Home / CEO / Terjerat Gairah Paman Suamiku / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Terjerat Gairah Paman Suamiku: Chapter 91 - Chapter 100

140 Chapters

91. Mencari perhatian

"Bagaimana perasaanmu pagi ini," tanya Oliver penuh perhatian sambil menatap Lena dengan tatapan lembut.Lena yang saat itu sedang memasangkan dasi untuk Oliver pun menengadah sebentar untuk sekadar melayangkan senyuman pada suaminya itu."Perasaanku cukup baik hari ini," jawab Lena, suaranya lembut dan penuh kehangatan. "Bagaimana denganmu?" tambahnya sambil menyempurnakan simpul dasi Oliver dengan penuh ketelitian.Oliver tersenyum, merasa bahagia melihat senyum di wajah Lena. "Aku pun baik," jawabnya dengan semangat yang sama, tatapannya masih terpaku pada wajah Lena yang mempesona. Dia merasa beruntung memiliki Lena sebagai pendamping hidupnya, setiap detik bersamanya adalah anugerah yang tak ternilai harganya. "Aku senang mendengar perasaanmu cukup baik." Lena menatap Oliver dengan senyum hangat. "Aku juga senang melihatmu baik-baik saja, sayang."Setelah selesai memasangkan dasi, Lena meluruskan pakaian Oliver dengan lembut, memastikan semuanya rapi. "Selesai," ujarnya dengan b
Read more

92. Lebih dari teman

Oliver menatap layar ponselnya dengan sedikit kebingungan saat sambungan telepon dengan Esme tiba-tiba diputus sepihak. Dia menggelengkan kepala, merasa agak heran dengan sikap sahabatnya yang terkesan terburu-buru setelah dia mengatakan nama Sarah."Esme itu... dia benar-benar bersikap waspada terhadap Sarah," gumam Oliver sambil menaruh ponselnya kembali ke meja. Saat itu dia merasa kalau menghubungi Esme adalah hal yang tepat karena dia tak mungkin memakan makanan yang diberikan perempuan lain.Dia kemudian memandangi bingkisan sushi yang masih tergeletak di atas meja. Rasanya sayang jika makanan mahal itu harus terbuang, dia tak ingin menyia-nyiakan gestur baik dari Sarah.Oliver pun memutuskan untuk membuka kotak sushi itu dan menata beberapa potong di atas piring sambil menunggu kedatangan Esme. Di sisi lain. Tanpa ragu, Esme segera menuju ke ruang kerja Oliver. Sambil membawa makan siang yang dia beli di kantin, Esme melangkah terburu-buru dan ekspresi wajah yang benar-benar
Read more

93. Baby Moon

Di kantor, suasana seolah menjadi canggung ketika beberapa karyawan dari divisi yang sama dengan Sarah mulai menegurnya secara terang-teragan. Mereka berkumpul di sudut ruangan, menatap tiap pergerakan Sarah cukup intens dengan ekspresi serius di wajah mereka."Sarah, apa yang sebenarnya kau pikirkan? Mengirim dokumen ke ruangan pak bos lagi?" bisik salah satu karyawan perempuan dengan nada ketus.Sarah menatap mereka dengan tatapan bertanya, tidak mengerti apa yang salah. "Apa masalahnya? Aku hanya menjalankan tugasku."Karyawan lain yang duduk di sebelahnya menjelaskan dengan nada rendah. "Kamu harus berhati-hati dengan sikapmu, Sarah. Tuan Eduardo sudah memiliki istri. Jangan sampai sikapmu menimbulkan masalah di kantor."Sarah terlihat agak bingung dengan sikap rekan-rekannya yang bersikap sinis kepadanya. "Aku tak tahu kalau memberikan dokumen yang memang membutuhkan tanda tangan tuan Eduardo adalah hal buruk, sampai-sampai kalian menegurku seperti ini."Namun, suasana menjadi se
Read more

