Home / Pernikahan / The Queen Janda Pirang / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of The Queen Janda Pirang: Chapter 101 - Chapter 110

129 Chapters

sembilanpuluh

Pagi ini, Fatih dan Ari sengaja menunggu di depan bangunan apartemen untuk menunggu Zahra. Ada hal yang ingin di bicarakan Fatih dari hati ke hati empat mata bersama Zahra. Permintaan maaf lima tahun lalu rasanya belum memberikan kelegaan pada Fatih. "Kenapa belum keluar juga?" tanay Fatih cemas. Fatih takut jika ternyata Zahra sudah berangkat lebih pagi."Sabar saja. Setelah ini aku harus ke rumah sakit untuk hemodialisa. Tubuhku sudah terasa lemas, Ri," titah Fatih pada Ari, asistennya. Ari hanya mengangguk paham.Benar saja, tidak lama dari pembicaraan keduanya. Zahra keluar dari apartemen dan Fatih langsung mengikuti Zahra. Awalnya Zahra tak merasa sedang di ikuti seseorang. Ia berjalan dengan santai menuju restaurant dimana ia bekerja selama ini. Lama -lama, Zahra memelankan langkahnya dan merasa kedua orang di belakangnya memnag sedang membuntutinya. Zahra pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah belakang menatap kedua orang yang ada di belakangnya. Baik Fatih dan Zahra
last updateLast Updated : 2024-05-21
Read more

sembilanpuluhsatu

Pinka dan Zahra akhirnya mencari tempat untuk duduk bersama sambil bercerita. Lima tahun bukan waktu yang sebentar untuk di ceritakan semuanya, tapi perjalanan waktu itu begitu singkat jika di nikmati prosesnya."Beliau adalah ....," ucapan Pinka langsung di sela oleh Zahra."Tante Zahra. Kamu pasti Ainul? Benar kan?" ucap Zahra denagn rasa haru. Kedua matanya terlihat basah. Zahra menahan agar air matanya tidak jatuh. Lima tahun yang lalu, gadis yanga da di hadapannya ini ia tinggalakn begitu sajauntuk di urus oelh Sean dan Pinka. Sekarang, Zahra masih bisa melihat putri kandungnya itu secara nyata, bisa bicara, bisa tersenyum dan terlihat sehat. "Iya Tante Zahra. Namaku Ainul," jawab Ainul dengan malu -malu sambil menggelendot ke tubuh Pinka.Ya, Ainul dan Adzan begitu dekat dengan Pinka. Curahan kasih sayang Pinka untuk kedua putra dan putrinya itu begitu besar. Pinak sukses mengurus, merawat dan mendidik Adzan dan Ainul menjadi putra dan putri yang sholeh serta sholehah."Kak Zah
last updateLast Updated : 2024-05-21
Read more

sembilanpuluhdua

Satu minggu tak terasa sudah terlewati dengan lancar. Liburan akhir tahun yang sungguh menyenangkan bagi Pinka dan kedua anaknya. Sean sendiri merasa puas melihat keluarga kecilnya menikmati liburan kali ini."Sudah puas?" tanya Sean yang membantu Pinka melipat pakaian dan memasukkan ke dalam koper besar.Malam ini adalah malam terakhir mereka berada di Turki. Malam ini, Sean sudah menyiapkan dinner terakhir yang tidak akan terlupakan seumur hidupnya."Puas apa?" ucap Pinka mengulum sneyum."Puas segalanya. Liburannya, tempatnya, atau apapun. Kamu menimati liburan ini kan sayang?" tanya Sean kemudian.Pinka mengangguk kecil dan kembali menata baju -bajunya di dalam koper. Sejak sore, Pinka sibuk merapikan koper milik anak -anak, dan kini gantian koper besar miliknya dan tas besar berisi oleh -oleh untuk Ibu AIsyah, saudara dan rekan Sean."Puas Bi. Malah gak pengen pulang. Pengen disini aja," ucap Pinka tiba -tiba."Umiii ... Ngomong apa sih? Selalu begitu," ucap Sean tak suka.Pinka
last updateLast Updated : 2024-05-21
Read more

