Semua Bab Misteri Kontrasepsi di Kamar Putriku: Bab 11 - Bab 20

73 Bab

Menginterogasi Edwin

“Mas Tian.” Mataku terbelalak melihat Mas Tian berdiri di sana.Nino masih betah di posisinya seolah tidak peduli pada orang lain.“Biarkan dia tahu kalau aku ini calon suamimu, sayang,” ujar Nino dengan santainya.Tubuh Nino ditarik dari belakang.Bugh!Aku meringis melihat Mas Tian kembali melayangkan kepalan tangannya mengenai wajah Nino.“Kau ingin menikah dengan Serra tapi meniduri anaknya? Bangs*t!”Nino menyeka sudut bibirnya yang kini dua-duanya mengeluarkan darah, dia mundur beberapa langkah.Bugh!Dengan cepat tangannya melayangkan bogem mentah membuat Mas Tian terjatuh bahkan keluar darah dari hidungnya. Bisa kupastikan itu sangat keras, lebih keras daripada saat Mas Tian menghajar Nino tadi.“Cukup!” Aku menahan Nino yang menarik kerah baju Mas Tian. Melepaskan paksa tangan lelaki itu.“Dari tadi aku diam, tapi aku tidak suka seperti ini,” geram Nino.“Kau memang pantas, bahkan aku belum puas memukulimu!” teriak Mas Tian.“Hentikan! Jangan seperti anak kecil. Pertengkaran
Baca selengkapnya

Kabur

“Kau pelakunya ‘kan?” Nino mencengkeram pundak Edwin.Edwin langsung mengangkat tangannya, “Wah, aku mana mungkin berani menyentuh Melody. Dia ‘kan cinta mati padamu, Bang. Aku tidak akan berani menyentuh milikmu.”Mataku membulat mendengar itu. Apa benar yang dikatakan Edwin kalau Melody sangat mencintai Nino?“Jangan sembarangan bicara kau itu! Apa yang kau katakan membuat semuanya semakin rumit!”“Abang tidak mau tanggung jawab?”Semua mata langsung tertuju pada sosok Melody yang berjalan mendekat dengan berderai air mata.“Untuk apa? Bukan aku yang menghamilimu.” Nino tetap teguh dengan apa yang diakuinya.Melody menggeleng, “Abang menganggap aku wanita murahan yang bisa ditinggalkan begitu saja setelah apa yang sudah kita lakukan?”“Memang apa sih yang sudah aku lakukan padamu? Bertemu saja baru dua kali tapi lagakmu seperti kita punya hubungan!”“Mel, bicara yang sebenarnya. Tidak usah takut, katakan siapa laki-laki itu?” Aku menghampiri Melody yang kini tangisnya sudah pecah.“
Baca selengkapnya

Hasil Tes DNA

“Edwin kabur, Bu.”“Apa?” Ibu juga tampak kaget.“Tadi Mas Tian menelponku, dia berpikir tesnya sudah selesai.” Rasanya lemas sekali lututku.Apa yang dilakukan Edwin malah mempertegas jika dirinya memang ada hubungannya atau mungkin dia yang membuat Melody hamil makanya tidak berani untuk melakukan tes DNA.“Biarkan saja, Bun. Toh ayah bayiku itu Bang Nino bukan Edwin.”Ini yang membuat kepalaku seperti ingin pecah, Melody malah terus bicara dan mengatakan Nino pelakunya sedangkan di sini gelagat Edwin yang mencurigakan. Nino bahkan terlihat santai dan tidak merasa diintimidasi“Bunda tidak akan percaya pada siapapun, Bunda hanya akan percaya pada hasil tes yang dilakukan barusan. Kalau memang Edwin kabur berarti dia pelakunya.”“Bukan Edwin, Bun!” Melody berdecak sambil mengentakkan kakinya kesal.“Kenapa kamu malah membela Edwin? Sikapnya itu sangat mencurigakan.”“Sudah, Bun!” Nino mengelus pundakku
Baca selengkapnya