94. Baju paling seksi

Saat berendam di bathub dengan bath bom yang membuat selurih air berwarna ungu dan berbuih dengan menguarkan aroma harum, Lena memejamkan matanya dan membiarkan pikirannya melayang jauh ke sehari sebelum dia pergi berbulan madu dengan Oliver.Hari itu, pagi-pagi sekali Esme datang bertamu dan segera menemui. Lena untuk memberikan sebuah bingkisan."Ini, kau harus menggunakan ini saat pergi bulan madu nanti. Ini akan sangat berguna untuk membantumu dan Oliver ketika sedang program untuk segera punya anak melalui bulan madu kali ini, " kata Esme seraya meletakan paper bag berisi box berwarna putih itu itu ke atas ranjang tepat di samping Lena."Apa isinya? Kau tak sedang memberiku benda aneh kan?" tanya Lena sedikit curiga."Tidak sama sekali. Itu bukan barang aneh, itu barang yang akan sangat berguna. Memakai itu, aku yakin peluang kalian untuk punya anak akan semakin besar. Pokoknya, yang utama adalah pikiran dan hatimu harus tenang. Kau tak boleh stress, ketika tubuh rileks dan kau b
Read more

95. Kencan pertama Esme

"Aaaah," Oliver dan Lena mendesah bersamaan saat gelombang kenikmatan mendera keduanya.Sejurus kemudian, Oliver pun menarik dirinya menjauh dari Lena dengan napas terengah-engah dia berbaring di samping Lena dan memeluk istrinya itu erat-erat.Dalam posisi nyaman baginya itu, Oliver menghujami kecupan manis pipi lalu kemudian beralih ke perut Lena seraya berbisik. "Semoga usaha keras yang telah kita lakukan bisa membuat calon anak kita cepat ada disini."Lena merasakan hangatnya pelukan Oliver yang membuatnya merasa aman dan dicintai. Dia tersenyum bahagia saat Oliver kembali mencium pipinya dengan lembut."Terima kasih, Sayang," kata Lena dengan lembut, tangannya meraih tangan Oliver yang memeluknya.Oliver mengangguk, matanya penuh dengan rasa cinta saat dia memandang wajah Lena. "Kita akan melewatkan semua ini bersama-sama, Lena. Aku yakin kita akan memiliki anak. Kamu tak perlu khawatir lagi, Matthias pun pasti akan sangat bahagia jika bisa segera punya adik."Lena tersenyum, mer
Read more

96. Kabar baik

"Maafkan aku. Tak seharusnya aku berlarian ketika tubuhku basah kuyup, aku benar-benar ceroboh karena hampir jatuh dan membuatmu cedera seperti ini." Dengan perasaan bersalah, Esme membantu membuka kaos basah yang dipakai Sebastian. Mengelap tubuh pria itu dengan handuk kering sebelum kemudian memasang koyo di bahu pria itu yang cedera karena menarik tubuhnya agar tak terjatuh. "Seharusnya kau tak perlu menarik tubuhku seperti tadi. Seharusnya kau biarkan saja aku terjatuh, mungkin kau tak akan cedera seperti ini." Sebastian mengulas senyum di wajahnya. "Aku baik-baik saja, sungguh. Bahuku hanya sedikit keseleo tapi itu bukanlah hal yang perlu kau khawatirkan. Kau sudah menempelkan koyo dan itu akan segera membuatku merasa lebih baik," ujarnya berusaha menenangkan Esme. Sebab, saat ini perrempuan itu menatapnya dengan kedua mata yang bekaca-kaca, siap menangis karena merasa bersalah. "Kau tak boleh berbohong tentang kau yang baik-baik saja padahal rasanya pasti bahumu sakit sekali."
Read more

97. Ngidam

Sarah diam-diam memperhatikan Sebastian dari meja kerjanya. Ruangan di divisi ini hampir kosong karena semua orang sudah pergi makan siang, kecuali Sarah dan Sebastian yang tampak masih sibuk dengan komputernya."Pak Sebastian, apa anda tidak pergi keluar untuk makan siang?" tanya Sarah yang dengan berani tanpa sekalipun merasa canggung. Dia dengan percaya diri berjalan masuk dan mendekat kearah meja Sebastian dan berdiri di hadapan pria itu tak sekalipun peduli dengan sopan santunnya sebagai karyawan baru. "Apa anda sudah makan siang?"Mendengar Sebastian menoleh dengan senyum ramah. "Belum, sebenarnya. Mengapa?"Sarah tersenyum. "Bagaimana kalau kita makan siang bersama? Aku baru saja menemukan tempat yang bagus di dekat sini."Sebastian terdiam sejenak, merasa terkejut dengan sikap Sarah yang cukup berani seperti itu, lalu kemudian dia pun mengangguk. "Terima kasih, Sarah atas tawaranmu. Pergilah makan siang sebelum kehabisan waktu, aku masih harus menyelesaikan pekerjaanku."Sarah
Read more

