updated : 2023-11-21
Read more

Bab 33: Menyusup ke Rumah Fadli

Aku mempercepat langkah dengan tatapan waspada ke pagar beton itu. Ketika sampai di balik beton tersebut, alisku mengernyit si baju hitam itu tengah mengayunkan kaki setengah berlari dari tempat ia berdiri tadi. Walaupun hanya melihat punggung sang pria saja tanpa melihat wajahnya, tetapi aku tahu siapa pria itu. "Fadli?" gumamku kebingungan. Kenapa dia memata-matain aku? "Kenapa Tania?" Sardin tiba-tiba datang dan menepuk pundakku. Membuat diri ini terlonjak kaget. "Apa, sih?" sungutku tanpa sadar, kesal dengan pria bertubuh sedikit kurus itu. "Maaf, jika aku membuatmu kaget.""Hmm, tidak masalah." Segera aku mengubah ekspresi wajah yang tadinya kesal, menjadi tersenyum tipis. Kasihan, melihat raut bersalah di wajah Sardin. "Ya, sudah. Aku pamit pulang dulu," ucapku lantas berlalu pergi tanpa mendengar jawaban dari sang pemuda. "Buat apa Fadli memata-mataiku tadi?" Sepanjang perjalanan, aku tidak henti-hentin
last updateLast Updated : 2023-11-22
Read more

Bab 34: Tidak Bisa Lari Dariku

Baru saja sekitar tiga langkah menjauh dari rumah Fadli, terdengar suara sang pria memanggil namaku dengan dingin. Sontak saja aku menghentikan langkah dengan tubuh terpaku selama beberapa saat. Aku mengigit bibir, gugup langsung melandaku. "Apa yang kamu lakukan di sini?" Fadli berjalan mendekat ke arahku. Seketika aku menunduk sambil menggenggam erat jemari tangan yang mulai dingin. Setakut itu aku. "Apa yang kamu lakukan di sini, Nia?" Dia bertanya kembali seraya menghadapku. "A-aku ... aku dari rumah Mbah Aji," jawabku gugup. Tidak berani menatap mata Fadli yang seolah-olah mengulitiku hidup-hidup dengan tatapannya itu. "Kamu tidak pandai berbohong, Nia." Fadli tampak menyeringai tipis. Membuatku makin ketakutan, apakah dia mengetahui kelakuanku di rumahnya tadi. "Pakaianmu kenapa kotor begini?" Lagi-lagi Fadli bertanya seraya memindai penampilanku. Teringat, aku belum juga mengganti pakaian yang tersiram air
last updateLast Updated : 2023-11-22
Read more

Bab 35: Memakai Tubuh Koma Mamah

Polisi Joshi yang tidak siap menerima serangan tiba-tiba dariku, membuat dia kehilangan keseimbangan. Dia terjatuh dengan aku menindih tubuhnya. "Maaf, maaf!"Masih dalam kondisi gelap, aku segera bangkit dari tubuh Polisi Joshi. Namun, jilbabku malah tertarik lagi kepadanya. "Lepaskan aku! Kenapa kau menarik jilbabku?" sungutku marah, berusaha bangkit dari Polisi Joshi. "Diamlah, jangan bergerak!" sentaknya. Lantas, terasa pergerakan dari Polisi Joshi. Entah dia sedang meraba apa? Kurasakan dia memiringkan badannya sembari tangannya ke sana kemari. Aku khawatir dia salah pegang. "Apa yang kau lakukan, Polisi Joshi?" bisikku kesal. Pandangan hanya menampilkan kegelapan. Aku tidak bisa melihat wajah polisi itu. Tidak lama kemudian, cahaya muncul dari ponsel Polisi Joshi. Aku tertegun saat pandangan kami bertemu dalam jarak yang cukup dekat, sekitar satu jengkal saja. Tatapan elang Polisi Joshi seakan-akan mengunci p
last updateLast Updated : 2023-11-23
Read more

Bab 36: Bangkitlah, Bangkitlah, Bangkitlah!

Pandangan ini kosong menatap ke jalanan yang gelap di depan sana. Polisi Joshi mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Seperti biasa, tidak ada percakapan di antara kami. Setelah memastikan kondisi Mamah masih stabil, tidak ada tulang patah atau yang lainnya, kami memutuskan untuk pulang. Sebenarnya sangat berat untuk aku meninggalkan Mamah sendirian di rumah sakit. Namun, mengingat target Alina yang utama adalah aku bukan Mamah, lebih aman jika aku tidak mendekati Mamah dulu. Takutnya Alina menggunakan tubuh Mamah lagi untuk membunuhku. "Kita sudah sampai." Suara Polisi Joshi membuyarkan lamunanku. Aku tersadar dan langsung menatapnya lekat. Bayangan dia memeluk dan mengusap punggungku tadi terlintas, sontak aku merasakan pipi ini menghangat. Segera aku memutus kontak mata dengannya. "Terima kasih." Setelah mengucapkan hal itu, aku turun dari mobilnya. Polisi Joshi belum juga pergi dari halaman rumahku, dia masih me
last updateLast Updated : 2023-11-23
Read more

