Home / Rumah Tangga / The Queen Janda Pirang / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of The Queen Janda Pirang: Chapter 61 - Chapter 70

129 Chapters

limapuluh

Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Pinka hanya diam saja. Tidak bicara sepatah kata pun. Pandangannya ke arah luar jendela mobil dan menikmati pemandangan yang indah tapi hidupnya tak lagi indah.Bu Kyai sesekali melirik ke arah Pinka yang masih saja terdiam lalu menatap ke arah suaminya sambil saling menatap bingung.Pinka terlihat aneh sejak ia kembali ke kamar rawat inap sendiri tanpa Sean. Ia langsung berpamitan pada Ibu Aisyah dan mengajak Bu Kyai dan Pak Kyai untuk segera pulang. Pinka menahan bulir air matanya agar tidak jatuh lagi dan emnyembunyikan kedua matanya yang basah. Pinka menahan rasa sakit hatinya, rasa cemburunya yang berlebihan karena cintanya pada Sean. Bukan Pinka tidakmau berbagi pada Zahra ayang juga istri Sean. Tapi Pinka tidak suka perlakuan Zahra pada dirinya.***Zahra telah membawa Sean kembali ke kamar rawat inapnya kembali. Sesuai dengan prediksinya, Pinka dan kedua tamu tai telah pamit pulang. Zahra tidak akan membiarkan satu orang pun mendekati Sean
last updateLast Updated : 2024-05-07
Read more

limapuluhsatu

Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Pinka hanya diam saja. Tidak bicara sepatah kata pun. Pandangannya ke arah luar jendela mobil dan menikmati pemandangan yang indah tapi hidupnya tak lagi indah.Bu Kyai sesekali melirik ke arah Pinka yang masih saja terdiam lalu menatap ke arah suaminya sambil saling menatap bingung.Pinka terlihat aneh sejak ia kembali ke kamar rawat inap sendiri tanpa Sean. Ia langsung berpamitan pada Ibu Aisyah dan mengajak Bu Kyai dan Pak Kyai untuk segera pulang. Pinka menahan bulir air matanya agar tidak jatuh lagi dan emnyembunyikan kedua matanya yang basah. Pinka menahan rasa sakit hatinya, rasa cemburunya yang berlebihan karena cintanya pada Sean. Bukan Pinka tidakmau berbagi pada Zahra ayang juga istri Sean. Tapi Pinka tidak suka perlakuan Zahra pada dirinya.***Zahra telah membawa Sean kembali ke kamar rawat inapnya kembali. Sesuai dengan prediksinya, Pinka dan kedua tamu tai telah pamit pulang. Zahra tidak akan membiarkan satu orang pun mendekati Sean
last updateLast Updated : 2024-05-09
Read more

limapuluhdua

Mendapat informasi keadaan yang tidak di inginkan ini membuat Ibu Kyai dan Kyai saling memandang dan bingung memberi keputusan apa?"Ibunya. Saya ingin Ibunya yang selamat," ucap Ibu Kyai begitu lantang dan keras. Air matanay sudah deras sejak tadi. Melihat Pinka yang terkulai lemas ia temukan di kamar mandi denagn darah yang begitu banyak sudah membuat lemas kedua kaki Ibu Kyai."Lakukan permintaan istri saya, Dokter," tegas Pak Kyai ikut angkat bicara. Ibu Kyai memeluk suaminya dan menangis histeris. Pinka memang buakn siapa -siapa bagi mereka. Tapi, sosok Pinka yang baik dan santun serta mau merubah diri itulah yang membuat Ibu Kyai merasa kagum dan salut pada Pinka.Dokter itu mengangguk paham denagn arut wajah yang tak kalah cemas. Ia sebagai dokter juga tidak bisa memilih jika harus di hadapkan dengan hal yang seperti ini. Tentu keduanya ingin di selamatkan. Bayi dan Ibunya harus selamat dan sehat kembali. Tapi jika kemungkinan itu harus terjadi, setidaknya dokter itu tidak mer
last updateLast Updated : 2024-05-09
Read more