98. Perayaan kebahagiaan dan Rasa Iri Sarah

Esme melangkah dengan cepat, nafasnya agak tersengal karena keinginannya untuk menyusul Oliver secepat mungkin. Ketika dia akhirnya berhasil menyusulnya, dia menarik napas dalam-dalam untuk mengumpulkan kata-kata yang tepat. "Oliver," panggilnya dengan suara yang agak terengah-engah.Mendengar panggilan itu, Oliver berhenti berjalan dan menolehkan wajahnya dengan bingung. "Apa yang membuatmu seheboh ini, Esme?" tanyanya, suaranya penuh dengan kekhawatiran dan rasa ingin tahu.Esme tersenyum lebar dan bergegas menghampiri Oliver, matanya berbinar-binar dengan antusiasme yang hampir sulit untuk disembunyikan. "Aku punya sesuatu untuk Lena," ucapnya, suaranya gemetar karena kegembiraan yang meluap-luap.Mendengar hal itu, ekspresi wajah Oliver berubah menjadi campuran antara keheranan dan kegembiraan. "Apa itu?" tanyanya dengan rasa ingin tahu yang sama seperti yang dirasakan oleh Esme.Esme dengan senang hati menyodorkan kotak kecil yang dibungkus rapi dengan pita warna-warni kepada O
Read more

99. Nama calon bayi kita

Oliver pulang terlambat malam itu. Langit gelap di luar, dan hanya beberapa lampu di mansion yang masih menyala, memberikan kesan yang tenang dan hangat. Saat masuk ke dalam rumah, Oliver disambut oleh maid yang selalu setia berdiri di dekat pintu dengan senyum ramah."Selamat malam, Tuan Eduardo," sapanya lembut."Selamat malam," jawab Oliver dengan lelah. "Di mana Lena?"Maid itu tersenyum penuh pengertian. "Nyonya Blade sudah tidur di kamar, Tuan. Dia tampak sangat lelah hari ini."Oliver mengangguk, mengucapkan terima kasih singkat sebelum melangkah menuju kamarnya. Lorong-lorong mansion terasa sunyi, hanya terdengar langkah kaki Oliver yang teredam oleh karpet tebal. Dia berhenti sejenak di depan pintu kamar, menghela napas pelan, lalu dengan hati-hati membuka pintu.Di dalam kamar yang remang-remang, lampu tidur di sudut ruangan memancarkan cahaya hangat yang lembut. Di tempat tidur, Lena tampak terlelap, wajahnya tenang dan damai. Oliver memperhatikan bahwa Lena memeluk kemejany
Read more

100. Esme dan Sebastian berbuat nakal

Pada hari libur yang cerah itu, Esme dan Sebastian duduk di meja makan, memandangi peta besar yang terbentang di depan mereka. Matahari pagi memancar masuk melalui jendela dapur, memberikan kehangatan dan suasana yang menyenangkan. Esme, dengan rambut cokelatnya yang tergerai, tampak bersemangat menunjuk beberapa destinasi di peta, sementara Sebastian, dengan senyum tenangnya, mengangguk setuju dengan beberapa usulan Esme."Bagaimana kalau kita ke pantai ini, Sebastian? Pasirnya putih dan lautnya biru jernih. Pasti menyenangkan," kata Esme dengan antusias, menunjuk sebuah pantai eksotis di peta.Sebastian mengangguk sambil tersenyum. "Itu terdengar sempurna, Esme. Aku sudah lama ingin kembali menghabiskan waktu santai di pantai."Namun, sebelum mereka bisa melanjutkan perencanaan, Matthew berlari masuk ke dapur dengan wajah ceria. Rambut pirangnya berantakan dan pipinya memerah karena berlari-lari di halaman. Dengan mata yang berbinar-binar, dia langsung bergabung dengan mereka di mej
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status