Semua Bab The Queen Janda Pirang: Bab 51 - Bab 60

129 Bab

empatpuluh

Pinka terus meronta dan berontak sambil berteriak keras sekencang -kencangnya berharap ada orang yang mendengarnya dan bisa menolongnya. Pinka menendang Fatih yang berusaha menindihnya dan terus memukuli dada Fatih dengan kedua tangannya yang mungil. Sebisa mungkin tangan Pinka di jadikan tameng agar Fatih tak bis amenyentuhnya denagn paksa."Pergi!! Awas kamu bajingan!!" teriak Pinka terus mengumpat dengan suara keras."Terus saja kamu bicara sesukamu. Siang ini adalah waktunya kita," ucap Fatih terus menyeringai dan membuka kancing kemejanya dan siap menerkam Pinka."Toloooong!! Tolong aku!!" teriak Pinka terus menerus sambil menangis kencang. Tangannya yang mungil tak mampu lagi menahan tangan kekar Fatih yang berhasil menekan kedua tangan Fatih. Kedua kaki Pinka masih bisa bergerak dan menendang apapun yang ada di depannya dengan keras. Pinka hanay bisa berusaha sebisa mungkin menjaga kehormatannya.Fatih mencari celah saat Pinka juga sedang berancang -ancang ingin menendangnya. T
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-07
Baca selengkapnya

empatpuluhsatu

Pinka dan Ibu Aisyah menoleh ke asal suara. Zahra, si pendiam yang sholehah itu terus bicara kasar dan emnuduh Pinka dengan fitnah."Apa maksud kamu, Kak Zahra?" tanya Pinka tak terima."Masih bisa tanya balik? Apa maksud aku? Masih mau nyangkal? Mau kamu akui atau mau saya bongkar kebusukan kamu?" ucap Zahra penuh emosi.Ibu Aisyah pun berdiri lalu berjaln menghampiri Zahra."Sayang. Duduk dulu. Kamu sedang mengandung cucu Ibu. Jadi jangan samapi kamu terbawa emosi dan tenaga kamu habis begitu saja," titah Ibu Aisyah lembut.Pinka merasa kecewa dengan tuduhan tanpa bukti yang di ucapkan Zahra itu.Zahra mengikuti arahan Ibu Aisyah dan duduk di salah satu kursi makan lalu meletakkan amplop cokelat yang berisi foto -foto yang tak jelas. Ada seseorang lelaki bertopeng yang masuk ke kamar Pinka dengan menaiki jendela dan kembali denagn waktu shubuh."Lihat itu kelakuan gadis penghibur. Gak ada penyesalannya. Bisa -bisanya membawa laki -laki untuk tidur bersamanya. Perbuatan kamu itu sud
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-07
Baca selengkapnya

empatdua

Ibu Kyai mengajak Pinka ke rumahnya. Kebetulan Ibu Kyai sedang berkunjung ke desa lain setelah mengisi pengajian majelis ta'lim.Ibu Kyai sengaja tidak banyak bertanya hal yang bersifat pribadi. Keadaan Pinka masih labil, dan terlihat bingung."Mau makan dulu?" tanya Ibu Kyai pada Pinka saat berjalan melewati sebuah warung kecil.Perut Pinka memang terasa lapar sekali. Sejak pagi, perutnya belum terisi apapun. Tubuhnya juga mulai terasa lemas."Boleh Bu. Pinka mau makan, Pinka lapar," ucap Pinka jujur. Bibir Pinka bergetar dan mulai terlihat kering."Oke. Yuk kita ke warung itu. Kamu mau pesan apa, Pinka?" tanya Ibu Kyai lembut."Ada apa aja?" tanya Pinka sambil melihat ke arah etalase yang penuh dengan piring berisi lauk pauk."Nasi dan lauknya bisa pilih sesuai selera," ucap penjula itu memberikan pilihan yang banyak pada Pinka.Pinka mulai memilih nasi dengan lauk ayam dan sayur oseng saja. Pinka memnag terlihat sangat kelaparan dan memakan makanannnya dengan cepat dan lahap sekali
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-07
Baca selengkapnya