Beda Agama

“Dok, apa hasil tes Edwin memang cocok?” Aku juga harus melihat hasilnya.Dokter membuka amplop yang kedua dan membacanya, seperti tadi memperlihatkan kertas itu pada kami.“Hasil tesnya cocok.”“Tidak mungkin!” Melody malah menjerit histeris, “Ed, ini tidak benar ‘kan? Kamu bilang-”“Kita bicara di rumah saja.” Aku membawa Melody keluar dari ruangan dokter.Tidak mungkin membicarakan hal pribadi di rumah sakit apalagi dengan reaksi Melody seperti ini. Ada yang masih mengganjal dalam hatiku meski tidak bisa dipungkiri kalau memang aku merasa lega karena bukan Nino yang melakukannya.Soal hubunganku dan Nino masih bisa dibicarakan di waktu yang lain karena untuk sekarang yang terpenting adalah urusan Melody selesai.Di belakang mobilku, mobil Nino mengikuti, Edwin juga di sana.“Bunda. Hasil tesnya pasti salah, mungkin keliru.”“Mel. Tolong jangan membuat Bunda semakin pusing. Apa kamu tadi tidak mendeng
Baca selengkapnya

Diusir (Obsesi Melody)

Soal keyakinan memang sensitif, aku jadi serba salah di sini. Edwin harus tanggung jawab tapi di sisi lain tidak mungkin aku memaksanya untuk pindah keyakinan meski Edwin sendiri mengatakan bersedia jika memang orang tuanya mengizinkan Edwin menikah dengan MelodyAku pikir setelah tahu hasil tes DNA, semuanya akan selesai tapi malah ada masalah yang lebih besar lagi. Aku sudah membicarakan hal ini dengan Mas Hadi, dia juga kaget karena ternyata pelakunya bukan orang yang selama ini kita tuduh, memalukan memang dan kasihan Nino tapi namanya juga semua bukti terarah padanya jadi aku percaya saja.Hari ini aku akan menemui orang tua Edwin, seorang diri. Mas Tian masih sibuk dengan pekerjaannya sedangkan aku tidak ingin Nino ikut campur dalam urusan keluargaku, sudah cukup kemarin dia dituduh dan dijadikan tersangka. Aku tidak ingin menyusahkannya lagi.“Bu, Non Mel belum makan dari kemarin,” ujar Bi Asih.“Sudah biarkan saja, Bi. Nanti juga kalau lap
Baca selengkapnya

Akhirnya ....

“Memang aku mau menikah denganmu?”“Harus mau, sayang. Aku sudah menunggu begitu lama untuk bersanding denganmu di pelaminan. Masalah juga sebentar lagi selesai.”Kuhela napas panjang, “Jangan membicarakan lagi soal kita.”“Tante dan Bang Nino benar-benar pacaran?”“Tidak.”“Iya.”Aku menjawab sejujurnya karena sekarang kami tidak ada hubungan apapun sedangkan Nino malah masih mengakui kita masih ada hubungan. Padahal aku masih ingat betul beberapa bulan lalu memutuskan hubungan ini.“Kalau kalian pacaran kenapa Melody tidak tahu?”“Panjang ceritanya, Ed. Soal pernikahan kamu dan Melody, nanti Tante bicarakan dengan ayahnya Melody. Untuk sementara kamu tinggal di-”“Aku akan tinggal di rumah temanku.” Edwin memotong pembicaraanku.“Tidak. Kau di rumahku saja, bahaya kalau kau kabur nanti aku yang kena batunya!”Hari itu Nino membawa Edwin ke rumahnya. Kasihan juga anak itu, kalau sampai menginap di rumah temannya siapa yang akan mengurus dalam kondisi sakit seperti ini. Anak yang naka
Baca selengkapnya

Kepergok Habis Mantap-mantap

Entah kenapa aku malah tidak bisa menolak saat Mami Anna mengajakku untuk segera ke rumah ibu.“Biar mobilmu di sini, nanti sopir Mami yang bawa,” ujar Mami Anna.Apa iya aku harus menerima? Nino sudah menunggu begitu lama bahkan masih bertahan saat dia disudutkan dan dituduh menghamili Melody. Sebenarnya dari dulu Nino ingin menikahiku tapi aku yang belum siap karena tahu Melody tidak akan menerima aku menikah lagi.[Bu, orang tuanya Nino akan datang ke rumah. Ini sedang di jalan bersamaku.] Aku mengirimkan pesan pada ibu.“Nanti setelah menikah Mami maunya kamu tinggal bersama Mami.”Menikah saja belum tapi Mami Anna sudah mengatakan hal seperti ini.“Tidak bisa, Mam. Mami lupa, Serra punya anak, dia pasti tidak akan mau meninggalkan anak-anaknya.” Malah Nino yang menyahut, dia menyetir tapi sesekali melirikku lewat kaca.“Justru itu, agar Mami tidak kesepian. Mami juga ingin sekali bertemu dengan anak-anak Serra.”Aku tersenyum tipis menanggapi. Bagaimana nanti kalau Mami Anna tahu
Baca selengkapnya

