Aku mempercepat langkah dengan tatapan waspada ke pagar beton itu. Ketika sampai di balik beton tersebut, alisku mengernyit si baju hitam itu tengah mengayunkan kaki setengah berlari dari tempat ia berdiri tadi. Walaupun hanya melihat punggung sang pria saja tanpa melihat wajahnya, tetapi aku tahu siapa pria itu. "Fadli?" gumamku kebingungan. Kenapa dia memata-matain aku? "Kenapa Tania?" Sardin tiba-tiba datang dan menepuk pundakku. Membuat diri ini terlonjak kaget. "Apa, sih?" sungutku tanpa sadar, kesal dengan pria bertubuh sedikit kurus itu. "Maaf, jika aku membuatmu kaget.""Hmm, tidak masalah." Segera aku mengubah ekspresi wajah yang tadinya kesal, menjadi tersenyum tipis. Kasihan, melihat raut bersalah di wajah Sardin. "Ya, sudah. Aku pamit pulang dulu," ucapku lantas berlalu pergi tanpa mendengar jawaban dari sang pemuda. "Buat apa Fadli memata-mataiku tadi?" Sepanjang perjalanan, aku tidak henti-hentin
Last Updated : 2023-11-22 Read more