Bab 37: Buntelan Misterius yang Terkubur

Sosok dengan sweater hijau itu langsung berhenti di ambang pagar rumah. Dia tetap membelakangiku. Tangannya terlihat bergoyang-goyang, seperti seseorang yang salah tingkah. "Siapa?" Aku bertanya seraya mendekatkan diri dengan hati-hati kepadanya.Aku mengedarkan pandangan ke sekelilng sekilas, keadaan masih sepi, belum ada tetangga yang keluar di jam-jam subuh begini."Kamu siapa? Ayo, berbalik! Tunjukan wajahmu." Aku makin mendekat, dan ketika pundaknya aku gapai .... "Kamu?" Aku mundur beberapa langkah, ketika mengetahui siapa si sosok sweater hijau itu. "Sardin, ngapain kamu di sini?" Tatapanku menajam. "Aku ...." Sardin mengusap tengkuknya seraya melirik kanan-kiri. "Aku hanya lewat saja tadi, tapi tiba-tiba saja aku seperti melihat seseorang di samping rumahmu. Makanya, aku sempat memeriksanya tadi. Tapi, ternyata tidak ada apa-apa."Aku memerhatikan secara saksama raut wajah Sardin ketika menjawab pertanyaanku. Pria deng
last updateLast Updated : 2023-11-24
Read more

Bab 38: Rumah Hantu

Suara tembakan terdengar dan salah satu dari mereka menggeram kesakitan, sedangkan yang satunya tampak syok karena baru saja menembak seorang polisi. Ya, pemuda yang aku perkirakan usianya baru tujuh belas tahun itu telah melepaskan tembakan pada Polisi Joshi. "Tangkap dia cepat!""Ayo, tangkap dia!"Beberapa orang polisi segera meringkus anak muda itu yang sedang berdiri dengan tatapan syok, sedangkan aku segera menghampiri Polisi Joshi yang sedang merising. "Kau baik-baik saja?" tanyaku panik. "Saya baru saja ditembak, dan kau bertanya baik-baik saja? Oh, astaga!" Polisi Joshi menatapku jengkel sambil menggenggam lengannya yang banjir darah. Tembakan tadi membuat lengan polisi itu bocor. Untung pelurunya mengenai bagian lengan, bukan di perut atau di kepala. Segera aku mengeluarkan sapu tangan dari saku celana. Lantas, mengikat kain tersebut di lengan Polisi Joshi guna menghentikan pendarahan. Tatapan kami bertemu
last updateLast Updated : 2023-11-24
Read more

Bab 39: Polisi Joshi Mabuk

Aku kehilangan keseimbangan juga orang tersebut, membuat kami berdua terjatuh dengan aku yang menindih tubuhnya. Aish! Pandangan kami bertaut beberapa saat, aku tidak bisa mengalihkan tatapan pada siapa yang sedang berada di bawahku. Merasa kaget, lagi-lagi tubuh ini menimpa dirinya. "Kamu?!" sentaknya seraya mendorong tubuhku menjauh. "Benar-benar cewek agresif!" dengkus pria itu seraya meringis memegang lengannya yang tertembak tadi pagi. Ya, pria itu adalah Polisi Joshi. "Maaf, maaf ...." Aku hendak membantunya bangun, tetapi dia malah menepis tanganku. "Kenapa kamu selalu mengambil kesempatan dengan terjatuh di atas saya? Kau menyukaiku? Hm." Polisi Joshi berujar pelan seraya mengikis jarak, aku impulsif mundur. "Tidak! Kau sendiri ngapain di sini? Bukannya kau lagi sakit? Ini pasar malam bukannya rumah sakit," ucapku cepat seraya melirik kiri kanan. Merasa gugup dengan sikap Polisi Joshi yang terus mengayunkan kaki mendekat deng
last updateLast Updated : 2023-11-25
Read more

Bab 40: Polisi Joshi Singgah

Gerimis mulai turun, orang-orang berlarian mencari tempat untuk berteduh. Angin pun berembus kencang, menerbangkan daun-daun kering ke sana kemari. "Bagaimana, masih mau pulang sendiri?" tanya Polisi Joshi di depan sana. Aku segera memutuskan berlari ke mobilnya sembari memayungi kepala dengan telapak tangan. Halah! Percuma. Sesampainya di dalam mobil Polisi Joshi juga aku harus tetap memayungi kepala dari titik-titik air hujan yang turun membasahi bumi, sebab mobil jeep Polisi Joshi ini tidak memiliki atap. Polisi Joshi langsung mengemudikan mobilnya dengan cepat, menembus rintik hujan yang mulai deras. Namun, saat melewati jalan raya yang sangat sepi, Polisi Joshi tiba-tiba menginjak rem mendadak. Hampir saja kepala membentur dashboard mobil, jika dia tidak sigap mengulurkan tangannya, melindungi kening ini dari dashboard. "Kenapa kamu mengerem mendadak?" tanyaku kesal seraya mengusap wajah yang mulai dibanjiri air hujan.
last updateLast Updated : 2023-11-25
Read more
PREV
123456
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status