POV Nino

POV Nino“Loh, Bang. Tidak ikut?” tanya Edwin.“Aku harus mengantar kekasihku.”“Abang benar-benar sudah memiliki kekasih?” tanya Melly.“Mel, dia itu kekasihnya tidak hanya satu tapi bercabang ada di mana-mana. Jadi jangan heran kalau dia tidak pernah kesepian,” ujar Edwin sambil merangkul pundak kekasihnya itu.“Bacot! Eh, bocah. Pulang sana, mana masih pakai baju seragam lagi. Kalau tahu siapa orang tua kalian, akan kuadukan kelakuan kalian ini?” Aku geleng-geleng kepala.Meski sebenarnya aku dulu juga seperti mereka. Niat dari rumah berangkat sekolah tapi akhirnya belok ke tempat tongkrongan. Masa mudaku jauh dari kata baik memang.“Sebentar lagi, Bang. Lagi pula masih siang, nanti kalau pulang jam segini yang ada curiga kalau tidak sekolah,” sahut Edwin.Aku mengedikkan bahu, “Jo, jangan lupa mundurkan semua jadwalku.” Mengingatkan Jordy, dia menggantikan managerku yang sedang sakit.“Kalau Bang Nino tidak ada pasti ada yang kurang,” celetuk Melly.“Ada pacarmu juga, kenapa harus
Baca selengkapnya

Pahit tapi Harus Ditelan POV Serra

POV Serra“Mas, lepas dulu!” Aku mencoba melepaskan tangan Nino yang melingkar di perut.Kalau saja aku tidak memegangi selimut dengan erat pasti sudah melorot.“Bunda akan jelaskan, kamu keluar dulu,” ujarku pada Melody.“Siapa dia, Bun?” Melody masih berdiri di tempatnya, rasa penasaran membuatnya enggan untuk beranjak.“Aku Papamu, sudah tahu ‘kan? Sekarang keluar, biarkan Bundamu istirahat!” ucap Nino dengan suara serak.Aku tersentak saat Nino buka suara dan mengatakan semuanya.“Bunda.”Menarik nafas dalam-dalam, “Iya. Bunda dan dia sudah menikah kemarin.”Lebih baik jujur sekarang. Kenapa juga Melody harus melihatku dalam keadaan seperti ini.“Kenapa tiba-tiba?”“Bisa tutup dulu pintunya, biarkan Bunda mandi dan akan Bunda jelaskan semuanya nanti ya?”Melody mundur dan menutup pintu dengan sedikit keras. Dia pasti masih tidak terima apalagi kabar yang didengarnya secara tiba-tiba, aku menikah tanpa memberitahu dia.Sepertinya dia tidak sadar ini Nino. Kalau tahu pasti akan hist
Baca selengkapnya

Pelajaran Untuk Melody

“Bang Nino suka sekali men-hmmpp.”Mulut Edwin dibekap oleh Nino sebelum menyelesaikan apa yang diucapkannya.“Diam! Dasar ember bocor!”“Pagi-pagi ribut, pergi olahraga sana, joging atau apa kah. Kamu juga, Mas. Memang tidak bekerja?”“Dua hari ini aku libur, sayang. Waktu untuk kita bulan madu meski hanya di rumah,” ujarnya sambil memainkan alis.“Kamu kenapa tidak siap-siap berangkat sekolah?” Aku beralih menatap Edwin.“Ini hari libur, Bun. Nanti siang baru aku ke cafe.”“Benarkah? Bunda tidak tahu ini hari libur.”Kuayunkan langkah menuju dapur untuk memasak. Bi Asih tidak ada jadi aku harus memasak dan melakukan tugas rumah, meski sebenarnya aku pun melakukannya setiap hari semenjak tidak bekerja meski tidak seluruhnya kukerjakan.Isi kulkas sudah tinggal sedikit, hanya cukup untuk hari ini saja. Sepertinya aku harus belanja, di sini tambah dua anggota keluarga baru jadi wajar jika persediaan akan lebih cepat habis meski Nino baru tinggal di sini tadi malam.“Sayang.”Aku tersen
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status