sembilanpuluhtiga

Pinka sudah masuk ruangan IGD, dan Sean di larang untuk masuk dan tidak boleh melihat dulu sebelum pemeriksana berakhir.Sean semakin gusar dan panik, bagaimana kondisi istrinya itu. Apalagi besok jadwa penerbangan pulang dan tak mungkin di undur. Mana mungkin Sean meminta tambahn waktu untuk cuti lagi. Cutinya sudah habis."Ya Tuhan ... Ujian apalagi yang Engkau berikan kepada keluargaku," ucap Sean di dalam hatinya.Senyum Zahra terus mengembang menatap Sean dari kejauhan dan ia menyelinap masuk ke dalam ruang dokter yang sedang memeriksa Pinka.Pinka masih tak sadarkan diri, luka di kepalanya tidak begitu parah dan cukup beristirahat agar pulih kembali."Dokter ...," panggil Zahra lembut."Ya,?" ucap dokter itu menatap Zahra.Zahra mengajak dokter itu duduk bersama dan berbicara serius. Zahra melepas cadarnya dan dokter itu terkejut menatap Zahra yang memiliki wajah mirip dengan pasiennya."Bisa bantu?" tanya Zahra memastikan sambil menganggukan kepalanya agar dokter itu juga ikut
last updateLast Updated : 2024-05-21
Read more

sembilanpuluhempat

Satu bulan berlalu ...Sean merasa ada yang beda dengan istrinya. Suaranya yang tidak lagi manja, sikapnya yang tak se -lembut dulu dan pelayanannya tidak seperti dulu."Mas ... Ini sudah sebulan dari kita pulang liburan," ucap Pinka palsu."Terus?" jawab Sean sekenanya yang masih asyik duduk di balkon sambil membaca koran.Hatinya merasa, bahwa ada yang beda. Sean tidak tnggal diam. Satu bulan ini, Ia menyelidiki soal istrinya yang berubah dari Turki. Apa ada yang salah dengan otaknya karena kecelakaan itu."Mas tidak mau menyentuh aku?" tanya Pinka palsu berharap untuk di sentuh.Sean melirik ke arah istrinya dan menatap tajam."Sejak kapan Umi agresif begini?" tanya Sean kemudian."Lho ... Memangnya salah? Jika istri minta duluan soal ini? Hukumnya jelas, itu hak istri juga," ucap Pinka palsu tak sadar meningkap sisi lain yang merupakan watak aslinya.Ibarat pepatah, sepandai -pandai tupai melompat maka akan terjatuh juga."Kenapa dari awal pulang ke Indonesia, Abi merasa, Umi buka
last updateLast Updated : 2024-05-21
Read more

sembilanpuluhlima

Beberapa bulan kemudian ...Perut Pinka semakin membesar, usia kandungannya sudah memasuki tujuh bulan. Pinka hidup seorang diri, dan hanay di temani Ari, sahabat Fatih yang merasa amanah untu bertanggung jawab atas Pinka.Ari tidak tinggal diam selama ini, Ari memberikan informasi akurat pada keluarga Sean dan sayangnya selama ini berita itu selalu Zahra yang menerima dan tidak akan mungkin di teruskan pada Sean atau yang lainnya."Kamu ingin bekerja?" tanya Ari kemudian."Hanya mencuci yang bisa akulakukan Ari. Aku tidak mau menggantungkan hidupku pada dirimu. Aku sudah sangat merepotkan kamu," ucap Pinka lembut."Tidak Pinka. Ada seseorang yang mau mendonorkan kedua matanay untuk kamu. Apakah kamu mau?" tanya Ari kemudian."Donor mata? Memangnya orang itu sudah tak membutuhkan kedua matanya lagi?" tanya Pinka kemudian."Alasan pertama, orang itu sudah pasrah dan menyerah. Ia mencintai seorang wanita, namun bertepuk sebelah tangan. Hidupnya terasa percuma," ucap Ari kemudian."Kasih
last updateLast Updated : 2024-05-21
Read more

sembilanpuluhenam

"Kenapa buru -buru sekali, Ri. Aku kan buta," ucap Pinka kemudian sambil berjalan terseret karena mengikuti langkah Ari yang menggandengnya untuk segera sampai di rumah sakit.Ari yang begitu senang memberikan kabar baik ini pun di sambut rasa bahagia oleh Pinka."Maafkan aku, Pinka. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu susah. Tapi aku bahagia sebentar lagi mungkin kamu bisa bahagia karena melihat dunia lagi," ucap Ari membuat hati Pinka ikut berbunga."Tidak apa -apa Ri. Aku yang seharusnya berterima kasih padamu, Ri. Kamu banyak membantu aku hingga mencarikan donor mata untukku. Empat bulan ini, kamu yang mengurus aku, Ri. Bagaimana aku bisa membalas semuanya," ucap Pinka pada Ari."Pinka ... Ini amanah dari Fatih. Beliau banyak membantu aku. Sudah sepantasnya aku membalas kebaikan beliau dengan mengurusmu. Jujur, Fatih sangat merasa bersalah padamu. Apalagi beliau pernah smapai ingin ...," ucapan Ari tehenti."Cukup Ri. Tidak perlu kamu lanjutkan lagi. Itu sudah menjadi bagian dari
last updateLast Updated : 2024-05-21
Read more

