Semua Bab MENIKAHI SUAMI WARISAN: Bab 121 - Bab 130

136 Bab

121. PERKARA LAPTOP

              Suara lenguhan mesra kini memenuni kamar kecil yang ada di rumah sederhana itu. Adalah sepasang suami istri yang baru saja menciptakan lonjakan cinta di antara keduanya. Siapalagi kalau bukan Amanda dan Radit yang sama-sama berpelukan di atas ranjang sekarang.“Makasih, Sayang,” ucap Radit usai mendaratkan kecupan singkat di dahi Amanda. “Besok-besok kita enggak bisa ngelakuin ini lagi karena nenek bakalan pulang.”Wanita cantik itu hanya terkekeh. Lantas dia bangkit perlahan saat merasakan dorongan untuk segera ke kamar mandi.“Mau pipis kayaknya.”“Aku temani ya,” kata Radit menawarkan diri.                Dia pun ikut masuk untuk menerangi istrinya berkemih di kamar mandi sana. Tanpa sadar bibir pria tampan itu membentuk lengkungan senyum saat me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-08
Baca selengkapnya

122. RADIT DIUSIR NENEK?

“Maaf, Manda. Maafin aku, Sayang.”              Radit memeluk erat istrinya yang sudah menangis sesenggukan di atas ranjang. Kali ini dia memang sudah keterlaluan karena tak bisa mengontrol emosi lantaran cemburu tak jelas. Sungguh dirinya kelewatan.“Kau sendiri yang melarang aku bahas tentang Dinda,” isak Amanda di sela tangisnya yang terdengar menyayat hati. “Tapi kau yang memancingnya lagi.”“Maafin aku ya. Aku memang bodoh, Sayang.”              Ucapan barusan tidak digubris Amanda. Wanita itu hanya memasrahkan dirinya dalam pelukan Radit yang semakin erat. Tahu bahwa sang suami sedang menyesal, tetapi hatinya juga tak bisa berbohong karena kembali merasakan sakit yang sama.              Baru saja berb
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-09
Baca selengkapnya

123. RINDU SETENGAH MATI

Apa yang dikatakan oleh sang nenek terbukti juga. Baru tiga hari Radit pergi, Amanda sudah dirundung perasaan rindu. Mantan model cantik itu menghela napas ketika melihat awan mendung di luar sana. Pastilah sinyal buruk dan menjadikan dirinya tak bisa bersua lewat panggilan video dengan sang suami. Semenjak saling mengutarakan perasaan satu sama lain, cinta yang di dalam hati semakin bertumbuh pesat saja. Beginilah risikonya terlebih mereka sedang menjalani hubungan jarak jauh.Amanda mengulum senyum sambil menggelengkan kepala karena menyadari bahwa ia sedang kasmaran. Hingga ketukan pintu membuatnya lekas menegakkan punggung kembali.“Ada banyak paket yang berdatangan, Nda,” lapor nenek seraya menunjuk ke arah pintu rumah. “Suamimu itu niatnya bikin kejutan tapi malah ngerepotin. Malu-maluin aja!”Amanda sontak mengerjapkan matanya. “Eh gimana, Nek? Radit ngirim sesuatu?”“Iya,” sahut sang nenek dengan cepat. “Dia enggak tahu alamat rumah ini di mana. Tap
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-10
Baca selengkapnya

124. SAATNYA BERTEMU

“Udah masuk bulan kelima tapi kau masih mual terus ya, Nda. Nenek jadi kasihan samamu.”Amanda yang baru saja meneguk habis susu kehamilan tadi tersenyum simpul. Setelahnya ia berucap, “Aku juga sih mikirnya gitu, Nek. Bidan yang di puskesmas nyaranin buat USG lagi di kota. Mastiin kalau kandungan aku baik-baik aja.”“Benar itu, Nda. Nenek juga jadi kepikiran. Apalagi dokter kandungan yang biasa kemari minggu lalu enggak datang,” kata sang nenek ikut menyuarakan rasa cemasnya. Pembicaraan mereka terjeda saat rumah sederhana itu kedatangan tamu. Amanda kembali melangkah menuju halaman belakang untuk menghirup udara pagi. Sementara neneknya menyambut tetangga mereka tersebut. Kini pemandangan di depan mata tak seindah bulan kemarin. Musim panen baru saja berlalu. Jadilah area persawahan hanya menyisakan lahan yang kosong saja. Sebagiannya terendam air karena memang sudah tiga hari belakangan hujan terus mengguyur pedesaaan di sana. Amanda menghe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-11
Baca selengkapnya