limapuluhtiga

Satu hari kemudian ...Pinka sudah siuman dari tidur panjangnya. Ia tidak mengeluh sama sekali. Saat terbangun, Pinka langsung menanyakan keadaan bayinya. Hanya bayi itu satu -satunya kenangan yang tersisa dari Sean.Kedua mata indah Pinka langsung tertuju ke arah Ibu Kyai yang setia menunggunya dari awal masuk rumah sakit hingga bayinya lahir lalu menjaga Pinka sampai tersadar. Satu tangannya memegang perutnya yang sudah kempes dan satu tangannya lagi memegang kepalanya yang masih sedikit terasa pening."Bayiku? Mana bayiku? Kenapa perutku tidak ada?" tanya Pinka sedikit histeris. Ia ingat hari naas itu. Kepalanya begitu sakit dan perutnya terasa keram hingga pandangannya kabur dan Pinka terjatuh terpeleset di kamar mandi."Pinka ... Pinka sayang ... Bayimu sudah lahir sayang. Bayimu sehat dan baiuk -baik saja. Bayimu laki -laki dan sangat tampan sekali," ucap Ibu Kyai langsung memberitahu agar Pinka tidak histeris. Ibu Kyai cukup tahu perasaan Pinka yang tersadar dan semua keadaan s
last updateLast Updated : 2024-05-09
Read more

limapuluhempat

Tiga hari kemudian Pinka yang sudah pulih kesehatannya pun sudah di perbolehkan pulang. Sejak kemarin ia bertanay -tanya soal putranya yang tak kunjung di bawa ke kamarnay untuk di susui. Ibu Kyai menunjukkan beberapa foto putra Pinka sejak lahir hingga saat ini yang masih tergolek lemah di dalam inkubator.Ibu Kyai sedang membantu Pinka membereskna pakaian dan menutup resleting itu dengan rapat yang siap di bawa Pak Kyai ke dalam mobil. Siang ini, Pinka sudah di perbolehkan pulang. Selain kondisinya sudah stabil, bekas lem jahitan perutnya juga tidak ada masalah. Tidak ada kebocoran disana."Hai Pinka ...," sapa dokter kandungan yang selama ini merawat Pinka."Hai dokter ...," jawab Pinka lembut."Sudah mau pulang?" tanya doketr itu sambil meemeriksa Pinka untuk terakhir kalinya."Iya dong. Masa Pinka harus berlama -lama disini. Buat apa?" jawab Pinka santai."Aku kesepian dong," jawab dokter itu denagn wajah serius sambil membuka jarum infusan di punggung tangan Pinka. Jarak mereka
last updateLast Updated : 2024-05-09
Read more

limapuluhlima

Satu bulan kemudian ...Kehidupan terus berjalan memutar waktu yang terus bergulir tanpa henti. Semua terhenti, bilan jantung sudah tak berdetak lagi. Tidak ada yang bisa melawan takdir, tidak ada yang bisa mengenyahkan hidayah yang turun.Saat ini Fatih berada di sebuah Pondok dan ingin menjadi oarang yang lebih baik lagi. Ia mengakui semua kesalahan dan ekkejaman yang ia lakukan selama hidupnya hanya untuk sebuah popularitas. Ia bsia membunuh seseorang hanya karena dendam dan banyak merusak otak banyak orang untuk bisa hidup kaya secara instant. Sudah berapa banyak wanita yang ia tiduri dan terakhir hanya di lempar dengan beebrapa lembar uang kertas sebagai pengganti kenikmatan semalam yang telah di berikan."Kamu ingin bertobat? Ini dari dalam hati atau memang kamu hanya penasaran dengan janji Tuhan?" tanya seoarng guru besar pada Fatih."Aku ... Aku ingin bertobat. Hidupku rasanya tak tenang. Aku banyak melakukan dosa, dan atas nama Ibuku, aku tidak akan kembali padanya jika jiwak
last updateLast Updated : 2024-05-09
Read more

limapuluhenam

Sean menunduk menatap ke bawah. Di sana Zahra sudah bersimpuh di kakinya. Menciumi punggung kakinya berulang kali seolah ia ingin meminta maaf karena telah melakukan sebuah dosa besar dan menyembunyikannye hingga saat ini."Maafkan aku, Zahra. Aku sedang terburu -buru. Komandan sudah meneleponku sejak tadi. Aku telah menerima tugas baru," ucap Sean kemudian memundurkan tubuhnya ke belakang satu langkah membuat Zahra melepaskan pelukan tangannya di kaki Sean lalu menatap Sean denagn sendu."Mas Sean benar tidak ingin mendengarkan cerita Zahra?" tanya Zahra denagn isak tangis yang tertahan."Soal apa? Soal kehamilan kamu? Kamu hamil dengan yang lain? Kamu hamil bukan dari benihku? Itu kebenaran yang mau kamu ungkap? Hah? Kamu pikir selama ini aku diam tapi tidak berpikir? Kamu pikir selama ini aku hanya mengangguk pasrah mengikuti keinginan kamu, Zahra? Aku hanya menghargai Abimu saja, tidak lebih," ucap Sean denagn suara tegas.Deg!Deg!Deg!Jantung Zahra seolah ingin berhenti saat it
last updateLast Updated : 2024-05-09
Read more

