“Iya. Sebentar!” Amanda akhirnya bersuara juga agar orang-orang di luar sana tak lagi sibuk memanggil. Wanita cantik itu tampak gelisah karena bingung harus berbuat apa. Sementara Radit malah memperhatikan dengan senyuman yang sungguh menyebalkan.“Sayang, hei,” panggil Radit yang lekas menyisipkan sebagian rambut Amanda ke belakang telinga. Lantas mengusap lembut buliran keringat yang tersisa di paras cantik itu. “Tenang dulu ya. Jangan panik. Apa yang harus kau takutkan, hem?”Amanda pun berdecak sebal. “Nenek sama yang lain udah datang, Radit. Lihat kita! Masih acak-acakan begini.”“Iya, Sayang. Aku tahu. Enggak usah panik segitunya. Jangan lupakan kalau kita adalah pasangan suami istri yang sah,” jelas Radit memang benar adanya.“Apapun itu … yang penting aku enggak mau kelihatan begini.”“Oke oke. Aku anterin kau ke kamar mandi,” gumam Radit kemudian.“Sprei-nya gimana? Kotor.”Radit mengangguk-angguk. Dia pun mengenakan celana dan baju atasan dengan gerakan taksis.
Terakhir Diperbarui : 2024-02-14 Baca selengkapnya