125. PELAN-PELAN SAJA

Radit tak langsung menjawab pertanyaan barusan. Pria itu menerbitkan senyuman untuk sang istri yang sedang dilanda perasaan bersalah. Lantas menarik lembut lengannya hingga mengikis jarak yang tercipta di antara mereka.“Enggak ada yang perlu disesali, Sayang,” bisik Radit yang tengah memeluk istrinya dari samping. Tak pelak mendaratkan kecupan pelan di pelipis wanitanya itu. “Ayra masih kecil. Dia belum ngerti kalau sebentar lagi bakalan punya adik.”“Justru itu, Radit. Aku enggak mau dia merasa tersaingi.”Radit kembali mengeratkan dekapannya hingga bisa merasakan perut Amanda yang melenting tersebut. “Hei, jangan takut begitu. Anak-anak kita enggak akan kekurangan kasih sayang. Tuhan enggak pernah salah menentukan takdir hamba-Nya.” Pembicaraan mereka tak lagi berlanjut karena Amanda sudah menguap beberapa kali. Pun begitu juga dengan Radit yang juga memutuskan untuk terlelap di samping istrinya. Kini keluarga kecil tersebut kompak tidur bersama di atas
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-12
Baca selengkapnya

126. MELAMAR AMANDA

“Enggak bisa gini, Sayang. Mana boleh dia panggil aku pake nama.” Radit terus menggerutu dengan suara setengah berbisik. Matanya kemudian menatap wajah polos Ayra yang sudah tertidur lelap di atas ranjang. Sementara Amanda hanya tersenyum sembari mengaduk susu yang ada di genggamannya.“Aku lupa kalau di usia Ayra bakalan gampang niru kata-kata dari orang di sekitarnya,” ucap Amanda kemudian. “Ya udah. Lain kali kita panggil mama dan papa atau sayang aja. Gimana?” Pria tampan itu mengangguk pelan. Lantas menerima gelas kosong yang diberikan oleh sang istri untuk disimpan di atas meja. Setelahnya memindahkan tubuh Ayra agar mepet ke tembok. Jadilah posisi Amanda yang berada di tengah ranjang dan dirinya di bagian paling pinggir.CUP!“Good night, Sayang. I love you,” bisik Radit yang segera memeluk Amanda dari arah samping. Tak pelak melabuhkan kecupan singkat di perut buncit itu lagi.“Love you too.” Mungkin karena tidur yang hampir menuju pag
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-13
Baca selengkapnya

127. PULANG KE MEDAN

“Iya. Sebentar!” Amanda akhirnya bersuara juga agar orang-orang di luar sana tak lagi sibuk memanggil. Wanita cantik itu tampak gelisah karena bingung harus berbuat apa. Sementara Radit malah memperhatikan dengan senyuman yang sungguh menyebalkan.“Sayang, hei,” panggil Radit yang lekas menyisipkan sebagian rambut Amanda ke belakang telinga. Lantas mengusap lembut buliran keringat yang tersisa di paras cantik itu. “Tenang dulu ya. Jangan panik. Apa yang harus kau takutkan, hem?”Amanda pun berdecak sebal. “Nenek sama yang lain udah datang, Radit. Lihat kita! Masih acak-acakan begini.”“Iya, Sayang. Aku tahu. Enggak usah panik segitunya. Jangan lupakan kalau kita adalah pasangan suami istri yang sah,” jelas Radit memang benar adanya.“Apapun itu … yang penting aku enggak mau kelihatan begini.”“Oke oke. Aku anterin kau ke kamar mandi,” gumam Radit kemudian.“Sprei-nya gimana? Kotor.”Radit mengangguk-angguk. Dia pun mengenakan celana dan baju atasan dengan gerakan taksis.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-14
Baca selengkapnya