limapuluhtujuh

Suara Zahra begitu terdengar bergetar. Tapi suara itu sama sekali tak mengubah perasaan Sean yang terus mengiba pada sosok Zahra. Sean tak peduli denagn apa yang terjadi pada Zahra. Bagi Sean, untuk apa saat ini ia melakukan pembelaan? Kenapa Zahra tak mengakuinya setelah kejadian? Kalau hanya untuk mempertahankan cintanya pada Sean, tentu ini bukan cara yang benar."Mas!! Mas Sean!! Tolong Zahra, Mas!! Berikan Zahra satu kesempatan untuk memperbaiki diri Zahra asal Zahra tidak Mas ceraikan!! Mas Sean!!" teriak Zahra denagn suara lantang.Tubuh SEan yang tegap dan gagah tetap melanjutkan langkahnya dan terus berjalan menuju ke arah luar Pondok Pesantren itu. Tadi Sean sudah mengirimlan pesan singkat kepada Kyai Abdulah tentang perjalanan dinasnya ke luar kota.Selama beberepa bulan berada disini, Sean begitu tertekan. Apalagi setelah smeua hartanya ia jual untuk pengobatan dan terapi di rumah sakit. Sean dan Ibu AIsyah hanya bisa hidup menumpang dan seolah tak punya harga diri."Sean!
last updateLast Updated : 2024-05-09
Read more

limapuluhdelapan

Sontak Pinka tertawa untuk menutupi rasa gugupnya yang membuat ia salah tingkah pagi ini. Reno terus menatap Pinka dengan lekat, ia tahu Pinka sedang menutupi rasa malunya sendiri."Kenapa malah tertawa? Kamu kira aku bercanda soal ini?" tanya Reno kemudian sambil menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.Pinka menggelengkan kepalanya pelan dan berusaha membalikan tubuhnya lalu mencari aktivitas lain.Jantung Pinka terus berdegup keras dan rasanya sungguh seperti terintimidasi bagai maling yang sedang tertangkap basah.Setidaknya Pinka harus bisa menjaga dirinya sendiri di saat seperti ini."Pinka ... Kamu tidak mau menjawab?" tanya Reno kembali mencoba bertanya sekali lagi.Suara lembut Reno berusaha tak di dengar oleh Pinka. Selama ini Reno sangatlah baik, dan tak memiliki cacat akhlak di mata Pinka. Lelaki yang gagah, ganteng, dan sikapnya ramah serta lembut membuat Pinka nyaman bekerja di apartemen RenoReno sudah berdiri di belakang Pinka dan memegang bahu Pinka dengan lembut dan
last updateLast Updated : 2024-05-09
Read more

limapuluhsembilan

Saat Ibu Aisyah ingin memberikan bayi perempuan cantik itu di pangkuan Zahra, denagn tegas Zahra menolak bayi perempuan itu. Bayi perempuan yng dianggap sial bagi Zahra. Gara -gara kehadiran bayi perempuan itu, hidup Zahra berubah menjadi wanita yang paling hina did epan Sean, suaminya sendiri. Tak hanya itu, Sean pun sudah hampir setahun ini tak pernah menyentuhnya sama sekali. Sean memilih tidur di sofa atau di lantai dengan alas karpet dan selimut di bandingkan harus tidur bersama Zahra di ranjang."Zahra ini putrimu, bayi yang baru saja kamu lahirkan dari rahim kamu sendiri. Kenapa kamu tidak mau menyusuinya? Apa kamu tega melihat putrimu ini menangis etrus menerus?" tanya Ibu Aisyah."Zahra tidak peduli. Bawa pergi bayi itu!! Bawa pergi dan jangan pernah lagi di tunjukkan pada Zahra!! Zahra mohon bawa pergi bayi perempuan itu!!" teriak Zahra semakin histeris sambil memegang kepalanya lalu menutup kedua telingannya denagn kedua telapak tangannya. Ia benar -benar tidak ingin menden
last updateLast Updated : 2024-05-09
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status