empatpuluhtiga

Satu bulan telah berlalu. Pinka tinggal di desa Ibu Kyai, dan memilih mengontrak rumah tepat di sebelah Ibu Kyai yang kosong karena di tinggal oleh pemiliknya merantau di luar kota.Pinka memulai usaha barunya untuk mendapatkan uang demi menyambung hidup. Walaupun Pinka tahu, uang di dalam kartu ATM milik Sean sangatlah besar, mungkin cukup dan berlebih kalau hanya untuk hidupnya sendiri dengan bayi yang sedang di kandungnya kini.Setiap pagi, Pinka brbelanja di warung dekat rumah Ibu Kyai sekalian mengambil pesanan dari pasar yang sudah ia tulis setiap sore."Bu Asih, ada titipan Pinka?" tanya Pinka yang sudah berada di warung Bu Asih."Ada Pinka. Sebentar Ibu ambilkan," ucap Bu Asih pada Pinka.Warga di desa itu memang sudah tahu kalau Pinka hidup sendiri dan dalam keadaan hamil. Kebetulan meraka juga menjadi saksi pernikahan Pinka waktu itu. Terkadang memang ada beberapa orang yang mencibirnya karena suaminya meninggalkan dia begitu saja dalam keadaan hamil. Ibu Kyai dan Ibu Asih s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-07
Baca selengkapnya

empatpuluhempat

Cuaca di sekitar bukit menjadi tak menentu. Sudah dua hari, bukit itu di guyur hujan lebat membuat Sean dan teman -temannya hanya bisa duduk berdiam diri di dalam tenda yang mulai di masuki air karena tak bisa menahan debit air yang mulai meninggi.Mereka juga tidak bisa melanjutkan perjalanannya karen jalan setapak yang seharusnya mereka lalui itu tergenang air dan tentunya sangat licin sekali."Sean lebih kita lanjutkan saja perjalanannya. Ini sudah tidak jauh lagi. Kalau kita berdiam diri saja, sama juga bohong," ucap pilot itu menyarankan.Semua anggota yang lain pun setuju denagn alasan pilot itu. Kita harus berani ambil resiko di bandingkan berdiam diri dan membiarkan tubuh kita terjebak pada bencana alam yang sewaktu -waktu menimpa kita."Oke. Baiklah. KIta lanjutkan perjalanannya. Jangan sampai ada yang tertinggal. Bawa tongkat sebagai alat bantu kita berjalan," titah Sean dengan mantap.Dua belas orang itu mulai berjalan saling bahu membahu menembus alam yang tidak bersahabat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-07
Baca selengkapnya

empatlima

Satu Bulan telah berlalu ...Ibu Aisyah selalu berada di rumah sakit menemani putranya. Ia kembali pulang hanya untuk mandi dan menyiapkan makanan kesukaan Sean.Sean telah sadar, tapi benturan keras di kepalanya mengakibatkan Sean mengalami amnesia. Belum di ketahui amnesia yang di derita Sean merupakan amnesia sementara atau amnesia sepenuhnya, karena menurut dokter ada beberapa jenis amnesia, pertama adalah amnesia retrograde, jenis ini adalah amnesia yang tidak mampu kejadian di masa lalu, ada juga infatile amnesia, pada jenis ini amnesia yang di derita adalah tidak mampu mengingat kejadian yang terjadi kisaran waktu tiga sampai lima tahun ke belakang, jenis lain adalah Transient Global Amnesia (TGA) ini jenis amnesia yang ingatannya lumpuh total.Melihat putranya sadar saja, Ibu Aisyah sudah nampak senang sekali. Apalagi jika Sean bisa mengingatnya sebagai Ibu atau perempuan yang telah melahirkannya. Itu sungguh suatu anugerah yang terindah.***Pagi ini Sean berada di kamar rawa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-07
Baca selengkapnya

empatenam

Keesokkan harinya Zahra dan Kyai Abdullah pergi ke rumah sakit untuk mengunjungi Sean, menantunya. Dengan bujukan Abinya, Zahra pun mau menjenguk Sean pagi ini di rumah sakit.Sean sudah terlihat lebih segar. Ia sudah mampu duduk sendiri tanpa bantaun orang lain. Kedua kakinya juga sudah mampu menapak lantai dan berjalan selangkah demi selangkah denagn bantuan tongkat.Ibu Aisyah masih tetap setia menemani Sean dari pagi hingga malam. Tidak hanya sekedar menemani saja, tapi juga merawat Sean, menjaga Sean denagn baik. Mulai dari menyuapi Sean, memberi obat, membantu Sean mengganti pakaiannya dan mengelap tubuhnya agar terasa segar kembali."Ibu ... Terima kasih sudah merawat aku dengan baik," ucap Sean lembut. Tatapannya masih datar dan nada suaranya terlihat biasa saja. Mungkin rasa emosinya kurang peka, hingga Sean tidak tahu bagaimana harus menunjukkan rasa terima kasih itu pada Ibu Aisyah."Melihat kamu bisa tersenyum seperti dulu, itu sudah membuat Ibu bahagia. Mungkin perlahan i
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-07
Baca selengkapnya