128. BERSABAR SEBENTAR YA

Ada yang janggal. Itulah yang disimpulkan Amanda sekarang. Dia tak bisa bertanya pada Radit lantaran suasana tidak mendukung. Terlebih lagi Ayra mulai merengek lantaran ingin sekali berada di pangkuannya.“Ya udah iya. Sebentar ya, Sayang,” kata Radit pada sang putri. Dia pun mulai menepikan kendaraan lantas ke luar dari mobil.“Mu mama!!”Ayra sudah tak sabaran. Tangan dan kakinya yang sibuk meronta-ronta. Membuat Mama Tiara yang memangku jadi sedikit kewalahan. Hingga beberapa detik gadis kecil itu tersenyum saat sang papa sudah mengambil alih dan meletakkan tubuhnya di tempat yang ia inginkan.“Gimana, Sayang? Udah nyaman?” tanya Radit setelah memundurkan tempat duduk Amanda. Menyisakan jarak yang sedikit jauh agar kedua kaki istri cantiknya bisa bergerak dengan lebih leluasa.“Sudah,” jawab Amanda sekenanya. Barulah Radit kembali melajukan mobil seperti sedia kala. Sementara Ayra sudah tampak kegirangan karena berada di pangkuan mamanya.“Ana, Ma?”“Iya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-15
Baca selengkapnya

129. DUA JAGOAN

“Dokter ‘kan enggak cuma satu aja. Ada banyak pilihan dan menurutku … ini yang terbaik. Dia juga lebih pro ke persalinan normal.” Radit mengatakannya sambil tersenyum. Tidak lagi marah karena pembicaraan tentang Dinda kembali menjadi topik mereka walaupun memang bukan disengaja.“Ya sudah kalau gitu,” kata Amanda kemudian.“Atau kau sudah punya pilihan dokter sendiri, hem?” tanya Radit sembari memelankan laju kendaraannya.Amanda menggeleng cepat sebagai jawaban. “Aku ‘kan sudah lama sekali enggak balik ke sini. Jadi ya terserah kau saja kita mau ke mana.”“Siapa tahu ada saran dari teman atau rekan di sosial media,” gumam Radit.“Enggak sih. Temanku dulu cuma Tisa dan sekarang malas rasanya dekat sama siapapun juga. Lagian sudah ada suami dan anak-anak. Cukup kok buatku.” Keterangan barusan membuat Radit semakin menyadari bahwa wanita di sampingnya ini memang introvert sedari lama. Dulu saat dia sedang bersama mendiang Dinda pun, Amanda terlihat acuh tak a
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-16
Baca selengkapnya

130. AKU BUKAN DINDA!!

“Kau ini kenapa sih?? Istri lagi hamil kok malah dibuat stress. Maumu apa, hah??” Radit menggeleng pelan dengan kepala yang sudah tertunduk. Tak berani menatap wajah sang ibu yang sedang mengomel itu. Sementara Mama Tiara hanya diam sembari memandang keduanya secara bergantian.“Aku hanya mencemaskannya,” kata Radit dengan suara lirih. “Aku enggak pernah menyangka jika Manda hamil anak kembar. Itu sangat berisiko.” Ya. Bukannya Radit tidak bahagia, tetapi rasa khawatir yang ada pada dirinya melebihi apapun saat ini. Sungguh kepingan memori buruk perihal wafatnya sang istri terdahulu mulai menari-nari di dalam kepala.Melihat wajah gelisah itu, Bu Ningsih berdecak pelan lalu menarik kursi hingga dia dan Radit kini saling berhadapan. Satu tangannya menyentuh pundak anak semata wayangnya tersebut.“Relakan apa yang sudah terjadi. Ibu tahu kalau kau takut Manda mengalami kejadian serupa seperti yang lalu bukan?” tanyanya yang membuat Radit lekas mengiyakan. “Se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status