sembilanpuluhtujuh

Sejak vonis gagal jantung yang di derita Ainul. Semakin hari, tubuh Ainul semakin melemah dan tak bisa banyak beraktivitas. Hidupnya hanya berda di kamar dan di kasur tanpa bisa melakukan aktivitas yang sama seperti Adzan."Ainul ... Lihat gambar ini. Tadi Adzan buat di kelas bersama bu guru," ucap Adzan memamerkan kertas gambar yang telah di warnai sesuai anggota keluarga yang ada di rumahnya.Ainul melihat hasil gambar Adzan dan menoleh ke arah Adzan."Kok gambarnya begini? Ini siapa?" tanya Ainul menunjuk satu wanita yang sedang menggendong bayi berada di ujung dan terpisah dari anggota keluarganya."Ini Oma, ini Abi, ini Ainul, dan ini Adzan, ini Umi bawa adik kecil ...," ucap Adzan memandang gambar Uminya yang ia buat sesuai denagn mimpinya beberapa malam ini yang terus menganggu pikiran anak kecil itu."Umi? Adik kecil? Kita gak punya adik kecil, Kak Adzan. Lalu ini siapa? Ini kan Umi yang ada di samping Abi," ucap Ainul menatap Adzan."Ini nenek lampir," jawab Adzan ketus."Hei
last updateLast Updated : 2024-05-21
Read more

sembilanpuluhdelapan

Reno semakin mempercepat langkahnya dan tetap diam seribu bahasa meningglakan Pinka yang terdiam terpaku sendirian berdiri menatap Reno yang terus berjalan tanpa peduli panggilannya. "Apa jangan -jangan kedua mata ini? Hah!! Aku harus mencari Ari bertanya tentang kebenaran ini," ucap Pinka di dalam hati. Reno berbelok di ujung jalan yang sudah sanagt ia hapal sekali. Jantungnya terus ebrdetak semakin kencang. Rasanya ini semakin sulit. Sebaiknay Reno pergi dari negara ini untuk benar -benar bisa menjauhi Pinka. Jika kejadian ini terus -terusan terjadi, mungkin sampai kapan pun Reno tidak bisa melupakan kenangan manis yang terukir indah di memorinya. *** Beberapa bulan kemudian, Pinka berhasil mengumpulkan uang untuk kembali ke negaranya dan pulang ke rumahnya. Ia yakin sesuatu terjadi dalam rumah tangganya hingga Sean tak mencari dirinya. Ari pun tak bisa lagi di hubungi. Dia sudah benar -benar pergi dan Reno? Ya, dokter tampan itu tak dapat lagi di temukan oleh Pinka. Setidakny
last updateLast Updated : 2024-05-21
Read more

sembilanpuluhsembilan

Suara lantang itu sungguh tak di pedulikan oleh Pinka. Zahra sendiri langsung berlari dan ingin mendorong Pinka yang sedang menggendong Ainul dan menggandeng Adzan. Ibu Aisyah seketika tak bisa menggerakkan tubuhnya dan terduduk di lantai begitu saja. Tak ada yang menyadari denagn apa yang terjadi pada Ibu Aisyah.Ari yang sejak tadi berdiri di sisi dekat ruang tengah pun sudah tak terlihat lagi. Entah kemana laki -laki itu. Sean sendiri langsung berlari ke dapur untuk mengambil sesuatu dan kembali ke ruang tengah untuk menghalangi Pinka.Bruk!!Zahra mendorong keras tubuh Pinka hingga wanita itu jatuh tersungkur di lantai. Fatimah kecil yang berada di stroller pun menangis, Zahra tersenyum licik. Irtu adalah harta berharga Pinka dan kemungkinan Pinka bisa gila jika putrinya di bawa pergi."Umi!!" teriak Sean dari arah dapur dengan membawa pisau.Pandangan Pinka beralih menatap Sean dengan pisau potong yang begitu tajam."Abi!! Gak usah main -main sama benda itu. Taruh Bi," ucap Pinka
last updateLast Updated : 2024-05-21
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status