empattujuh

Ibu Aisyah juga menatap ketiganya dengan tatapan bingung. Ibu Aisyah tidak mengenal tamu yang datang dan masuk untuk menjenguk Sean. Ibu Aisyah juga tak mengenal Pinka yang sudah berbeda dengan balutan pakaian gamis dan cadar."Maaf sebelumnya? Ada keperluan apa?" tanya Ibu Aisyah pada tamu yang baru datang itu.Ibu Kyai dan Pak Kyai serta Pinka hanya mengangguk kecil dan menangkupkan tangannya di depan dada sebagai sapaan sesama umat beragama."Maaf kalau kedatangan kami begitu mengejutkan Ibu, dan mmebuat Ibu bertanya -tanya. Siapa kami sebenarnya," ucap Pak Kyai itu mulai menjelaskan.Pinka sudah bicara banyak pada Ibu Kyai dan Pak Kyai. Sebisa mungkin pernikahan siri mereka memang tidak di publikasikan karena ada hati yang harus di jaga, kecuali Sean memang sudah siap denagn segala resikonya, maka Pak Kyai dan Bu Kyai siap menjadi saksi atas pernikahan siir mereka."Kami adalah orang biasa yang hanya ingin menjenguk Mas Sean. Mas Sean pernah singgah di Masjid desa kami dan kami ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-07
Baca selengkapnya

empatdelapan

Pinka membawa Sean ke arah yang di tunjuk Sean. Pinka terus mendorong kursi roda itu hingga mendekati air mancur rumah sakit. Disana ada beberapa kursi taman dengan penutup sebagai tempat berteduh sementara. Pinka juga sedikit kelelahan berjalan mendoorng kursi roda yang sedikit berat. Ia pun memberhentikan kursi roda itu tepat di samping kursi taman lalu mengunci kursi roda itu agar tidak bergerak.Tas bekalnya di letakkan di kursi dan Pinka duduk sambil mengatur napasnya yang sedikit terengah -engah."Capek ya?" tanay Sean tiba tiba menatap lekat ke arah Pinka.Pinka pun langsung menoleh ke arah Sean dan berusaha tetap tersenyum seolah ia baik -baik saja. Pinka menggelengkan kepalanya pelan."Tidak Capek kok, cuma agak panas saja," jawab Pinka beralasan sambil menarik baju gamisnya agar keringatnya sedikit menghilang keterpa angin siang yang sama sekali tak sejuk itu.Sean menatap kalung yang di pakai Pinka. Ia merasa kejadian ini pernah ia lalui juga hanya berbeda ruang dan waktu s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-07
Baca selengkapnya

empatsembilan

Pinka dan Sean menoleh ke arah Zahra yang berdiri tepat di belakang Pinka yang sedang asyik menyuapi Sean. Kebahagiaan Pinka sirna begitu saja mendengar suara lantang dari istri lain Sean. Suara yang seolah ingin menunjukkan kepemilikan Zahra adalah wanita satu -satunya milik Sean.Pinka meletakkan kotak makan siang itu di pangkuannya lalu menatap Zahra."Maaf. Anda bicara apa tadi?" tanya Pinka dengan nada pelan."Masih saja pengen dapetin suami orang? Gak malu tuh hamil sama siapa? Mau minta di nikahin sama siapa?" ucap Zahra menghina Pinka."Jaga mulut kamu, Kak Zahra. Aku kesini untuk menjenguk Kak Sean dan mengajaknya jalan -jalan," ucap Pinka tetap berusaha tenang. Walaupun ia benar -benar tersulut emosi siang ini.Sean menutup telinganya dan tak mau mendengar suara cempreng dua wanita yang sedang berdebat."Aku ingin kembali ke kamar," ucap Sean kemudian dengan suara lantang.Pinka langsung menutup semua kotak makanannya dan di masukkan ke dalam tas bekal lalu berdiri untuk men
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status